Oleh: Muhammad Khoirul Munadi Manusia memiliki sifat malu yang dapat menggerakkan nalurinya, menilai mana yang benar dan salah. Dengan r...
Oleh: Muhammad Khoirul Munadi
Manusia memiliki sifat malu yang dapat menggerakkan nalurinya, menilai mana yang benar dan salah. Dengan rasa malu itu, setiap manusia berjalan di atas ketetapan fitrah dari Rabbnya.
Manusia memiliki sifat malu yang dapat menggerakkan nalurinya, menilai mana yang benar dan salah. Dengan rasa malu itu, setiap manusia berjalan di atas ketetapan fitrah dari Rabbnya.
Rasulullah SAW bersabda, "Jika kamu tak punya rasa malu, maka
berbuatlah sesukamu." Beliau juga mengatakan bahwa salah satu dari
bagian iman adalah sifat malu.
Jika manusia dibekali malu untuk hidup, lain halnya dengan binatang.
Allah memberikan nikmat kepada binatang sesuai dengan kebutuhannya. Hewan hanya
memiliki insting dipadu dengan nafsu untuk hidup.
Ia tak butuh malu karena memang Allah tidak memberikan sifat itu.
Begitulah Allah telah mengatur hamba-Nya untuk menjalani hidup di alam fana
ini.
Malu dapat menjamin kualitas batin manusia. Karena itu, manusia tak
pernah terpisahkan dengan sifat malu dan malu selalu berkaitan erat dengan
ketebalan iman seseorang terhadap Rabb-nya.
Sebagian besar sahabat Rasulullah SAW menjaga dan mengedepankan rasa
malunya di atas kepentingan duniawi mereka. Usman RA, misalnya, dia adalah
sahabat yang paling besar sifat malunya hingga Nabi SAW pun sangat
menghormatinya.
Di masa hidupnya, Rasul pernah berbaring di pangkuan istrinya, lalu
datang Abu Bakar RA sedang bagian tubuhnya terbuka, tetapi nabi membiarkan
hingga datang sahabat Umar RA. Akan tetapi, ketika datang Usman RA, Rasulullah
dengan serta-merta merapikan pakaiannya agar tak terlihat olehnya.
Ketika ditanya istrinya mengapa berbuat demikian kepada Usman dan tidak
kepada Abu Bakar dan Umar, Nabi menjawab bahwa Usman sangat pemalu. Di lain
waktu, nabi pun menyanjung keistimewaan Usman di hadapan para sahabat beliau.
Usman terhormat karena menjaga malu yang melebihi malunya seorang gadis.
Kekuatan iman seorang Muslim dapat dilihat dari sifat malu dalam
dirinya. Seorang Muslim hakiki akan menjaga dirinya dengan benteng malu
terhadap Tuhannya bila berbuat dosa.
Ia akan menaati semua perintah-Nya sekuat tenaga. Ia akan sangat
menyesal, merasa bersalah dan malu kepada Rabbnya jika meninggalkan satu saja
syariat-Nya. Begitulah ciri kehidupan seorang Muslim yang teguh hati menjaga
malunya.
Sebagaimana diterangkan Rasulullah SAW, seorang Muslim yang tidak punya
rasa malu sama sekali, dipersilakan berbuat sesuka hatinya. Mereka telah
terlepas dari tali umat Muhammad yang menghormati kalam Allah dan sabda beliau,
mereka akan dikirim ke dalam azab-Nya yang pedih dan menyakitkan, kehinaan
mereka peroleh di dunia dan siksaan mereka terima di neraka.
Dunia seakan telah mejadi rumah abadi bagi manusia-manusia rakus dan
pengekor hawa nafsu. Mereka tak lagi memikirkan siapa Rabb-nya dan apa saja
perintah serta larangannya.
Harta, tahta, dan wanita memang tombak serang setan untuk menyerang
manusia. Maka dari itu, mari kita hargai diri dengan menjaga sifat malu sebagai
fitrah manusia. Wallahu a'lam.
Sumber : Republika.co.id