HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Berhenti Normalisasi Pelihara Satwa Liar

Putri Nor Indah Oktaviani Mahasiswi Semester 2 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Lentera24.com - Belakangan ini sering bermun...

Putri Nor Indah Oktaviani Mahasiswi Semester 2 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Lentera24.com - Belakangan ini sering bermunculan youtuber atau influencer yang memelihara satwa liar. Contohnya Alshad Ahmad, pria asal Bandung yang viral dengan berbagai satwa liar yang dipelihara di rumahnya saat ini. Saat ini ia memelihara berbagai jenis satwa liar termasuk tiga ekor harimau, yang dimana harimau termasuk dalam jenis satwa yang dilindungi.

Hal ini justru memikat banyak penonton untuk menikmati konten mengenai hewan tersebut, padahal hal ini tidak bisa dibenarkan. Sesuai dengan prinsip Animal Welfare yang dikutip dari RCPA, ada lima prinsip kesejahteraan terhadap hewan; yaitu bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa takut dan stress, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, dan bebas mengekspresikan perilaku alamiah. 

Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, satwa liar adalah semua binatang makhluk hidup di darat, air, dan udara yang masih memliki sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia. Memelihara satwa liar untuk kepentingan pribadi diperbolehkan tetapi harus sesuai dengan prinsip kesejahteraan hewan.

Memelihara hewan liar juga tidak bisa serta merta dimaklumi hanya karena hewan tersebut dianggap mendapatkan kehidupan yang layak dari pembuat konten yang menjadi pemiliknya. Karena habitat asli hewan tersebut tetap berada di alam bebas. Hal itulah yang harusnya disadari masyarakat, bahwa kesejahteraan terhadap hewan tersebut masih belum terpenuhi. Dampaknya tidak hanya kepada hewan itu saja, konten-konten yang memperlihatkan hewan liar tersebut juga turut memilik efek domino. 

Efek domino adalah efek yang dapat menimbulkan serangkaian peristiwa serupa. Penikmat konten tersebut sangat banyak, maka permintaan atau demand untuk memiliki hewan liar seperti itupun akan semakin banyak. Hal inilah yang dapat membuat perburuan terhadap satwa liar semakin meningkat. Efek yang ditimbulkan membuat satwa liar semakin sengsara hidupnya karena tidak hidup ditempat yang seharusnya, walaupun sebagian orang menganggap dengan memelihara dan memberikan mereka makan, itu sudah cukup layak. Mereka memperlakukan satwa liar selayaknya binatang peliharaan. 

Dengan beranggapan bahwa mereka melakukan konservasi, mereka merasa tindakan yang mereka ambil sudah benar. Namun sebenarnya, satwa liar tersebut harus dibiarkan tetap liar dan berperilaku sesuai perilaku alaminya bukan malah diajak bermain dengan manusia dan lain-lain. 

Perilaku hewan dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk gen yang merupakan unsur bawaan dan juga lingkungan tempat hewan ini tinggal. Selain itu, memelihara satwa liar berpotensi akan menimbulkan zoonosis atau penyebaran penyakit kepada manusia melalui hewan. Contohnya pada primate yang mampu menyebarkan penyakit TBC, Herpes, dan Pox. Satwa liar yang dipelihara sangat rentan terhadap stress sehingga akan lebih mudah mengalami sakit.  

Bahkan menurut Social Media Animal Cruelty Coalition Asia for Animals, membuat konten yang memuat satwa liar sebagai hiburan termasuk kekejaman terhadap satwa. Bisa dilihat dari banyaknya kalangan youtuber atau influencer yang melakukan hal serupa yang membuat konten-konten dengan memuat satwa liar yang mereka pelihara.

Dikutip dari BBC, Social Media Animal Cruelty Coalition Asia for Animals merilis riset yang menunjukkan Indonesia sebagai negara nomor satu di dunia yang paling banyak mengunggah konten penyiksaan terhadap hewan di media sosial. Hal ini memperparah keadaan satwa liar maupun hewan lain yang ada di Indonesia. 

Kepedulian terhadap satwa liar tidak dengan menyelamatkan spesies dengan memeliharanya, namun meningkatkan populasinya dengan melestarikan ekosistem hutan agar terus bekerja sebagaimana semestinya.

Lalu apa yang bisa dilakukan agar satwa liar ataupun hewan lain tidak mengalami kejadian di atas? Maka kita sebagai manusia yang sayang dan peduli terhadap hewan, harus berhenti melakukan glorifikasi pelihara satwa liar dan menghindari untuk mengunggah konten interaksi dengan satwa liar peliharaan. ***