Penulis: Naswa Zaini Ihsan Mahasiswi Semester 4, Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madani Yogyak...
Lentera24.com - Lembaga Pendidikan Islam dituntut untuk mampu bersaing dan beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa mengesampingkan nilai-nilai keislaman sebagai landasan utama. Permasalahan yang sering muncul adalah lemahnya pengelolaan, kurangnya profesionalisme dalam manajemen, serta keterbatasan sumber daya manusia dan finansial. Untuk dapat menghadapi banyaknya tantangan tersebut, dibutuhkan penerapan manajemen pendidikan yang tidak hanya mengadopsi prinsip-prinsip manajemen modern, tetapi juga dalam pengintegrasiannya dengan nilai-nilai Islam.
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis penerapan manajemen pendidikan di lembaga Islam, dengan menyoroti peluang dan tantangan yang ada. Hasil kajian menunjukkan bahwa penerapan manajemen pendidikan yang efektif dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan Islam, baik dari sisi akademik maupun spiritual. Peluang yang terbuka antara lain peningkatan minat masyarakat terhadap pendidikan berbasis nilai Islam dan dukungan regulasi pemerintah. Namun, tantangan tetap muncul, seperti rendahnya kompetensi manajerial, terbatasnya aspek terhadap teknologi atau ketergantungan yang terlalu besar terhadap teknologi, potensi pengaruh budaya asing dan pengaruh Artivicial Intelligenci (AI) pada pendidikan karakter Islami. Oleh karena itu, agar pendidikan Islam dapat memainkan perannya dengan strategi yang tepat, kurikulum harus tetap disesuaikan dengan mempertahankan nilai-nilai Islam.
Kata Kunci: Manajemen pendidikan Islam, peluang dan tantangan, strategi pengelolaan, lembaga pendidikan, nilai-nilai keislaman.
Globalisasi adalah fenomena yang mempercepat arus budaya, informasi dan teknologi antara berbagai negara, yang memiliki banyak dampak bagi aspek kehidupan. Maka dari itu, pendidikan Islam memiliki peran yang strategis dalam membentuk karakter dan spiritual peserta didik ditengah era digital yang penuh dinamika, lembaga pendidikan Islam menghadapi tantangan kompleks, seperti keterbatasan sumber daya manusia profesional, adaptasi terhadap teknologi dan kebutuhan akan tata kelola yang efektif. Tranformasi digital menawarkan peluang besar untuk meningkatkan efisien dan kualitas pendidikan Islam, namun juga membawa tantangan seperti biaya implementasi, kebutuhan akan keahlian teknis, serta resistensi terhadap perubahan budaya dan sosial. Fenomena kurang optimalnya manajemen di lembaga pendidikan Islam, ditambah belum meratanya pemanfaatan teknologi, menunjukkan perlunya pengkajian lebih dalam mengenai penerapan manajemen pendidikan Islam yang relevan dengan kebutuhan zaman. Melalui integrasi nilai-nilai Islam dan strategi manajemen modern, lembaga pendidikan Islam dapat lebih adaptif dan kompetitif.
Manajemen Pendidikan Islam merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam penyelenggaraan pendidikan Islam agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara efektif dan efesien. Dalam konteks ini, strategi manajemen yang adaptif dan integratif menjadi kunci untuk mengoptimalkan potensi lembaga pendidikan Islam. Implementasi strategi manajemen yang efektif dapat meningkatkan kualitas pendidikan, daya saing lembaga, partisipasi masyarakat, serta penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan manajeman pendidikan dalam lembaga Islam, dengan fokus pada identifikasi peluang dan tantangan yang dihadapi, serta merumuskan strategi manajerial yang efektif dalam konteks modern, dengan harapan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan model manajeman pendidikan Islam yang adaptif terhadap perubahan zaman, serta tetap berlandaskan pada nilai-nilai keislaman.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengkaji secara mendalam fenomena integrasi teknologi digital dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam manajemen pendidikan Islam di era digital dan Society 5.0. Pendekatan ini dipilih karena mampu memberikan pemahaman kontekstual terhadap dinamika, peluang, serta tantangan yang dihadapi lembaga pendidikan Islam dalam mengadaptasi teknologi tanpa mengesampingkan nilai-nilai keislaman. Data dalam penelitian ini, yaitu studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan menganalisis jurnal-jurnal ilmiah, artikel akademik, dan dokumen kebijakan yang relevan, termasuk tiga jurnal utama yang menjadi sumber utama kajian
Hasil dan Pembahasan
Perkembangan pesat teknologi digital dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan Islam, sebagai lembaga yang memiliki tujuan ganda yaitu pengembangan intelektual dan spiritual peserta didik, menghadapi tantangan sekaligus peluang besar dalam melakukan transformasi agar tetap relevan dan berdaya saing di era digital ini. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan manajerial dan kurikulum yang tidak hanya adaptif terhadap perkembangan teknologi, tetapi juga berakar kuat pada nilai-nilai keislaman.
Pemanfaatan teknologi digital, khususnya AI, membuka berbagai peluang strategis dalam pendidikan Islam. Teknologi ini memungkinkan personalisasi pembelajaran yang lebih efektif, di mana materi dan metode pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan masing-masing siswa secara real-time. Hal ini berpotensi meningkatkan hasil belajar dan memaksimalkan potensi peserta didik. Selain itu, AI dapat membantu pengembangan kurikulum yang responsif dan adaptif terhadap dinamika zaman, serta meningkatkan efisiensi dalam administrasi dan manajemen pendidikan, sehingga lembaga pendidikan Islam dapat beroperasi dengan lebih optimal.
Lebih dari itu, teknologi digital memperluas akses terhadap materi pembelajaran Islam yang beragam dan interaktif, baik dalam bentuk audio, video, maupun konten multimedia lainnya. Hal ini sangat penting terutama untuk menjangkau peserta didik di wilayah terpencil atau yang sulit dijangkau secara fisik, sehingga pendidikan Islam dapat menjadi inklusif dan merata.
Perkembangan teknologi juga memberikan ruang bagi penguatan kurikulum yang berbasis nilai-nilai Islam. Dengan memadukan prinsip-prinsip keislaman seperti tauhid, akhlak, dan spiritualitas ke dalam desain kurikulum, lembaga pendidikan Islam dapat memastikan bahwa peserta didik tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga karakter yang kuat, etis, dan religius. Kurikulum ini diharapkan mampu membekali peserta didik untuk menghadapi tantangan globalisasi tanpa kehilangan identitas keislaman mereka.
Peningkatan literasi dan keterampilan teknologi bagi pelajar menjadi aspek penting lainnya. Keterampilan dalam penggunaan berbagai teknologi digital, mulai dari desain grafis, platform e-learning, hingga media sosial, merupakan bekal penting agar mereka dapat bersaing di era Society 5.0. Namun, pembelajaran teknologi ini harus diimbangi dengan pemahaman etika dan nilai-nilai Islami agar pemanfaatannya tidak menyimpang dari tujuan pendidikan Islam.
Dari perspektif manajerial, pendidikan Islam memiliki peluang untuk mengembangkan metode pembelajaran yang lebih inovatif dan kontekstual. Metode pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) misalnya, dapat mengintegrasikan teknologi dengan nilai-nilai keislaman secara sinergis. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan dan motivasi peserta didik, tetapi juga mempermudah mereka menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Integrasi media sosial sebagai alat dakwah dan komunikasi juga menjadi strategi efektif dalam menjangkau generasi muda yang sangat akrab dengan dunia digital.
Namun, di balik berbagai peluang tersebut, terdapat tantangan yang tidak bisa diabaikan. Pertama, ketergantungan yang berlebihan pada teknologi dapat berdampak negatif terhadap kemampuan interaksi sosial dan empati peserta didik. Interaksi tatap muka yang kaya akan nilai kemanusiaan dan pembentukan karakter berpotensi tergantikan oleh komunikasi digital yang terbatas. Selain itu, risiko keamanan data pribadi menjadi isu penting yang harus diperhatikan oleh lembaga pendidikan Islam.
Kedua, banyak tenaga pendidik yang masih kurang memiliki kompetensi digital dan keterampilan memanfaatkan teknologi secara efektif dalam proses pembelajaran. Minimnya pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru menjadi hambatan serius dalam mengimplementasikan teknologi secara optimal.
Ketiga, keterbatasan infrastruktur teknologi di beberapa pesantren dan lembaga pendidikan Islam masih menjadi kendala nyata. Keterbatasan ini meliputi kurangnya akses internet yang stabil, perangkat keras yang memadai, serta tenaga ahli yang mampu mengelola dan mengembangkan sistem teknologi informasi dan komunikasi.
Keempat, integrasi nilai-nilai Islam ke dalam sistem AI yang netral dan berbasis algoritma merupakan tantangan tersendiri. Sistem AI yang dikembangkan harus menerapkan prinsip etika Islam seperti keadilan, transparansi, perlindungan privasi, serta penghormatan terhadap martabat kemanusiaan. Hal ini penting agar teknologi tidak hanya efisien, tetapi juga sesuai dengan visi pendidikan Islam yang mengedepankan nilai-nilai moral dan spiritual.
Selain tantangan teknologi, permasalahan klasik seperti pertambahan jumlah peserta didik, peningkatan kebutuhan pendidikan berkualitas, dan ketidaksesuaian antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat juga tetap relevan. Manajemen pendidikan Islam harus mampu merespons berbagai tantangan ini secara holistik melalui strategi yang komprehensif dan berkelanjutan.
Dengan demikian, pengembangan manajemen pendidikan Islam yang efektif harus mampu mengoptimalkan integrasi teknologi dan AI tanpa mengorbankan nilai-nilai keislaman. Penyesuaian kurikulum, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, penguatan infrastruktur, serta penerapan prinsip etika Islam dalam penggunaan teknologi menjadi kunci utama agar lembaga pendidikan Islam dapat berperan optimal dalam membentuk generasi yang berilmu, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan zaman.
Kesimpulan
Manajemen pendidikan Islam memiliki peran sentral dalam menghadapi dinamika perkembangan zaman, khususnya di era digital dan kemajuan teknologi kecerdasan buatan. Lembaga pendidikan Islam dituntut untuk tidak hanya mampu beradaptasi terhadap perubahan teknologi dan sosial, tetapi juga tetap menjaga nilai-nilai keislaman sebagai dasar utama dalam seluruh aktivitas pendidikannya. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa penerapan manajemen pendidikan Islam yang efektif dan integratif dapat meningkatkan mutu proses pendidikan, baik dari segi akademik, spiritual, maupun karakter peserta didik.
Peluang besar terbuka melalui meningkatnya minat masyarakat terhadap pendidikan berbasis nilai, dukungan regulasi pemerintah, serta kemajuan teknologi yang memungkinkan pembelajaran menjadi lebih personal, fleksibel, dan luas jangkauannya. Implementasi teknologi seperti kecerdasan buatan dapat mendukung penyusunan kurikulum adaptif, efisiensi administrasi, dan penguatan branding lembaga pendidikan Islam. Namun demikian, tantangan yang dihadapi juga tidak sedikit, di antaranya keterbatasan sumber daya manusia yang kompeten, keterbatasan infrastruktur teknologi, rendahnya literasi digital di kalangan pendidik, serta ancaman budaya asing yang dapat memengaruhi nilai-nilai keislaman jika tidak disaring secara bijak.
Untuk itu, diperlukan strategi manajerial yang tidak hanya modern dan profesional, tetapi juga berbasis etika Islam yang menekankan pada keadilan, transparansi, tanggung jawab, serta keberpihakan terhadap pembentukan karakter Islami. Kurikulum pendidikan Islam ke depan harus mampu mengintegrasikan teknologi dengan nilai-nilai spiritual, sehingga menghasilkan generasi yang tidak hanya cakap secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral dan akhlak. Dengan pendekatan manajemen yang adaptif, inovatif, dan berlandaskan Islam, lembaga pendidikan Islam akan mampu bersaing secara global tanpa kehilangan identitasnya sebagai pelopor pendidikan yang bernilai ilahiah.(*)