HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Kebersihan Lingkungan Yang Mengancam Bumi

Tugas Kelompok 8 Semester 2 Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial  Universitas Muhammadiyah Malang Lentera24.com - Kebersihan lingkungan bu...


Tugas Kelompok 8
Semester 2 Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial 
Universitas Muhammadiyah Malang

Lentera24.com - Kebersihan lingkungan bukan sekadar persoalan estetika, melainkan faktor krusial yang menentukan kelangsungan hidup makhluk di bumi. Saat ini, kondisi lingkungan yang kotor dan pencemaran sampah telah menjadi ancaman serius bagi bumi kita. Sampah yang tidak terkelola dengan baik mencemari tanah, air, dan udara, sehingga mengganggu ekosistem dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya.


Kebersihan lingkungan adalah pondasi utama bagi kehidupan yang sehat dan berkelanjutan. Namun, kenyataan yang kita hadapi hari ini menunjukkan bahwa kepedulian terhadap kebersihan lingkungan semakin memudar. Jalanan yang dipenuhi sampah, sungai yang berubah menjadi tempat pembuangan limbah, serta udara yang kian tercemar akibat asap kendaraan, menunjukkan betapa manusia telah lalai dalam menjaga alam. Kondisi ini tidak hanya menciptakan lingkungan yang tidak nyaman, tetapi juga menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi.


Salah satu masalah utama adalah sampah plastik. Sampah jenis ini sangat sulit terurai secara alami dan dapat bertahan hingga ratusan tahun di alam. Setiap tahun, jutaan ton sampah plastik berakhir di laut, mencemari ekosistem laut dan mengancam kehidupan biota seperti ikan, penyu, dan burung laut. Ironisnya, sebagian besar plastik ini berasal dari aktivitas manusia sehari-hari, seperti penggunaan kantong plastik, botol air minum sekali pakai, dan kemasan makanan instan. Tanpa disadari, kita sendiri yang menjadi penyumbang utama perusakan lingkungan.


Selain sampah plastik, pencemaran udara juga menjadi isu serius yang harus segera ditangani. Asap kendaraan bermotor, pembakaran sampah, dan emisi industri menyebabkan kualitas udara menurun drastis di banyak kota besar di dunia. Udara yang kotor dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti asma, bronkitis, hingga penyakit jantung. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mencatat bahwa jutaan orang meninggal setiap tahun akibat penyakit yang berkaitan dengan polusi udara. Ini adalah bukti nyata bahwa ketidakpedulian terhadap kebersihan lingkungan berdampak langsung pada nyawa manusia.


Tak hanya itu, pencemaran air pun menjadi ancaman yang tak kalah serius. Banyak sungai dan danau yang dulu menjadi sumber kehidupan kini berubah menjadi saluran limbah. Limbah rumah tangga, industri, dan pertanian dibuang tanpa proses pengolahan yang benar, mencemari air dan membunuh makhluk hidup yang bergantung padanya. Akibatnya, krisis air bersih pun melanda berbagai wilayah.

Sebagai mahasiswa yang peduli terhadap isu lingkungan, saya merasa sangat prihatin terhadap kondisi kebersihan lingkungan yang kian memburuk dan mengancam keberlangsungan Bumi, termasuk di kota Malang. Meski dikenal sebagai kota pendidikan dan pariwisata, Malang tidak luput dari masalah klasik: sampah menumpuk di sudut-sudut kota, saluran air tersumbat, dan kualitas udara yang menurun akibat pembakaran sampah liar.


Melalui wawancara dengan beberapa warga sekitar, terlihat bahwa kesadaran masyarakat masih tergolong rendah. Pak Slamet, pedagang di kawasan Tegalgondo, menyatakan, “Kadang kami tidak punya pilihan selain membuang sampah di sungai karena tidak ada tempat sampah yang memadai.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa masalah tidak hanya pada perilaku masyarakat, tetapi juga pada kurangnya fasilitas dan pengawasan dari pihak berwenang.


Sementara itu, Ibu Amah, warga Tlogomas, mengatakan, “Anak-anak sekarang sudah mulai belajar tentang lingkungan di sekolah, tapi orang dewasa masih banyak yang acuh.” Hal ini menunjukkan perlunya edukasi lintas usia agar kesadaran lingkungan bisa tumbuh secara menyeluruh.


Sebagai mahasiswa, saya percaya bahwa perubahan harus dimulai dari kampus. Program seperti bank sampah, edukasi lingkungan, dan kolaborasi dengan pemerintah kota harus digalakkan. Kota Malang berpotensi menjadi kota hijau yang bersih dan nyaman, asalkan ada sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan akademisi.


Jika masalah kebersihan ini terus diabaikan, dampaknya tidak hanya pada estetika kota, tetapi juga pada kesehatan, ekonomi, dan keberlangsungan bumi. Sudah saatnya kita bertindak, sebelum lingkungan benar-benar tidak bisa diselamatkan.


Solusi untuk permasalahan ini sebenarnya bisa dimulai dari tindakan sederhana yang dilakukan oleh setiap individu. Misalnya, dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memilah sampah organik dan anorganik, serta tidak membuang sampah sembarangan. Di tingkat komunitas, bisa dilakukan program daur ulang, edukasi lingkungan, dan kerja bakti rutin membersihkan lingkungan. Di sisi lain, pemerintah harus memperkuat regulasi tentang pengelolaan limbah, memberikan sanksi tegas kepada pelanggar, serta mengembangkan infrastruktur yang mendukung pengelolaan sampah dan limbah secara berkelanjutan.(*)