HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Dengan Melakukan Aktivitas Fisik Ternyata Dapat Menurunkan Tingkat Stress

Adhiratih Ken Sari Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang Lentera24.com - Setiap individu yang tumbuh dan berkemban...

Adhiratih Ken Sari Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang

Lentera24.com - Setiap individu yang tumbuh dan berkembang pasti melalui beberapa fase perkembangan. Sebagian individu mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik sementara beberapa dari individu tersebut terkadang tidak mampu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah menyebabkan timbulnya ketegangan atau perasaan tertekan yang sering disebut sebagai stress. Setiap individu pasti pernah mengalami stres dan merasakan perasaan yang tertekan. 

American psychiantrics Association (2014) menjelaskan bahwa stress dapat diartikan sebagai perasaan kewalahan, khawatir, tertekan, kelekatan, atau merasa lesu. Oleh sebab itu, stress dapat mempengaruhi setiap individu dalam segala usia, jenis kelamin, dan situasi. Tingkat stress yang rendah dapat berguna untuk mendorong seseorang untuk terus berkembang dan bahkan menyehatkan. Namun, tingkat stress yang tinggi dapat menimbulkan masalah secara biologis, psikologis, maupun sosial bagi individu yang mengalaminya. 

Klasifikasi stress sendiri terdiri dari dua jenis yaitu eustress dan distress. Eustress membangun dengan positif dengan meningkatkan semangat hingga konsentrasi. Sedangkan stress yang tidak menyenangkan dan negatif dikenal sebagai distress. Stress memiliki berbagai efek negatif, seperti gampang marah, tekanan darah tinggi, dan konsentrasi yang buruk. Stres akademik tergolong stres negatif (distress). Stres akademik terjadi dalam lingkungan pendidikan. Stres negatif ini muncul ketika individu dihadapkan pada tuntutan dan tugas yang harus diselesaikannya (Baptis Seto et al., 2020).

Gejala umum yang sering dirasakan individu ketika mengalami stress, antara lain akan menyebabkan ketegangan pada otot, sakit kepala, tangan dan kaki terasa dingin, perut terasa mual-mual, susah tidur, dan gangguan pada pencernaan. Individu mungkin juga akan mengalami gejala psikologis seperti kelelahan hebat, perasaan selalu gugup, mudah tersinggung, dan enggan untuk beraktivitas (Sukadiyanto, 2010). Dengan melakukan olahraga atau aktivitas fisik merupakan salah satu cara untuk mengurangi stress yang dialami oleh individu. 

Menurut (WHO, 2020) aktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran kalori). WHO juga mengungkapkan bahwa dengan melakukan aktifitas fisik secara rutin merupakan cara efektif untuk mengelola stress. Aktivitas fisik dapat meningkatkan rasa percaya diri, self concept, rasa cemas dan stress yang rendah (Brown, 2013). Aktivitas fisik yamg teratur mampu meningkatkan kesehatan mental dan dapat mengurangi risiko depresi, penurunan kognitif, dan menunda timbulnya demensia, serta meningkatkan perasaan kesejahteraan. Dengan melakukan aktivitas fisik individu bisa mengalihkan perhatiannya dari masalah dan stress kemudian mampu meningkatkan suasana hati yang positif dan bersemangat. 

Secara fisiologis, aktivitas fisik mempengaruhi hormon endorfin dalam sistem saraf pusat. Orang yang melakukan aktivitas fisik, kadar BDNF (brain derived neurothropic factors) dan Beta Endorphins nya meningkat. BDNF berperan dalam meningkatkan kadar Long Term Potentiation (LTP) yang mendukung terjadinya plastisitas saraf sehingga meningkatkan fungsi memori dan pembelajaran yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan toleransi terhadap stress. Beta Endorphins berperan dalam menurukan kadar kortisol berlebih sehingga dapat menyebabkan kadar kortisol menjadi normal kembali. Kadar kortisol yang normal mampu mengembalikan fungsi CRHR2 (corticotropin releasing hormon receptor 2) sehingga dapat memyebabkan fungsi kognisi dan emosi individu, fungso kognisi dan emosi yang membaik akan menyebabkan peningkatan toleransi stress individu (Li, et al., 2013). 

Aktivitas fisik terbukti memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat stress yang dialami oleh individu. (Poluakan, J., Manampiring, A. E., & Fatimawali. 2020). Berbeda dengan hal tersebut (Setiawan, Djuhari & Hanifwati, 20150 dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa aktivitas fisik tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat stress, namun berhubungan siginfikan dengan toleransi individu terhadap stressor yang ia terima. Hal ini perlu diperhatikan bahwa yang terpenting dalam melakukan aktivitas fisik agar efektif untuk menurunkan stress adalah intensitas. Intensitas sedang merupakan intensitas yang paling tepat untuk mengurangi stress dan meningkatkan kesehatan mental individu (Paolucci, et al., 2018). 

Melakukan aktivitas fisik tidak hanya bermanfaat untuk mengurangi stress, kecemasan, atau depresi saja. Aktivitas fisik juga bermanfaat bagi kesehatan mental individu. Individu yang lebih sering melakukan aktivitas fisik memiliki harga diri, tingkat kebahagiaan, dan kepuasan yang lebih tinggi (Choen & Lim, 2020). Dalam upaya untuk mengelola stress yang dirasakan oleh indivdu, terdapat berbagai jenis olahraga yang bisa dilakukan dan terbukti efektif. 

1) Yoga 

Yoga menjadi salah satu olahraga yang banyak dilakukan individu untuk mengurangi stress dan ketegangan. Faktanya peregangan yang dilakukan selama yoga mampu mengurangi stress dan meningkatkan fungsi kekebalan mukosa. Melakukan yoga secara rutin dapat membantu individu untuk menumbuhkan minfullness yang akan berpengaruh terhadap penurunan tingkat stress (Tong, et al., 2020). 

2) Renang 

Renang adalah olahraga yang menyenangkan karena semua otot tubuh bergerak sehingga otot tubuh bergerak dengan pesat. Olahraga renang dapat bermanfaat untuk melindungi diri dari stress dan lelah setelah melakukan beragam aktivitas. Secara psikologis, berenang dapat membuat hati dan pikiran lebih rileks. Gerakan berenang yang dilakukan dengan santai dan perlahan, mampu meningkatkan hormon endorfin dalam otak yang bertanggung jawab saat kita merasa bahagia. ***