Oleh Dandi Pratama, mahasiswa UIN Ar-raniry, Banda Aceh. Dosen: Iping Rahmat Syahputra M. Sc. Mata Kuliah : Politik Hukum Islam di Indonesi...
Oleh Dandi Pratama, mahasiswa UIN Ar-raniry, Banda Aceh. Dosen: Iping Rahmat Syahputra M. Sc. Mata Kuliah : Politik Hukum Islam di Indonesia
Lentera 24.com | Manusia diciptakan Tuhan dengan banyak misteri yang mengelilinginya, tidak seperti novel atau membuat sebuah film, yang bisa ada kesalahan atau kekurangan yang menurutnya kurang berkenan bias diubah-uba, atau bahkan di ulang kembali, kehidupan manusia dibatasi oleh ruang dan waktu yang tidak mungkin bila di putar mundur, kehidupan manusia di buat oleh tuhan hanya sekali, sehingga hanya ada satu kesempatan untuk berhasil.
Suatu kesempatan itu di batasi oleh pristiwa kelahiran dan kematian, selama masih dalam lingkup satu kesempatan yang kurang lebih hanya 60 tahun itu, manusia masih bias memperbaiki jalan hidupnya, waktu akan terbuang sia-sia, sementara batas akhir semakin dekat, satu satunya cara yang tepat bagi manusia adalah dengan menjalani kehidupan ini tanpa melakukan kesalahan, sehingga tidak perlu diperbaiki atau di putar ulang kembali, itulah sebabnya kehidupan manusia perlu ditata dengan niat yang tepat, jalan yang benar, serta arah yang lurus.
Kenyataannya kehidupan manusia tidak sesederhana itu, niat, jalan
hidup, arah hidup adalah RETORIKA TEORISTIS yang dimana pencetusnya sendiripun
di buat gelagapan, ketika benar-benar menjalani kehidupannya, sama sekali tidak
semudah membalikkan telapak tangan untuk membangun kehidupan seperti itu maka
dari itulah manusia harus memahami lebih dalam apa makna takdir itu, taubat,
insyaf, tafakkur, amal semangat, bangkit dan optimisme dalam seluruh aktifitas
kehidupan, sehingga biasa meraih kesuksesa serta masadepan yang cerah
menjanjikan.
Niat atau motif suatu aktifitas adalah kunci utama, apakah
aktifitas tersebut akan membawanya dalam kesuksesan atau tidak, orang yang
meraih “ the great” pada bidang atau profesinya selalu berangkat dari motif
yang tepat, aindakan ada yang berangkat dengan motif yang tidak tepat, maka
tidak jarang di pertengahan jalan iya menemukan motifnya, motiv adalah nyawa
yang akan membawa pemiliknya menemukan cara dan proses mencapai keberhasilan.
Itulah sebabnya tidak semua orang sukses telah mencita-citakan
kesuksesan itu semenjak usia anak-anak, sebagian orang sukses menapaki
perjalanan hidupnya karena “tersesat di jalan yang benar”, artinya dia telah
meraih sukses besar, namun jalan hidupnya yang di tempuhnya bukanlah yang di
angan-angankan olehnya selama ini, namun takdir telanh mengantarkannya ke jalan
lain yang tidak dia inginkan, dan di situlah dia mendapatkan kesuksesannya.
Bagaimanapun terdapat sisi posistifnya dan negative dari proses
“terjerumus ke jalan yang benar” sisi positifya adalah ada sentuhan-sentuhan
lain dari cara atau karya mereka, sentuhan yang keluar dari pakem profesi,
seseorang politisi yang tidak berbeground disiplin ilmi-ilmu politik, akan
memberikan sentuhan lain sesuai ilmu yang iya geluti, seseorang seniman yang
bukan dilahirkan oleh disiplin ilmu seni akan menjadi seseorang seniman plus
dengan memberikan sentuhan lain atas karya seninya, namun seperti factor bakat
dan minat adalah factor yang paling menentukan mengapa seseorang ‘ salah jalan’
dalam perjalanan hidupnya.
Maka dapat di katakan sukarno meraih ‘the great’ sebagai politisi
dunia adalah karena beliau memiliki bakat dan minat di bidang politik, walau
pun beliau seharusnya menjadi seorang teknokrat, Ahmad Faudi seharusnya menjadi
Ustad atau Ulama sebagai keinginan ibundanya, dikarnakan beliau alumni dari
pondok pesantren Gontor. Johan Budi sepatutnya menjadi teknokrat, bukan juru
bicara KPK yang selalu memberikan penjelasan persoalan hukum dan korupsi, dan
mereka sesungguhnya adalah orang-orang yang salah menjalani kehidupannya tetapi
bakat dan minat telah membawa mereka kembali kepada jalan yang benar.[]***