Korban banjir bandang yang terjadi tahun 2006 lalu di pedalaman Aceh Tamiang, hingga kini masih menetap di gubuk darurat yang dibangun sen...
Korban banjir bandang yang terjadi tahun 2006 lalu di pedalaman Aceh Tamiang, hingga kini masih menetap di gubuk darurat yang dibangun sendiri. Padahal Pemerintah Aceh telah berjanji akan membangun rumah bantuan kepada para korban banjir tersebut.
Menurut keterangan Keuchik (Datok penghulu) Batu Bedulang, Amad Zais kepada Serambi Kamis (11/10) mengatakan, meskipun sudah peristiwa banjir bandang itu sudah berlalu enam tahun lalu, namun masih ada sekitar 60 KK korban banjir yang masih tinggal di gubuk darurat yang berukuran 2 X 3 meter.
“Gubuk sudah dibuat di lapak tanah milik mereka tapi ala kadar, namanya saja gubuk darurat dan mereka cukup menderita,”ujarnya. Pada saat musim hujan, jelas Datok penghulu itu, sebagian besar gubuk tersebut bocor sehingga penghuninya tidur harus menumpang di rumah saudaranya atau rumah tetangga.
“Sudah cukup lama masyarakat korban banjir ini menderita karena pemerintah tidak menepati janji membangun rumah bantuan,” ujar Amad Zais, Keuchik Batu Bedulang.
Ironinya, ada dua gubuk yang terpaksa dihuni masing-masing dua KK. “Anda bisa bayangkan dalam satu kecil dihuni dua KK, apa warga tak sengsara.” tegas Amat Zais.
Karena itu, para korban bajjir tersebut sangat mengharapkan agar Pemerintah Aceh segere menepati janjinya. Disebutkan juga, dari 147 KK total korban banjir itu, baru dibangun 58 rumah bantuan, sementara sisanya sampai saat ini belum jelas.
“Kami sudah usulkan pembangunan rumah warga yang masih tinggal di gubuk kepada pemerintah, apapun boleh namanya, rumah dhuafa, rumah korban banjir, yang penting rumah bantuan bisa dibangun,”ujar Datok Batu Bedulang.
Kadis PU Aceh Tamiang, Ir Irwansyah kepada Serambi Kamis kemarin mengakui, pihaknya tetap merespon keluhan korban banjir bandang Aceh Tamiang tersebut.
Namun pembangunan rumah bantuan tersebut disesuaikan dengan kemampuan daerah, dan akan dibangun bertahap. Menurutnya juga sudah ada bantuan pemerintah dengan membangun pertapakan rumah.
“Bisa saja setahun dibangun 25 unit rumah atau 30 rumah sesuai kemampuan daerah. Jumlah rumah untuk korban banjir yang belum dibangun sekitar 813 unit lagi,” ujarnya. | Serambinews.com | Ilustrasi |Foto | Google
Menurut keterangan Keuchik (Datok penghulu) Batu Bedulang, Amad Zais kepada Serambi Kamis (11/10) mengatakan, meskipun sudah peristiwa banjir bandang itu sudah berlalu enam tahun lalu, namun masih ada sekitar 60 KK korban banjir yang masih tinggal di gubuk darurat yang berukuran 2 X 3 meter.
“Gubuk sudah dibuat di lapak tanah milik mereka tapi ala kadar, namanya saja gubuk darurat dan mereka cukup menderita,”ujarnya. Pada saat musim hujan, jelas Datok penghulu itu, sebagian besar gubuk tersebut bocor sehingga penghuninya tidur harus menumpang di rumah saudaranya atau rumah tetangga.
“Sudah cukup lama masyarakat korban banjir ini menderita karena pemerintah tidak menepati janji membangun rumah bantuan,” ujar Amad Zais, Keuchik Batu Bedulang.
Ironinya, ada dua gubuk yang terpaksa dihuni masing-masing dua KK. “Anda bisa bayangkan dalam satu kecil dihuni dua KK, apa warga tak sengsara.” tegas Amat Zais.
Karena itu, para korban bajjir tersebut sangat mengharapkan agar Pemerintah Aceh segere menepati janjinya. Disebutkan juga, dari 147 KK total korban banjir itu, baru dibangun 58 rumah bantuan, sementara sisanya sampai saat ini belum jelas.
“Kami sudah usulkan pembangunan rumah warga yang masih tinggal di gubuk kepada pemerintah, apapun boleh namanya, rumah dhuafa, rumah korban banjir, yang penting rumah bantuan bisa dibangun,”ujar Datok Batu Bedulang.
Kadis PU Aceh Tamiang, Ir Irwansyah kepada Serambi Kamis kemarin mengakui, pihaknya tetap merespon keluhan korban banjir bandang Aceh Tamiang tersebut.
Namun pembangunan rumah bantuan tersebut disesuaikan dengan kemampuan daerah, dan akan dibangun bertahap. Menurutnya juga sudah ada bantuan pemerintah dengan membangun pertapakan rumah.
“Bisa saja setahun dibangun 25 unit rumah atau 30 rumah sesuai kemampuan daerah. Jumlah rumah untuk korban banjir yang belum dibangun sekitar 813 unit lagi,” ujarnya. | Serambinews.com | Ilustrasi |Foto | Google