HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Coretan Pena Seorang Pemerhati, Buta Warna Atau Buta Hati Gagalkan Fahri Jadi Polsi

Fahri Fadillah Nur Rizki bersama Ibunda Lentera24.com - Seorang pemuda itu bernama Fahri Fadillah Nur Rizki ia adalah calon siswa TA 2021 d...

Fahri Fadillah Nur Rizki bersama Ibunda

Lentera24.com - Seorang pemuda itu bernama Fahri Fadillah Nur Rizki ia adalah calon siswa TA 2021 di Polda Metro Jaya, berita ini tersebar luas setelah Fahri membuat video yang diunggah di sebuah akun TikTok yang menjelaskan bahwa ia sudah dinyatakan lulus seleksi tahapan polri TA 2021, namun saat akan berangkat pendidikan Candradimuka tiba - tiba nama dia menghilang dari daftar calon siswa polri T.A 2021.


Singkat cerita kronologis Fahri ini adalah seorang pemuda yang sejak tahun 2019 sudah mendaftar dan mengikuti tes tahapan polisi, dilansir dari kabar yang tersebar, di tahun 2019 ia gagal pada tes tahapan buta warna, begitupun di tahun 2020 ia gagal di tes tahapan buta warna, namun di tahun 2021 ia dinyatakan lulus dan meraih peringkat ke 35 dari 1200 peserta yang lolos.


Sedikit membahas buta warna, buta warna terbagi menjadi 2 golongan, yaitu buta warna parsial dan buta warna total, buta warna parsial adalah kebutaan mata pada sebagian warna, dan buta warna total adalah kebutaan mata pada seluruh warna.


Saya sudah mengalami 2 kali gagal lolos menjadi anggota polisi, dan di setiap tes kesehatan, saya melewati tahapan tes kesehatan dengan materi tes yang sama, kemudian terbesit dalam kepala saya apakah tahapan tes kesehatan ini bisa dilalui dengan sebuah hafalan dan akhirnya sesuatu yang janggal dalam kepala saya terjadi.

     

Menindak lanjuti dengan kejadian tersebut pihak Polda Metro Jaya melakukan klarifikasi, Kombespol Didit yang mewakili dari pihak Biddokes Polda Metro Jaya berspekulasi bahwa Fahri bisa saja menghafal bagian tes dari buta warna, karena pada tahapan tes tersebut buku yang dijadikan sebagai alat tes sudah tersebar luas dan bisa diperjual belikan, dan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombespol Zulpan juga bersuara beliau membantah bahwa adanya siswa titipan yang dimasukan dalam daftar calon siswa untuk menggeser posisi Fahri.

    

Dengan adanya peristiwa ini tentunya ini menjadi tugas rumah Kepolisian untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi dalam rangkaian tes penerimaan Polri, tetapi sebelum kesana tentunya kita masih berharap dan menunggu dan bahkan mungkin meminta, langkah apa yang akan diambil oleh kepolisian Polda Metro Jaya untuk bersikap secara bijak agar pihak yang terkait bisa menerima dan memaafkan peristiwa ini, karena jika setiap peristiwa atau kejadian yang terjadi di pihak kepolisian hanya berakhir di sebuah klarifikasi ataupun konferensi biasanya masyarakat Indonesia yang cerdas tidak akan mudah mengubah stigma. ***

Penulis Damarjati Perhati Sosial