Kerajinan tangan motif pinto Aceh, seperti tas dan dompet milik Saiful, 45 tahun, warga Desa Batuphat Barat, Kecamatan Muara Satu, Lhokseum...
Kerajinan tangan motif pinto Aceh, seperti tas dan dompet milik Saiful, 45 tahun, warga Desa Batuphat Barat, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, diekspor hingga ke Malaysia.
“Kalau ke Malaysia melalui pihak ketiga,” ujar Saiful saat ditemui The Atjeh Post, di tempat kerajinannya, Selasa 21 Februari 2012. Selain ke Malaysia, kerajinan tangan miliknya juga merambah pasar Jakarta dan Bandung.
Mantan Karyawan PT Kerta Kraf Aceh ini mengaku, selain memasok barang ke Jakarta, ia juga sudah beberapa kali diundang mengikuti pameran tas dan dompet motif pinto Aceh ke Jakarta.
“Pada pameran di Jakarta, mutu dan harga kerajinan kita (tas dan dompet motif Pinto Aceh) tertinggal jauh, dibandingkan daerah lain. Karena mereka menggunakan mesin dan harga juga lebih murah dibandingkan milik kita,” katanya.
Harga tas dan dompet milik Saiful berkisar antara Rp20 ribu hingga Rp150 ribu. Harga yang mahal menurut Saiful karena bahan baku seperti benang, kain prada, dan kain krah harus dipasok dari Medan dan Jakarta. “Dalam satu bulan sanggup menjual 2000 hingga 3000 unit,” ujar Saiful.
Usaha itu dimulai sejak 2005 yang dirintis oleh istrinya Zainabon, 40 tahun. Kini usaha tersebut telah mempunyai 60 pekerja, “Mereka bekerja di rumah masing-masing, karena kalau mereka kerja di kios berukuran 4x12 ini tidak muat, pekerja tetap cuma enam orang,” ujar Saiful.
Beberapa waktu lalu, kata Saiful, Ahmad Farhan Hamid Anggota DPD RI Perwakilan Aceh dan rombongannya dari Jakarta pernah mengunjungi tempat usahanya. “Pak Farhan cuma meminta sama saya untuk mengajukan proposal usaha ini ke Jakarta,” ujar Saiful.
Namun, Saiful juga berharap Pemerintah mau membantu usahanya tersebut agar warga yang menganggur dapat tertampung sebagai tenaga kerja.
“Kalau ke Malaysia melalui pihak ketiga,” ujar Saiful saat ditemui The Atjeh Post, di tempat kerajinannya, Selasa 21 Februari 2012. Selain ke Malaysia, kerajinan tangan miliknya juga merambah pasar Jakarta dan Bandung.
Mantan Karyawan PT Kerta Kraf Aceh ini mengaku, selain memasok barang ke Jakarta, ia juga sudah beberapa kali diundang mengikuti pameran tas dan dompet motif pinto Aceh ke Jakarta.
“Pada pameran di Jakarta, mutu dan harga kerajinan kita (tas dan dompet motif Pinto Aceh) tertinggal jauh, dibandingkan daerah lain. Karena mereka menggunakan mesin dan harga juga lebih murah dibandingkan milik kita,” katanya.
Harga tas dan dompet milik Saiful berkisar antara Rp20 ribu hingga Rp150 ribu. Harga yang mahal menurut Saiful karena bahan baku seperti benang, kain prada, dan kain krah harus dipasok dari Medan dan Jakarta. “Dalam satu bulan sanggup menjual 2000 hingga 3000 unit,” ujar Saiful.
Usaha itu dimulai sejak 2005 yang dirintis oleh istrinya Zainabon, 40 tahun. Kini usaha tersebut telah mempunyai 60 pekerja, “Mereka bekerja di rumah masing-masing, karena kalau mereka kerja di kios berukuran 4x12 ini tidak muat, pekerja tetap cuma enam orang,” ujar Saiful.
Beberapa waktu lalu, kata Saiful, Ahmad Farhan Hamid Anggota DPD RI Perwakilan Aceh dan rombongannya dari Jakarta pernah mengunjungi tempat usahanya. “Pak Farhan cuma meminta sama saya untuk mengajukan proposal usaha ini ke Jakarta,” ujar Saiful.
Namun, Saiful juga berharap Pemerintah mau membantu usahanya tersebut agar warga yang menganggur dapat tertampung sebagai tenaga kerja.
Sumber : The Atjeh Post
Editor : Yeddi Alaydrus
Foto : Google