HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Penghapusan Premiun dan Pertalite, Langkah Indonesia Tinggalkan Energi Fosil?

Foto : Mongabay Lentera 24 .com | LINGKUNGAN -- Pengembangan energi baru dan terbarukan tidak bisa ditawar lagi. Kita harus move on dar...

Foto : Mongabay
Lentera24.com | LINGKUNGAN -- Pengembangan energi baru dan terbarukan tidak bisa ditawar lagi. Kita harus move on dari sumber-sumber energi konvensional, yang bersumber dari fosil.

Wacana penghapusan bahan bakar minyak [BBM] jenis Premium dan Pertalite, santer menggema belakangan ini. Dalam paparan yang disampaikan Pertamina di depan Komisi VII DPR RI, baru-baru ini, terungkap tiga tahapan yang telah disiapkan perseroan untuk mewujudkan hal tersebut.

Pertama, pengurangan BBM yang memiliki research octane number [RON] 88 disertai upaya edukasi dan kampanye mendorong konsumen menggunakan BBM RON 90.

Kedua, pengurangan BBM RON 88 dan 90 di SPBU disertai dengan edukasi dan kampanye untuk mendorong konsumen menggunakan BBM di atas RON 90.

Ketiga, simplifikasi produk yang dijual di SPBU hanya menjadi dua varian, yakni BBM RON 91/92 dan BBM RON 95.

Ketiga tahapan ini sesuai Peraturan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup [KLHK] Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru untuk Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih.

Mobilitas dan polusi

Kehidupan moderen bukan hanya ditandai tingginya mobilitas masyarakat, tapi juga dengan meningkatnya pencemaran udara. Faktanya, semakin banyak kawasan di muka Bumi ini yang tercemar udaranya, tidak terkecuali kawasan tempat kita tinggal saat ini.

Pada hakikatnya, pencemaran udara adalah proses tercemarnya udara oleh zat-zat pencemar [polutan]. Sebagian besar pencemaran ditimbulkan oleh perilaku manusia, baik sengaja maupun tidak.

Pencemaran udara membawa implikasi serius bagi kesehatan kita secara keseluruhan. Zat-zat pencemar yang bertebaran di udara bukan hanya mengurangi kualitas hidup kita, tetapi juga menyodorkan sejumlah risiko munculnya sejumlah penyakit serius. Jika dicermati lebih jauh, terdapat beberapa polutan utama yang mencemari dan menurunkan kualitas udara di sekitar kita.

Pertama, nitrogen dioksida [NO2] dan nitrat oksida [NO] yang dihasilkan oleh proses pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor. Keduanya berpotensi mengiritasi paru-paru dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan infeksi pernapasan.

Kedua, partikel berukuran kurang dari 2,5 mikron [PM 2,5]. Sumber utama partikel ini adalah emisi dari kendaraan berbahan bakar fosil serta asap industri. Partikel dapat mengakibatkan pembengkakan paru-paru dan gangguan jantung, serta meningkatkan risiko kanker paru.

Ketiga, karbon monoksida [CO]. Zat ini pun dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor. Kadar CO yang tinggi dapat mengikat hemoglobin sehingga mengakibatkan pasokan oksigen ke tubuh berkurang.

Keempat, timbal [Pb]. Polutan satu ini bersumber dari bahan bakar mengandung timbal. Timbal, dalam jumlah yang kecil sekalipun, sangat berbahaya bagi kesehatan, khususnya anak-anak yang dapat menurunkan fungsi mental dan merusak saraf.

Sesungguhnya, bukan cuma paru-paru dan sistem saluran pernapasan bawah kita yang bakal terdampak pencemaran udara, mata, telinga, hidung serta kulit ikut merasakan. Secara akumulatif, pencemaran udara yang terjadi di sekitar kita akan melahirkan konsekwensi kesehatan sangat serius di kemudian hari.

Khusus menyangkut proses penuaan, zat-zat pencemar di udara tentu saja akan mengganggu keasaman [pH] normal kulit kita sehingga lebih asam. Dampaknya, kulit akan mengeluarkan minyak secara abnomal yang diikuti sistem detoksifikasi [proses pembuangan racun].

Berdasar kajian yang dipublikasikan dalam jurnal Biogerontology, kulit manusia sangat sensitif terhadap pencemaran. Zat-zat itu terbukti menyebabkan terjadinya modifikasi struktur morfologis maupun modifikasi elemen-elemen biofisik kulit. Ini menjadikan kulit kita sangat sensitif serta mempermudah timbulnya kerutan.

Menurut para pakar kesehatan kulit, kehidupan perkotaan yang penuh polusi udara menjadikan kulit lebih cepat mengalami pengerutan. Selain itu, pencemaran udara juga menghasilkan zat-zat radikal bebas yang diyakni memberi kontribusi terjadinya proses penuaan prematur [premature aging].

Energi terbarukan

Tentu saja, roda kehidupan kita tidak boleh bergantung sepenuhnya pada BBM berbahan fosil. Selain jumlahnya yang terus menipis dan harganya yang kian mahal, sumber energi ini juga sudah sejak lama dikenal sangat tidak ramah lingkungan.

Kita harus segera berpaling pada sumber-sumber energi terbarukan, yang bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga murah lantaran jumlahnya melimpah.

Biodiesel, bioethanol, biomassa, energi surya, hidrogren, hidropower, panas bumi, tenaga ombak, dan tenaga angin adalah sejumlah energi alternatif terbarukan yang sesungguhnya bisa kita eksplorasi untuk menggantikan posisi BBM fosil di masa depan.

Oleh karena itu, selain upaya bertahap menghapus keberdaan BBM fosil yang tidak ramah lingkungan, pemerintah kita juga perlu segera membuat terobosan kreatif di bidang teknologi energi terbarukan yang dibarengi investasi besar-besaran di sektor ini. Tujuan pokoknya adalah mengakhiri ketergantungan kita kepada BBM fosil, sehingga kita pada akhirnya mampu menjelma menjadi sebuah negara yang bebas dari ketergantungan energi fosil.

Beberapa negara, sekarang ini sudah menuju ke arah sana. Sebut saja Denmark dan Swedia. Kedua negara Skandinavia ini telah membuat peta jalan [roadmap] menuju negara bebas BBM fosil. Targetnya, tahun 2050 tercapai.

Sudah barang tentu, Pemerintah Indonesia perlu memiliki peta jalan serupa, sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah strategis di sektor energi dan transportasi secara nasional.

Ke depan, pemerintah sebaiknya membentuk kementerian yang khusus mengurusi energi baru dan terbarukan. Dengan begitu, upaya membangun, mengembangkan, dan mengelola energi baru dan terbarukan di negeri ini akan lebih fokus dan terencana. [] MONGABAY