HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Oposisi Korsel Ingin Hubungan Erat dengan Korut

Partai sayap kiri oposisi utama Korea Selatan, yang dalam jajak pendapat diperkirakan meraih kemenangan dalam pemilun parlemen, berjanji m...

Partai sayap kiri oposisi utama Korea Selatan, yang dalam jajak pendapat diperkirakan meraih kemenangan dalam pemilun parlemen, berjanji membangun hubungan lebih dekat dengan Korea Utara dan mengakhiri sanksi ke negara komunis itu. "Politik pemerintahan Lee Myung-bak atas Korut, kebijakan hanya menunggu Korut untuk berubah, telah gagal," kata pemimpin oposisi Partai Persatuan Demokrat, Han Myeong-sook pada sebuah forum, Selasa (28/2).

Partai Demokrat telah memimpin kaum konservatif sejak awal tahun lalu dalam pemilu, meskipun kesenjangan semakin mengecil dalam beberapa pekan terakhir. Sebuah jajak pendapat oleh Realmeter dipublikasikan pada tanggal 17 Pebruari menunjukkan Demokrat mendapat dukungan 38 persen dibandingkan kaum konservatif yang mendapat 33 persen.

Dua tahun setelah Lee menjabat, serangan torpedo menenggelamkan sebuah kapal angkatan laut Korsel di perairan disengketakan, menewaskan 46 pelaut. Seoul menyalahkan Pyongyang atas serangan itu dan memperketat sanksi lebih lanjut terhadap rezim, melarang kegiatan komersial, kunjungan dan sebagian perdagangan.

"Partai Demokrat AS akan secara aktif mengejar proses normalisasi Selatan-Utara dan perbaikan hubungan mereka," kata Han, menambahkan bahwa sanksi yang dijatuhkan Seoul akan dihapus karena berusaha memulihkan hubungan dengan pemimpin baru di Pyongyang, yang diyakini masih berusia 20-an.

Kim Jong-un adalah anak dari mantan pemimpin Kim Jong-il yang mati mendadak di bulan Desember, membangun sebuah negara dengan kekuatan senjata nuklir dan menderita wabah kelaparan yang menewaskan jutaan warga Korea Utara pada 1990-an.

Meskipun Kim tersenyum dan bercanda, garis keturunannya yang ketiga memegang kekuasaan di Utara, tampaknya telah menikmati kekuasaan yang semakin stabil, tekanan tengah melanda penampilan publiknya di angkatan bersenjata negara itu, menunjukkan ia tidak siap untuk meninggalkan kebijakan "militer pertama" ayahnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, Korut telah meningkatkan retorika yang keras, mengancam "perang suci" melawan Korsel dan AS saat sekutu memulai latihan militer tahunannya.

Kedua Korea secara teknis masih berperang ditandai dengan gencatan senjata, bukan perjanjian perdamaian, yang mengakhiri konflik mereka sejak 1950-1953.

Park Geun-hye, pemimpin interim konservatif berkuasa Korsel, dipandang sebagai pesaing utama presiden pada pemungutan suara pada bulan Desember, juga menyerukan keterlibatan lebih dengan Utara namun mengatakan Pyongyang harus berhenti melanggar janjinya yang dibuat dengan masyarakat internasional dan Seoul. 

Sumber : Harian Analisa
editor : Rtr/echo
Foto : Ilustrasi Google