Foto : Ilustrasi/analisa suara-tamiang.com , ACEH TAMIANG -- Turunnya harga minyak dunia hingga di bawah 30 dolar Amerika Serikat (AS)...
![]() |
Foto : Ilustrasi/analisa |
Anjloknya harga minyak dunia tidak membuat pihaknya berdiam diri. Berbagai upaya untuk menyiasati persoalan itu terus dilakukan, termasuk melakukan efisiensi biaya di lapangan agar tetap bisa beroperasi.
“Dulu harga minyak mentah di pasar global pernah mengalami penurunan hingga 25-18 dolar AS per barel dan kita masih bisa bertahan.
Mengapa kini kita harus takut,” kata Direktur Operasional Pertamina EP, Pribadi Mahaguna Bangsa, saat mengunjungi Pertamina EP Field Rantau, Aceh Tamiang, pekan lalu.
Kedatangan petinggi Pertamina EP tersebut untuk meninjau sasaran program CSR PT Pertamina EP Rantau yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat pasca Pertamina Rantau meraih Proper Emas oleh Kementerian LKH RI pada 2015.
“Kami sudah sampaikan hal ini ke seluruh lapangan Pertamina untuk mencari terobosan hingga mampu mengatasi persoalan biaya operasional tapi tetap maksimal berprokduksi agar tetap bertahan dan menjadi yang terbaik,” sambungnya.
Menurutnya, dampak turunnya harga minyak internasional tidak hanya dialami Pertamina. Sejumlah perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia bahkan sudah mengurangi karyawannya.
“Namun, sejauh ini Pertamina belum melakukannya. Kami terus berupaya sebisa mungkin untuk tidak melakukan hal itu,” ujarnya lagi.
Pertamina, tegas mantan Kepala Divisi Pertamina EP Rantau pada era 1990-an ini, akan terus melakukan efisiensi biaya oprasional sampai harga minyak mentah stabil kembali.
Dengan opsi itu Pertamina akan mampu bertahan dan bisa menjalankan sejumlah program sosial, lingkungan dan pembinaan terhadap masyarakat di sekitar perusahaan.
Direktur Operasional Pertamina EP ini juga menyatakan, berdasarkan hasil pengeboran yang dilakukan di lapangan, masih banyak kandungan minyak dan gas di perut bumi yang tertinggal untuk bisa dieksplorasi kembali, khususnya di Aceh.
Penegasan serupa disampaikan Field Manager PT Pertamina EP Field Rantau, Agus Amperianto, yang menyatakan, berdasarkan acuan dari West Texas Intermediate (WTI) AS, harga minyak di pasar global pada medio Desember 2015 di kisaran 27 dolar AS atau turun sekitar 300 persen dari harga sebelumnya.
Jika dirupiahkan, harga minyak mentah tinggal sekitar Rp320 ribu/barel. Ini menjadi keprihatinan mendalam baik bagi Pertamina EP Rantau maupun Pertamina Pusat, untuk mencari cara menekan biaya operasional namun tetap beroperasi maksimal.
Di sisi lain, katanya, hal prinsipil adalah bagaimana Pertamina tetap bisa berinteraksi baik dengan masyarakat. Ini membutuhkan sinergi antara perusahaan dan masyarakat.
“Arahan dari atasan, kita hanya bisa melakukan efisiensi atau pemotongan anggaran operasional dan sebagainya untuk bertahan, tapi tidak boleh mengabaikan program-program yang sudah dijalankan dengan baik,” ujarnya.
“Kita tidak bisa menolak kesulitan, tapi bagaimana kita harus bisa mengelola kesulitan agar mampu keluar dari kesulitan itu untuk tetap berjalan dan maju.
Semua itu membutuhkan dukungan semua pihak, termasuk penegak hukum terkait keamanan agar Pertamina Rantau tetap tegar menghadapi tantangan tersebut,” pungkasnya. (dhs/analisa)