HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Nelayan Boat Kecil di Aceh Timur Keluhkan Kelangkaan BBM

Lentera 24 .com | ACEH TIMUR   - Diduga adanya praktik mafia BBM akibatnya tidak hanya kenderaan darat saja yang kesulitan mendapatkan BBM, ...

Lentera24.com | ACEH TIMUR - Diduga adanya praktik mafia BBM akibatnya tidak hanya kenderaan darat saja yang kesulitan mendapatkan BBM, namun sejumlah nelayan boat kecilpun ikut terimbas kesulitan dalam memperoleh bahan bakar minyak (BBM) jenis solar di Idi Aceh Timur.

Hal ini terjadi karena belum diprioritaskan stasiun khusus BBM atau lebih dikenal dengan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) oleh Pertamina kepada nelayan tradisional hanya untuk pengusaha Kapal besar, Kamis (1/4/21).

“Kami nelayan kecil ini sangat sulit untuk mendapatkan solar, apalagi solar bersubsidi sangat lah sulit sebab, banyak mafia BBM yang menawarkan minyaknya ke pengusaha (Toke Bangku), jadi kami (nelayan kecil) yang jadi korban,”juar Zainul Bahri (45) warga Blang Geulumpang Idi Rayeuk, yang merupakan salah satu nelayan boat kecil.

Bahri menyebutkan, selama ini kapal nelayan dengan tonase di bawah 5 GT, harus mencari BBM di beberapa pengecer dengan harga mencapai Rp.7000 bahkan lebih, padahal yang dibeli olehnya merupakan BBM Subsidi. 

"Kadang kadang kami para nelayan tradisional (Boat Kecil) terpaksa harus menebus BBM jenis Solar dengan harga mencapai Rp.7000, sedangkan pengusaha lebih dahulu menyetor uang ke SPBN, kami tidak punya uang di muka, ya terpaksa harus beli harga mahal ditempat yang ada solarnya," timpalnya lagi.

Hal senada juga juga juga dikeluhkan oleh Zulkifli (52) juga merupakan nelayan Boat kecil di Kuala Idi Rayeuk.

"Selain itu, ada juga yang menyalahgunakan DO, sebagian besar BBM yang digunakan untuk ratusan kapal ikan juga berasal dari BBM Bersubsidi dengan cara membawa surat Nelayan Ke SPBU seputaran Aceh Timur, saat survei ke Lapangan (TPI) banyak nelayan tradisional (bot pancing) terlantar tidak mendapatkan BBM sedangkan pengusaha kapal dengan mudah mendapatkan BBM," ucapnya.

Sedangkan BBM yang didistribusikan resmi oleh Pertamina untuk kapal ikan di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk, sesuai dengan jumlah kapal yang memiliki izin lengkap, sedangkan BBM ilegal digunakan untuk mencukupi kapal ikan yang tidak memiliki izin, seperti kapal pukat harimau juga masih berlayar di laut Aceh Timur khususnya umumnya Aceh.

Dijelaskan Zulkifli, kapal ikan di Pelabuhan Perikanan Idi dari berbagai jenis ada sekitar 500-an unit.

Jumlah tersebut meningkat menjadi 700-an unit di akhir tahun 2020, setiap beroperasi kapal ikan itu membutuhkan solar sedikitnya 1 ton, sehingga solar subsidi maupun nonsubsidi yang disalurkan Pertamina dikuasai oleh mereka.

Sejumlah koperasi, PT, UD, ataupun perorangan yang menjual BBM untuk kapal ikan di Pelabuhan Perikanan IDI Rayeuk maupun luar Pelabuhan Perikanan, diduga banyak bermain dalan pendistribusian BBM tersebut, termasuk pendistribusian solar bersubsidi yang disalurkan Pertamina lewat SPBN Sentra Bahan Bakar Minyak untuk Nelayan yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk.

“Kita meminta penegak hukum untuk mengusut penyaluran BBM oleh mafia minyak, sehingga jatah nelayan kecil yang seharusnya mendapatkan BBM subsidi tidak habis dimakan oleh mafia-mafia minyak,” tegasnya.

Sementara wakil Ketua Lembaga panglima laot Lhok Idi Rayeuk Sulaiman mengungkapkan, kelangkaan BBM bagi kalangan nelayan kecil disebabkan belum maksimalnya penyediaan SPBN Sentra Bahan Bakar Minyak untuk Nelayan. Sehingga, pendistribusian BBM tidak merata diperoleh nelayan kecil. 

“Kita minta kepada PT Pertamina untuk menempatkan beberapa SPBN untuk nelayan kecil di Idi Rayeuk, dan sekitarnya agar keluhan ini dapat diatasi segera,” pungkas Sulaiman

Harapan nelayan tradisional, Polda Aceh mengusut penyaluran BBM, sehingga jatah nelayan kecil yang seharusnya mendapatkan BBM subsidi tidak habis dimakan oleh mafia-mafia minyak. [] L24.Zal.

Teks Foto : Tampak beberapa Boat Kecil terparkir Pelabuhan Perikanan Idi tidak bisa melaut akibat kelangkaan BBM jenis Solar.