HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Begitu Mengkhawatirkan Wabah Penyakit Mulut dan Kuku Bagi Peternak

Abell Dakustira Mahasiswi Semester 2 Fakultas Kedokteran Hewan Universistas Airlangga Lentera24.com - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) disebut...

Abell Dakustira Mahasiswi Semester 2 Fakultas Kedokteran Hewan Universistas Airlangga

Lentera24.com - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) disebut sebagai Foot and Mood Disease (FMD). Jenis penyakit ini disebabkan dari virus tipe A dari keluarga Picornaviridae, genus Apthovirus yakni Apthaee epizootecae. Lama inkubasi penyakit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yaitu 1-14 hari yaitu masa sejak hewan tertular penyakit hingga timbul gejala penyakit. Virus ini dapat bertahan lama di lingkungan dan bertahan pada tulang, kelenjar, susu, serta produk susu. Angka kesakitan ini dapat mencapai 100% dan angka kematian tinggi ada pada hewan ternak muda (Adjid, 2020). Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang terjadi di Indonesia dapat dikategorikan sebagai wabah skala luas walau tak sebesar wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang terjadi di Taiwan pada tahun 1997 dan Inggris pada tahun 2001.

Dalam waktu 3 bulan April sampai awal September 2022, dilaporkan hewan sakit mencapai lebih dari setengah juta ekor. Sebanyak 24 provinsi dilaporkan tertular PMK serta beberapa spesies dinyatakan terinfeksi, seperti sapi,kambing, domba, dan babi. Terdapat banyak negara yang belum bisa menyelesaikan masalah setelah puluhan tahun menghadapi wabah ini.

Indonesia bisa bernasib sama jika mengabaikan teknis utamanya mengenai konsep infeksi virus PMK serta masalah vaksin serta vaksinasi yang belum tentu sama terhadap penyakit hewan atau penyakit manusia lainnya.

Dilain sisi, kerugian sampai miliaran rupiah disaat para peternak tak menjual ternaknya. Ternak yang sakit harus dipotong bersyarat, serta pasar hewan ditutup dalam jangka waktu tertentu. Angka kematian hewan akibat penyakit ini memang rendah, tetapi memiliki sifat penularan luar biasa cepat serta virus yang mampu bertahan di kondisi lingkungan apapun itu.

Gejala awal PMK hampir mirip dengan penyakit BEF (Bovine Ephemeral Fever) yaitu penyakit yang awalnya ditandai dengan nafsu makan yang kurang, suhu badan tinggi, hypersalifa atau mengeluarkan liur secara berlebihan, mata hewan ternak sayu, kaki hewan yang kaku, ujung telinga  terasa dingin, serta mulut hewan yang kering. Perbedaanya PMK memiliki lesi atau luka pada mulut semacam sariawan dan pada celah kuku terdapat luka biasanya berupa nanah. Kebanyakan sapi hamil tua terkena PMK anak yang dilahirkan akan mati dan anak sapi yang berusia dibawah 2 bulan rawan kematian.  

Fenomena lain, dapat dilihat dari penyakit PMK yang menyerang hewan ternak yaitu banyak para peternak yang lebih memilih untuk menjual hewan ternak yang terserang PMK daripada merawat untuk menyembuhkan hewan tersebut. Hal ini terjadi karena, kondisi psikis peternak yang memiliki pemikiran negatif dan pesimis bahwa hewan ternak mereka akan mati. Dengan begitu, para peternak mengalami kerugian yang besar. Hal ini juga dimanfaatkan oleh para pedagang sapi yang kurang bertanggung jawab, atau sering disebut dengan istilah “blantik” yang gemar merusak kepercayaan diri para peternak terhadap kesembuhan ternaknya. Sehingga, para peternak mau menjual sapi kepada “blantik” dengan harga yang sangat murah. Beberapa peternak tidak bertanggung jawab yang mengalami kerugian akibat sapinya mati, mereka menjual sapinya kepada “jagal” dan kemudian “jagal” tersebut menjual daging sapi yang sudah mati tersebut. Sehingga masyarakat perlu berhati-hati dalam membeli daging sapi.   

Penanganan yang dapat dilakukan sekarang yaitu pemberian vaksin untuk hewan ternak dalam pencegahan PMK. Percepatan vaksinasi digencarkan agar dapat tersebar menyeluruh dan meminimalisir hewan ternak yang terkena penyakit ini. Namun, terdapat beberapa masyarakat yang enggan menerima vaksin. 

Ada beberapa alasan masyarakat menolak hewan ternak mereka divaksinasi, yaitu meragukan kualitas vaksin, takut terdapat efek samping pada keselamatan ternak,  serta pemikiran idealis para peternak. 
Sanitasi serta pemeliharaan kandang juga merupakan solusi dalam penanganan PMK. Karena, dengan pemeliharaan kandang dapat meminimalisir serta menjaga lingkungan tempat hewan ternak. Selain itu, adanya air mengalir terus menerus sebagai perawatan pembersihan kandang. 

Proses isolasi hewan yang terkena juga sangat penting dilakukan untuk pencegahan PMK. Isolasi yang dimaksud salah satunya adalah dengan mencegah orang luar berkunjung ke kandang atau berkontak langsung dengan hewan ternak, karena manusia bisa menjadi pembawa virus atau sebagai carrier. Tak hanya itu, kebersihan ketat bagi para peternak yang masuk dalam lingkup kandang seperti penyemprotan disinfektan.***