HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Ada Awan "Gelombang Tsunami" di Langit Makassar, 5 Pesawat Berputar-putar 20 Menit

Lentera 24.com | MAKASAR -- Saat awan berbentuk gelombang tsunami atau awan kumulonimbus menggulung di langit Kota Makassar, lima pesawat ya...

Lentera24.com | MAKASAR -- Saat awan berbentuk gelombang tsunami atau awan kumulonimbus menggulung di langit Kota Makassar, lima pesawat yang hendak mendarat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar harus menunggu cuaca mulai membaik. 

Foto : Kompas.com
Kelima pesawat tersebut terpaksa berputar-putar di ruang udara Makassar hingga 20 menit, barulah bisa mendarat saat cuaca mulai membaik. Hal itu disampaikan oleh  General Manager AirNav Indonesia cabang Makassar Air Traffic Service Centre (MATSC) Novy Pantaryanto saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (2/1/2019).  

“Saat awan kumulonimbus menggulung di langit Kota Makassar, Selasa (1/1/2019) sore, ada lima pesawat mengalami penundaan mendarat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar. Sehingga, pesawat itu berputar-putar terlebih dahulu di atas sekitar 15 hingga 20 menit lalu mendarat setelah cuaca mulai membaik,” ungkap Novy. 

Novy mengatakan, awan berbentuk gelombang tsunami tersebut merupakan awan yang sangat berbahaya. Di dalam gumpalan awan kumulonimbus itu terdapat partikel-partikel petir, es dan lain-lainnya yang sangat membahayakan bagi penerbangan. 

Awan kumulonimbus inilah yang paling dihindari oleh pilot, karena di dalam awan itu juga terdapat pusaran angin. “Sangat mengerikan itu awan kumulonimbus. Kalau kita liat angin puting beliung, ekor angin itu ada di dalam awan kumulonimbus. 

Awan ini juga dapat membekukan mesin pesawat, karena di dalamnya terdapat banyak partikel-partikel es. Terdapat partikel petir dan sebagainya di dalam awan itu,” terangnya.

Meski awan kumulonimbus dianggap membahayakan bagi penerbangan, kata Novy, pihaknya telah mempunyai alat radar cuaca pada rute penerbangan yang bisa melacak cuaca hingga radius 100 KM. 

Sehingga, jika terlihat awan kumulonimbus pada radar, pihaknya langsung menyampaikannya dan pilot akan membelokkan pesawat hingga 15 derajat. “Tidak ada pilot yang berai menembus awan kumulonimbus. 

Jadi kita mempunyai radar cuaca dan berkoordinasi dengan BMKG, sehingga data dari BMKG yang diperoleh terkait cuaca buruk akan disampaikan kepada pilot. Jadi cuaca buruk yang terjadi, aman bagi lalulintas penerbangan,” terangnya.

Novy menambahkan, awan kumulonimbus berada diketinggian 1.000 hingga 15.000 kaki. Sehingga untuk penerbangan 30.000 hingga 40.000 kaki aman bagi pesawat. “Jadi lalulintas penerbangan aman, jika ada cuaca buruk yang mengancam,” tambahnya. [] KOMPAS.COM