Indonesia tak hanya kaya dengan hasil buminya seperti minyak dan batubara. Setelah Indonesia menjadi pengekspor terbesar kelapa sawit da...
Indonesia tak hanya kaya dengan hasil buminya seperti minyak dan batubara. Setelah Indonesia menjadi pengekspor terbesar kelapa sawit dan ekspor kedua terbesar batubara, Tanah Air juga berperan dalam ekspor paha kodok atau lebih akrab yang disebut swike.
Rasa lembut dan kenyal swike setelah diolah menjadi makanan ternyata juga digemari di beberapa negara. Ini terbukti dengan banyaknya ekspor swike ke luar negeri.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun lalu saja Tanah Air telah mengekspor 3.563 ton swike dan menghasilkan uang senilai USD 18,49 juta ( Rp 175 miliar). Hingga April lalu, ekspor swike berada pada 982,6 tondengan nilai jual USD 5,3 juta (Rp 50,35 miliar).
Diantaranya, swike tersebut diekspor ke pasar negara Eropa, AS, Hong Kong, Singapura, dan Jepang. Di samping itu, peluang pasar domestik pun tidak kalah banyak. Hal tersebut mengingat kegemaran pasar lokal untuk mengkonsumsi swike dengan diolah menjadi swike goreng tepung, pepes sampai diolah menjadi kerupuk kulit.
Potensi pasar swike ini memang luar biasa. Bahkan, di tahun 1974 hingga 1978 Indonesia pernah menjadi pengekspor swike ketiga terbesar setelah India dan Bangladesh. Bahkan pada tahun 1979, Nusantara menjadi pemasok swike kedua terbesar di Uni Eropa yaitu sebesar 34 persen.
Namun, pada tahun 1985, ketiga negara pengekspor swike terbesar dunia dilarang menangkap kodok yang berada di alam. Setelah itu, muncullah ide untuk budidaya katak. Namun, kodok asli Indonesia memang susah dibudidaya. Lalu Indonesia berinisiatif untuk mendatangkan jenis kodok asal Amerika Utara dari Taiwan yaitu yang disebut dengan kodok lembu atau bullfrog.
Selain gampang dibudidaya, kodok tersebut diyakini mempunyai kandungan protein dan lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan kodok biasa.
Namun, seiring dengan kebutuhan swike yang meningkat, masih banyak dibutuhkan para pembudidaya kodok di Indonesia. Biasanya, pengekspor kodok ini adalah golongan usaha kecil menengah yang membutuhkan pendanaan.
"Pemerintah harus mendukung ekspor yang dilakukan oleh pengusaha kecil menengah. Biasanya mereka jauh dari akses kredit," ujar Anggota Komisi IV DPR, M Prakosa.
Dia menyarankan, pemerintah harusnya membantu pengusaha tersebut dengan cara mempermudah ekspor dan mendukung budidaya kodok tersebut. "Pemeritah memang terlihat belum berupaya dengan sungguh-sungguh dalam membuat suatu kebijakan pada sektor ini," kata dia.
Apakah Anda berminat untuk terjun ke bisnis budidaya kodok? Selain tidak membutuhkan lahan yang luas, kodok lembu juga terbilang mudah untuk dibudidaya. | Alwan Ridha Ramdani, Merdeka.com