HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Tuhan yang Bukan Tuhan

Brema Jafansson Purba, Semester 2, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Lentera24.com - Agama bukanlah suatu hal ya...

Brema Jafansson Purba, Semester 2, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya

Lentera24.com - Agama bukanlah suatu hal yang asing lagi di telinga kita. Kebanyakan dari kita juga sudah mengenal dan mengetahui keberadaan agama sedari kecil, entah dari dalam lingkungan keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Menurut KBBI, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan sesama dan lingkungannya. Gampangnya, agama adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan pedoman kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ada banyak jenis agama di dunia ini, seperti animisme/dinamisme (kepercayaan kepada roh), politeisme (kepercayaan kepada dewa), monoteisme (kepercayaan mengenai ke-Tuhanan yang satu), dan lain sebagainya.

Image by Freepik

Akan tetapi, tidak semua orang setuju dengan konsep agama (kepercayaan adanya Tuhan) sehingga muncul kepercayaan agnostik dan ateisme. Di sisi lain, ada juga yang tidak percaya dengan aliran agama yang sudah ada sehingga muncul istilah sekte.


Apa itu sekte? 

Menurut KBBI, sekte adalah sekelompok orang yang mempunyai kepercayaan atau pandangan agama yang sama, yang berbeda dari pandangan agama yang lebih lazim diterima oleh para penganut agama tersebut. Secara singkat, sekte adalah suatu kelompok yang memisahkan diri dari agama utama. Kemunculan suatu sekte biasanya dimulai dengan adanya perbedaan tafsiran mengenai suatu ajaran agama oleh seseorang yang kemudian menjadi penggagas sekaligus pemimpin sekte tersebut. Ada banyak sekali jenis dan nama sekte di dunia ini, salah satu yang terkenal akhir-akhir ini adalah sekte Jesus Morning Star.

Image by Netflix on Instagram

Jesus Morning Star (JMS) adalah sebuah sekte sesat yang muncul pertama kali di Korea Selatan yang diketahui menyampaikan ajaran yang menyimpang dari ajaran Kristen. Sekte ini booming akhir-akhir ini setelah diangkat ke dalam film dokumenter Netflix yang berjudul In The Name of God: A Holy Betrayal yang rilis pada tanggal 3 Maret 2023. Dengan nama resmi Providence atau Christian Gospel Mission, JMS berdiri pada tahun 1980 di Seoul, Korea Selatan.


Pemimpin sekte ini adalah Jeong Myeong-seok, seorang warga negara Korea Selatan yang lahir pada tanggal 16 Maret 1945. Ia tumbuh dengan iman Kristen dan mengaku bahwa ia bisa berbicara dengan Yesus. Oleh sebab itulah dia menganggap dirinya spesial, bahkan menganggap dirinya sebagai Tuhan.


Pada tahun 1980, Korea Selatan sedang dalam periode sulit karena keterpurukan ekonomi. Banyak orang merasa depresi, khususnya di kalangan remaja dan dewasa awal. Di tengah-tengah keterpurukan, JMS hadir seakan-akan membawa angin baru dan penyelamat untuk warga Korea. Jeong melakukan berbagai upaya untuk menarik perhatian para remaja dan dewasa awal, dimulai dengan memperkenalkan JMS sebagai aliran agama yang tidak konservatif dan aturan-aturannya, baik dari aturan berpakaian dan berperilaku, tidak seketat seperti ajaran-ajaran yang disampaikan gereja lainnya. Selain itu, JMS juga menyelenggarakan berbagai acara, seperti pentas seni dan olahraga, untuk menarik minat dan menghibur anak muda yang terpuruk akibat situasi yang melanda Korea Selatan. Oleh sebab itu, JMS dengan cepat menjalar ke kalangan anak muda dan menjadi populer di Korea.


Anak-anak muda yang mengikuti serangkaian acara yang diselenggarakan JMS dapat dengan mudah digaet oleh JMS sebagai anggota tetap. Alasannya mudah, yaitu karena mereka menganggap JMS sebagai safe place mereka di tengah keterpurukan yang sedang terjadi.


Jeong memulai ajaran-ajarannya dengan menyampaikan kepada para pengikutnya bahwa dirinya adalah kedatangan kedua Kristus atau wakil Tuhan di bumi. Dia juga dianggap membawa ajaran Tuhan yang sangat baik karena dia mampu memberikan analogi-analogi yang pas dengan isi Alkitab dalam kotbah - kotbahnya. JMS menggunakan taktik isolasi sosial dengan meminta para anggotanya untuk memutus hubungan dengan orang-orang terdekatnya dan tinggal bersama anggota lainnya dalam suatu rumah/asrama dengan dalih agar berfokus kepada Tuhan (Jeong). Dengan demikian, JMS dapat lebih mudah mengendalikan anggotanya. Selain itu, para anggotanya juga diminta untuk menyumbangkan sebagian uangnya kepada JMS dengan dalih membantu orang miskin. Padahal, uang yang terkumpul itu dipakai oleh Jeong untuk kepentingannya sendiri.


Kejahatan terbesar yang dilakukan Jeong adalah manipulasi seksual yang dilakukannya kepada anggota wanitanya. Setelah selesai berkhotbah, Jeong acap kali mengundang wanita muda dan berpenampilan menarik (yang disebut sebagai pengantin Tuhan) untuk ikut ke dalam pertemuan doa pribadi. Dalam rangkaian “doa pribadi” inilah Jeong mengeksekusi nafsunya. Jeong menggunakan otoritasnya sebagai “Tuhan” untuk memaksa mereka melakukan pembersihan spiritual melalui hubungan seksual. Jeong selalu berkata “Ini bukanlah kejahatan seksual, tetapi Anda hanya menerima kasih Tuhan” kepada para pengantin Tuhan itu. Dia dilaporkan telah melakukan hubungan seksual dengan ratusan pengikutnya yang diantaranya merupakan perempuan muda dan anak-anak di bawah umur.


Kini, JMS telah tersebar ke beberapa negara. Jeong sudah beberapa kali ditahan karena kasus kejahatan seksual di beberapa negara. Kini, dia masih menjalani masa tahanan di Korea Selatan (sejak 2022) dan JMS masih berjalan secara underground di bawah kepemimpinannya.


Pada dasarnya, tidak ada agama/kepercayaan yang salah dalam beribadah kepada Tuhan selama agama/kepercayaan tersebut mengajarkan hal-hal baik, membimbing penganutnya ke arah yang lebih baik, dan tidak melanggar norma apapun. Kebebasan dalam menganut suatu agama/kepercayaan merupakan hal yang mutlak bagi tiap individu. JMS merupakan sekte yang sesat karena sistem peribadatannya yang melanggar HAM dan melenceng dari ajaran Kristen. Pernyataan Jeong bahwa dia adalah wakil Tuhan juga bersifat subjektif dan tidak ada bukti yang valid mengenai hal tersebut. Kalaupun pernyataan dia itu benar, sifat dan sikap dia tidak mencerminkan wakil Tuhan. Maka dari itu, gereja-gereja di dunia dan pemerintah Korea Selatan diharapkan dapat menindak JMS dengan keras agar tidak ada lagi orang yang menjadi korban.***