HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Dinilai gagal, FASSAL Minta Aliksa Angkat Kaki dari Blok A

Lentera24.com | ACEH TIMUR  - Setiap tahun milyaran dana CSR dari  PT Medco E&P Malaka untuk membiayai program organik padi Sri yang di...


Lentera24.com | ACEH TIMUR 
- Setiap tahun milyaran dana CSR dari  PT Medco E&P Malaka untuk membiayai program organik padi Sri yang dipegang Yayasan Aliksa asal Bandung Jawa Barat dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat lingkar tambang operasi blok A, Namun program tersebut di tuding gagal. 


Juru bicara Forum Aliansi untuk  Sosial dan Lingkungan (FASSAL), Muhammad Irwandi, menilai program organik padi sri yang dilaksanakan oleh Aliksa selaku konsultan dan pendamping program untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat lingkar tambang merupakan program sia-sia dan tak bermanfaat, Sabtu (20/11/21).


Program organik padi sri yang di mulai sejak tahun 2016, tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali, bahkan hampir menjelang berakhir kontrak akhir tahun 2021 program andalan untuk menciptakan petani mandiri, produktif dan inovatif hanya isapan jempol belaka, timoal M Irwandi,.


"Indikator kegagalan program organik padi Sri dapat dilihat di lapangan, dimana tingkat produksi padi sri organik yang di jalankan oleh Aliksa lebih buruk dari pola pertanian konvensional," cetus Ustad Wandi sapaan akrab M. Irwandi.


Ustad Wandi juga warga lingkar tambang Blok A, menyebutkan karena dinilai gagal, beberapa kelompok tani enggan dan menolak terhadap program organik padi sri produk Aliksa karena hasil produksinya jauh panggang dari api.


"Indikator lain dapat dilihat dari capaian jangka menengah rencana strategis(renstra) terhadap program organik padi sri di antara nya menjadikan masyarakat yang dapat memproduksi produk organik dan berinovasi membuat olahan makanan dan minum segar yang menyehatkan, menjadikan masyarakat mampu menjual produk organik, benih organik untuk meningkat perekonomian anggota kelompok, menjadikan masyarakat mampu memproduksi kompos, mol dan pesnab untuk dirinya sendiri dan menjual kepada orang lain serta terakhir target jangka panjang nya adalah masyarakat sudah mampu  memproduksi berbagai produk organik dan mempunyai izin," beber Ustad Wandi.


Bahwa program pemberdayaan aliksa melahirkann tenaga pendamping lokal yang di ToT dari anggota kelompok binaan Medco malaka. Namun itu nihil.


"Seharusnya bila program tersebut berhasil disamping telah terjadi peningkatan produksi dan pengembangan, setiap kelompok binaan Aliksa sudah mendapatkan sertifikasi, sudah 5 tahun program berjalan, akan tetapi kantor perwakilan Aliksa tidak ada di Aceh Timur," tuturnya.


Lebih lanjut ustazd Wandi menambahkan, Kegagalan program yang dilaksanakan oleh Aliksa seharus nya menjadi perhatian serius semua pihak, terutama PT Medco E&P Malaka sendiri dan pihak BPMA untuk dilakukan evaluasi.


"Jika jauh -jauh datang dari Bandung membawa produk gagal, maka sebaik nya Aliksa silahkan angkat kaki dari Blok A dan selanjutnya PT Medco dan BPMA bisa memprioritaska  serta memberdayakan sumber daya atau lembaga lokal," tegas Ustad Wandi.


Sementaraitu, Manager Operasional dan Konsultan Aliksa, Rio Setyawan saat di konfirmasi awak media mengaku berada di Suka Bumi, dan mengatakan bahwa dirinya tidak memberikan tanggapan, ia minta untuk konfirmasi langsung dengan Humas PT Medco E&P, bila sudah mendapatkan arahan dari Medco baru bisa menjelaskan secara teknis.


"Lebih baik tanya saja ke Humas PT.Medco nya, Sebab yang membawa kami ke Blok A adalah PT Medco," ujar Rio.


Awak media menghubungi Salah satu Humas PT.Medco E&P Malaka, namun belum bisa memberikan jawaban. [] L24.Zal.