Oleh: Naisyila Desnita Cahayani Saputra – Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta Lentera24.com Dalam konteks pembangunan peradaban yang be...
Lentera24.com Dalam konteks pembangunan peradaban yang berkesinambungan, Pendidikan Agama Islam (PAI) menempati posisi sentral sebagai sebuah disiplin ilmu yang esensial dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Lebih dari sekadar internalisasi nilai-nilai teoretis, PAI menekankan pada implementasi praktis yang secara signifikan memengaruhi interaksi sosial dan pembentukan karakter individu. Keberhasilan PAI tidak hanya bergantung pada kurikulum atau sistem pendidikan, melainkan juga pada peran krusial para pendidiknya.
Para pendidik agama Islam memiliki tanggung jawab moral untuk menginternalisasi dan merefleksikan nilai-nilai Ilahi dalam setiap aspek kehidupan, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Dengan demikian, mereka menjadi agen perubahan yang membentuk pribadi-pribadi berakhlak mulia dan berkontribusi positif terhadap lingkungan sekitar. Namun, pelaksanaan PAI yang optimal seringkali dihadapkan pada berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor ini, yang berasal dari dalam institusi pendidikan maupun dari luar, turut menentukan apakah PAI dapat mendorong kemajuan peradaban atau justru sebaliknya, berpotensi menimbulkan kemunduran.
Di era globalisasi yang serba kompleks ini, Pendidikan Islam menghadapi tantangan dan permasalahan yang tidak sedikit. Arus informasi yang deras, pergeseran nilai-nilai sosial, serta dinamika geopolitik global menuntut adanya strategi yang mumpuni agar PAI tidak terhambat, melainkan justru menjadi pilar kemajuan. Oleh karena itu, sebagai generasi muslim penerus bangsa, sudah menjadi kewajiban kita untuk segera merumuskan solusi inovatif guna mengangkat kembali marwah dan kejayaan pendidikan agama Islam ke puncaknya.
Pendidikan Islam sebagai Pondasi Peradaban dan Relevansi Pemikiran Al-Ghazali. Ajaran Islam secara inheren mengamanatkan peningkatan kualitas intelektual umatnya, sebuah imperatif yang termanifestasi dalam visi hilangnya buta huruf dan berkembangnya masyarakat terpelajar. Pendidikan, dalam perspektif ini, bukan sekadar transmisi pengetahuan, melainkan sebuah usaha yang disengaja dan sistematis untuk menginkubasi, memotivasi, dan membimbing individu dalam mengaktualisasikan seluruh potensi dirinya. Tujuan utamanya adalah mencapai kualitas diri yang paripurna, mencakup aspek spiritual, intelektual, dan sosial.
Ketika mendalami ranah pendidikan Islam, tidak terelakkan untuk merujuk pada konsep-konsep fundamental yang diwariskan oleh para pemikir besar, khususnya dari figur-figur berpengaruh yang telah meletakkan landasan teoritis dan filosofis. Salah satu tokoh sentral yang pemikirannya menjadi rujukan utama adalah Imam Al-Ghazali. Kontribusi Al-Ghazali terhadap diskursus pendidikan Islam sangat signifikan, terutama dalam merumuskan unsur-unsur esensial yang membentuk kerangka pendidikan holistik. Menurut Al-Ghazali, terdapat lima pilar utama yang harus diperhatikan dalam implementasi pendidikan Islam:
Unsur-unsur Esensial Pendidikan dalam Perspektif Al-Ghazali
Tujuan Pendidikan: Integrasi Dunia dan Akhirat.
Al-Ghazali secara tegas menyatakan bahwa tujuan akhir pendidikan adalah kebahagiaan universal, meliputi kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Penekanan ini menegaskan bahwa pendidikan Islam tidak hanya mempersiapkan individu untuk kehidupan material semata, melainkan juga menanamkan kesadaran transendental. Al-Qur'an dan Hadis tidak hanya menjadi landasan normatif, tetapi juga sumber inspirasi utama dalam merumuskan kurikulum dan metodologi yang mendukung pencapaian tujuan luhur ini. Konsekuensinya, pendidikan harus mampu membentuk insan yang purna, yang esensinya adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Pencipta alam semesta, sebuah proses yang secara inheren mengantarkan pada kebahagiaan sejati.
Peran Pendidik: Teladan dan Fasilitator Transformasi.
Al-Ghazali sangat menekankan karakter dan integritas moral pendidik. Seorang pendidik tidak sekadar mentransfer informasi, melainkan harus menjadi figur teladan yang merefleksikan nilai-nilai keimanan dan ketulusan. Kedekatan dengan Tuhan, atau taqarrub ilallah, merupakan prasyarat fundamental bagi pendidik, yang akan tercermin dalam niat yang tulus dalam membimbing peserta didik. Di samping itu, kemampuan pedagogis yang mumpuni juga vital untuk memastikan proses pembelajaran berlangsung efektif dan inspiratif, memungkinkan pendidik menjadi fasilitator bagi transformasi spiritual dan intelektual siswa.
Partisipasi Peserta Didik: Niat Tulus dan Ketauladanan.
Meskipun naskah asli menyebutkan "siswa seharusnya belajar dengan niat yang tulus, dekat dengan Tuhan, menjadi teladan bagi peserta didik," perlu diklarifikasi bahwa poin ketiga ini merujuk pada niat tulus siswa dalam belajar dan upaya mereka menjadi pribadi yang baik. Kemungkinan terdapat kekeliruan redaksional pada poin ketiga naskah asli ("menjadi teladan bagi peserta didik" yang seharusnya merujuk pada siswa yang menjadi teladan bagi sesamanya, bukan pendidik). Dalam pandangan Al-Ghazali, keberhasilan belajar sangat bergantung pada motivasi intrinsik dan kesungguhan siswa untuk mencari ilmu demi ridha Allah, serta mencontoh akhlak mulia dalam prosesnya.
Kurikulum yang Relevan: Dinamis dan Berorientasi Perkembangan.
Gagasan Al-Ghazali tentang kurikulum menunjukkan fleksibilitas dan adaptabilitas. Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan tidak boleh statis, melainkan harus mampu merespons kebutuhan dan kapasitas siswa pada tahapan perkembangan yang berbeda. Relevansi kurikulum menjadi kunci untuk memastikan materi pembelajaran tidak hanya teoritis, tetapi juga aplikatif dan kontekstual.
Lingkungan Positif: Ekosistem Pembelajaran yang Kondusif.
Al-Ghazali secara implisit menekankan pentingnya lingkungan dalam pembentukan karakter dan perkembangan individu. Peserta didik perlu menjauhi pengaruh negatif di berbagai kehidupan—keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan yang kondusif, yang mendukung penanaman nilai-nilai positif, menjadi krusial karena secara signifikan memengaruhi proses internalisasi ajaran agama dan pembentukan kepribadian. Ini menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab institusi formal, tetapi juga kolaborasi dari seluruh ekosistem sosial.
Dasar-Dasar Epistemologi Pendidikan Islam: Al-Qur'an, Sunnah, dan Ijtihad
Fondasi epistemologis pendidikan Islam bersandar pada tiga pilar utama yang saling melengkapi, memastikan relevansi dan keabsahan ilmu pengetahuan serta praktik pendidikan:
Al-Qur'an: Pedoman Ilahiah Universal.
Sebagai kitab suci yang diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril, Al-Qur'an berfungsi sebagai pedoman dan petunjuk hidup yang komprehensif bagi seluruh umat manusia. Kandungan Al-Qur'an tidak hanya menyediakan prinsip-prinsip moral dan etika, tetapi juga landasan bagi kemaslahatan di dunia dan akhirat. Dalam konteks pendidikan, Al-Qur'an adalah sumber utama nilai-nilai, tujuan, dan inspirasi bagi pengembangan kurikulum serta metodologi pengajaran.
Sunnah: Penjelasan dan Inspirasi Praktis.
Sunnah Nabi Muhammad SAW merupakan sumber inspirasi ilmu pengetahuan yang tak ternilai, berfungsi sebagai penjelasan dan pelengkap dari pesan-pesan ilahiah yang terkandung dalam Al-Qur'an. Sunnah menguraikan ayat-ayat Al-Qur'an yang bersifat global menjadi lebih terperinci (Tantowi, 2009: 17). Ini termasuk praktik, ucapan, dan persetujuan Nabi yang memberikan model praktis bagaimana ajaran Islam diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam aspek pendidikan. Sunnah memberikan dimensi aplikatif dan kontekstual terhadap prinsip-prinsip Al-Qur'an.
Ijtihad: Adaptasi dan Relevansi Kontemporer.
Ijtihad memegang peranan krusial dalam memastikan pendidikan Islam tetap relevan dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Pentingnya ijtihad bukan berarti melepaskan pendidikan Islam dari nilai-nilai fundamental agama, melainkan justru untuk mempertahankan dan mengutamakan nilai-nilai keislaman dalam konteks modern (Tantowi, 2009: 21). Melalui ijtihad, para mujtahid muslim di bidang pendidikan secara berkelanjutan merumuskan teori-teori pendidikan Islam yang dinamis, mampu menjawab tantangan kontemporer tanpa mengorbankan prinsip-prinsip syariah. Ini adalah mekanisme yang memungkinkan pendidikan Islam untuk tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang dan berkontribusi secara signifikan dalam peradaban yang terus berubah.
Problematika Pendidikan Islam di Era Globalisasi
Ada beberapa hal yang menjadi problematika dalam pendidikan islam saat ini berupa globalisasi, komplesitas, dinamika,akselersi,keberlanjutan dari yang kuno ke yang modern, rasionalisme, paradox global dan kekuatan pemikiran.(Daulay,2004 : 139) mengemukakan tantangan pendidikan islam saat ini berupa globalisasi,kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ,dan dekadensi moral menjadi tantangan pendidikan islam masa kini dan masa depan.dalam pandangan lain problematika pendidikan islam saat ini terjadi karena ada faktor penyebab diantaranya Orientasi Pendidikan Islam bertujuan meningkatkan harkat dan martabat manusia,menjadikan mereka khalifah yang bertanggung jawab ,menciptakan kemakmuran.namun ,globalisasi membuat arah pendidikan semakin tidak jelas ,lebih mengikuti kebutuhan praktis di dunia kerja,sehingga nilai pendidikan islam tentang budaya ,moralitas,dan gerakan sosial menjadi hilang.
Masalah Kurikulum terkait erat dengan birokrasi atas bawah yang sifatnya otoriter yang terkesan pihak bawah harus melaksanakan perintah dari pihak atas secara menyeluruh. Dalam system yang seperti ini pengembangan dan pembaruan tidak akan terwujud.Selain kurikulum yang sentralistik terdapat pula beberapa kritikan kepada praktik pendidikan berkaitan dengan syaratnya kurikulum sehingga seolah-olah kurikulum tersebut kelebihan muatan.
Pendekatan Metode Pembelajaran Guru/dosen memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas kompetensi siswa. Mereka harus memotivasi dan menggerakkan siswa untuk memahami materi pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pola pembelajaran yang kreatif,inovatif,dan kontekstual dengan demikian tujuan pendidikan dapat tercapai dan lulusan sekolah siap bersaing di era global.
Pola Pendidikan Islam yang Telah Bergeser Pola pendidikan Islam bertujuan untuk mencari ilmu dan menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Namun, seiring perkembangan zaman, pola tersebut telah bergeser menjadi “certificate oriented”, di mana para penuntut ilmu hanya berfokus untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah saja.Hal ini menyebabkan kemerosotan pendidikan Islam, di mana pendidikan tidak lagi menciptakan insan yang kamil, melainkan hanya menciptakan individu yang berfokus pada sertifikat.hal tersebut dapat mengurangi semangat dan kualitas keilmuan.
Solusi Pendidikan Islam di Era Globalisasi
Dalam menghadapi tantangan pendidikan Islam di era globalisasi, Indonesia perlu menerapkan strategi yang baik. Perubahan dalam proses pendidikan penting untuk menciptakan sistem pendidikan yang komprehensif dan fleksibel. Salah satu nya adalah mengembangkan pendidikan dengan wawasan global dan menciptakan intelektual yang kreatif. Solusi utama adalah industrialisasi masyarakat yang mengarah pada diferensiasi fungsi sosial dan sistem keagamaan. Singkatnya, industrialisasi dapat menciptakan masyarakat yang lebih kompleks dan terdiferensiasi secara fungsional. Dalam proses ini, peran dan bentuk sistem keagamaan juga mengalami transformasi, seringkali menjadi lebih terspesialisasi atau lebih privat dibandingkan dengan masyarakat pra-industri. Selain itu, penting untuk menyelesaikan masalah internal yang ada.
Pendidikan Islam mengarah pada pembentukan manusia yang taqwa, tunduk kepada Allah Swt, dan menghasilkan insan kamil. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki sikap individu berdasarkan nilai-nilai Islam dari Al-Qur'an dan hadist. Tantangan pendidikan Islam dapat dilihat dari berbagai perspektif, termasuk dalam bidang sosial, bidang politik, dan etika. Problematika saat ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Solusinya adalah mengembangkan wawasan intelektual yang kreatif dan dinamis sesuai dengan integrasi dalam Islam. Namun, dalam era globalisasi yang kompleks, Pendidikan Agama Islam menghadapi berbagai tantangan, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal, seperti arus informasi yang deras, pergeseran nilai sosial, dan dinamika geopolitik.
Untuk mengatasi tantangan ini, PAI harus berpegang teguh pada konsep-konsep fundamental dari para pemikir besar seperti Imam Al-Ghazali. Pemikiran Al-Ghazali menekankan lima pilar penting dalam pendidikan Islam: tujuan yang mengintegrasikan kebahagiaan dunia dan akhirat, peran pendidik sebagai teladan dan fasilitator, partisipasi peserta didik dengan niat tulus, kurikulum yang relevan dan dinamis, serta lingkungan positif yang kondusif. Pendidikan Islam saat ini dihadapkan pada problematika seperti orientasi pendidikan yang bergeser ke arah praktis semata, masalah kurikulum yang sentralistik dan kelebihan muatan, kebutuhan akan pendekatan metode pembelajaran yang inovatif, Menghadapi hal ini, solusi inovatif sangat dibutuhkan, termasuk mengembangkan pendidikan dengan wawasan global, menciptakan intelektual yang kreatif, serta meng industrialisasi masyarakat untuk mencapai diferensiasi fungsi sosial dan sistem keagamaan. Penting juga untuk menyelesaikan masalah internal yang ada agar PAI dapat kembali mengangkat marwah dan kejayaannya.(*)
Daftar Pustaka
Azhari, Devi Syukri, and Mustapa. 2021. “Konsep Pendidikan Islam Menurut Imam Al- Ghazali.” Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran 4 (2): 271–78. https://doi.org/10.31004/jrpp.v4i2.2865.
Arifiah, Dheanda Abshorina. 2021. “Solusi Terhadap Problematika Pendidikan Dalam Pembelajaran Di Pesantren Pada Era Globalisasi.” Jurnal Pendidikan 9 (2): 39.
Al-Ghazali, Muhammad. 1995. Akhlak Seorang Muslim. Bandung: PT. Al Maarif.
Bima Fandi Asy’arie dan Muladi. 2023. Analisis Problematika PAI dan Solusinya Dalam Menghadapi Era Globalisasi dan Era Industri 4.0.
Bahtiar, Abd Rahman. 2017. “Prinsip-Prinsip Dan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.” TARBAWI : Jurnal Pendidikan Agama Islam 1 (2): 150.
Daulay, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional. Cet. 1; Jakarta: Kencana.
Desi Sabtina. 2022. Problematika Pendidikan Islam di Era Globalisasi dan Alternatif Solusinya. Edu-Riligia: Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan Vol.7, No. 2.
Musthofa, Rembangy. 2010. Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi. Yogyakarta: Teras.
Tantowi. Ahmad. 2009. Pendidikan Islam di Era Transformasi Global. Semarang Pustaka Rizki P.