HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Bela Negara Respon Antitesa Hancurnya Negara Bangsa

Delia Pratiwi Semester 1 Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang  Lentera24.com -- Kita sebagai bangsa menciptakan generasi bar...

Delia Pratiwi Semester 1 Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang 

Lentera24.com -- Kita sebagai bangsa menciptakan generasi baru yang lebih unggul kualitasnya daripada generasi sebelumnya, ataupun melalui perjuangan eksternal, antara lain untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan territorial negara dari negara-negara, atau bangsa-bangsa lain di dunia,yang sangat diperlukan sebagai landasan dalam perumusan ketentuan bagi tata hubungan dan kerjasama antar masyarakat bangsa-bangsa. 


Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang telah terreduksinya kedaulatan atau bahkan hilangnya kedaulatan territorial akibat perkembangan globalisasi perekonomian dunia tersebut menurut Kenichi Ohmae dalam The End of The Nation State (hancurnya Negara bangsa) adalah dengan mengamati pengaruh dari apa yang disebut 4 “I” yang menentukan.                                 


Pertama, pasar modal di sebagian besar negara maju adalah sama dengan kelebihan dana untuk investasi. Masalahnya adalah bahwa kesempatan-kesempatan investasi yang menjanjikan dan sangat sesuai seringkali tidak bisa ditemukan pada wilayah yang sama di mana uang ini ada. Karena itulah, pasar-pasar modal dikembangkan sebagai sebuah varietas mekanisme yang luas untuk memindahkan trilyunan dana simpanan itu melampaui batas-batas nasional. Oleh karena itu, investasi “I” pertama tidak lagi dibatasi secara geografis. Kini, di mana pun kita tinggal di dunia, kesempatan itu ada, sangat menarik, dan uang akan terus masuk.


Kedua, industri juga jauh lebih global dalam orientasi sekarang ketimbang orientasinya satu dasawarsa yang lalu. pada masa lalu, kepentingan dari pemerintahan jelas menjadi persoalan. Perusahaan harus melakukan banyak kesepakatan degan banyak pemerintah untuk memasarkan berbagai sumber daya dan keterampilan untuk ditukarkan agar bisa memperoleh akses istimewa kepasar-pasar lokal. Ini juga telah berubah. Strategi-strategi berbagai perusahaan multinasional modern tidak lagi dibentuk dan dikondisikan oleh alasan-alasan bangsa, tetapi lebih oleh hasrat dan kebutuhan untuk melayani pasar-pasar yang atraktif di manapun mereka berada dan untuk menguras berbagai sumber daya di manapun adanya. 


Subsidi-subsidi yang dibiayai pemerintah dan pajak gaya lama sudah hancur karena investasi di tempat ini tidak lagi relevan sebagai suatu kriteria keputusan. yang ketiga, teknologi informasi hingga kini memungkinkan sebuah perusahaan untuk beroperasi di berbagai belahan dunia tanpa harus membangun seluruh sistem bisnis di tiap-tiap negara di mana ia memiliki perwakilan. Para insinyur di suatu Negara dapat dengan mudah mengontrol operasi-operasi penanaman di bagian wilayah Negara lain. Para perancang produk di suatu negara bisa mengontrol berbagai aktivitas sebuah jaringan perusahaan di Negara lain. Oleh karenanya, kendala-kendala untuk partisipasi lintas batas dan aliansi strategis menjadi sangat menurun. Para tenaga ahli tidak harus ditransfer, tenaga kerja tidak harus dilatih. Kapabilitas terdapat pada jaringan itu dan bisa diperoleh kapanpun secara virtual di manapun sesuai dengan yang dibutuhkan.


Keempat juga telah memiliki orientasi lebih global. Dengan akses informasi yang lebih baik mengenai gaya hidup di seluruh belahan dunia, keingian membeli mereka tidak lagi dikondisikan oleh larangan-larangan pemerintah untuk membeli produk-produk Amerika atau Perancis atau Jepang misalnya hanya karena asosiasi-asosiasi dagang nasional mereka supaya tidak tersaingi.


Kesimpulan 

Penguasaan kedaulatan suatu bangsa atas bangsa lain bukan hanya terbatas pada hegemoni militer dan pendudukan wilayah secara fisik. Pola-pola hegemoni yang demikian sebenarnya telah mulai ditinggalkan, karena di akhir abad 20 berbagai aneka system kehidupan manusia telah bermetamorfosa menjadi satu bentuk, tanpa sekat atau batas-batas Negara bangsa setelah munculnya idea globalisme dalam perekonomian sejagat. Bila kita tidak waspada sejatinya globalisme ekonomi merupakan sublimasi atau usaha pengalihan hasrat yang bersifat primitive (hegemoni militer),ke model yang dapat diterima masyarakat yaitu globalisasi ekonomi.Titik kewaspadaan kita dalam konteks globalisasi ini karena peran dan efektivitas Negara bangsa mulai berkurang.***