Foto/ILUSTRASI Era 4.0 telah merubah kebiasaan mayoritas manusia dimana penggunaan Artificial Intelligence atau AI telah menjadi alat bantu ...
![]() |
Foto/ILUSTRASI |
Era 4.0 telah merubah kebiasaan mayoritas manusia dimana penggunaan Artificial Intelligence atau AI telah menjadi alat bantu manusia yang hebat. Alat ini tidak hanya merambah pada sektor digital saja. Namun, hampir di semua sektor kehidupan alat ini berperan membantu kesulitan-kesulitan yang ada. Bahkan, dalam keagamaan pun ada yang menggunakan AI untuk mempermudah. Alat ini memiliki berbagai macam bentuk, seperti chatbot yang membantu menjawab pertanyaan agama, aplikasi pembelajaran Al-Qur’an berbasis teknologi, transportasi online, hingga sistem keuangan syariah yang lebih efisien. Kemudian, bagaimana AI bisa selaras dengan nilai-nilai Islam tanpa mengorbankan esensi agama itu sendiri? Bisakah agama dan sains berjalan beriringan, bukan saling menegasikan?
Ilmu Pengetahuan dalam Tradisi Islam
Dalam tradisi Islam, ilmu pengetahuan selalu dipandang sebagai bagian dari ibadah, selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Sejak awal Islam sangat menekankan pentingnya ilmu. Kata ‘ilm sendiri disebut lebih dari 700 kali dalam Al-Qur’an. Para ilmuwan Muslim klasik seperti Al-Khawarizmi, Ibn Sina, dan Al-Farabi adalah bukti bahwa Islam dan sains pernah menjadi dua sayap peradaban yang kokoh. Ilmu, bagi mereka, bukan hanya alat untuk menaklukkan alam, tetapi juga jalan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang penciptaan.
Islam sendiri memandang bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Menurut Hidayatullah (2016), tradisi keilmuan Islam menekankan bahwa ilmu harus membawa manfaat dan tidak lepas dari nilai-nilai etika serta spiritualitas. Dengan begitu, perkembangan sains dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk penguasaan teknologi, tetapi juga untuk membentuk peradaban yang berkeadilan dan berkeadaban sesuai dengan prinsip-prinsip wahyu.
Islamisasi Ilmu dan Tantangan AI
Di era perkembangan teknologi yang pesat seperti sekarang, khususnya dengan hadirnya kecerdasan buatan, muncul tantangan baru dalam memaknai ilmu pengetahuan. Islamisasi ilmu di tengah kemajuan AI menjadi penting agar teknologi ini tidak berkembang secara bebas nilai. Dalam konteks ini, Islamisasi ilmu berarti menanamkan nilai-nilai Islam, seperti keadilan, tanggung jawab, dan kemaslahatan umat dalam pengembangan dan penggunaan teknologi modern. Islamisasi ilmu bukan berarti menolak sains modern, tetapi mengarahkan penggunaannya agar selaras dengan tujuan hidup manusia menurut Islam, yaitu untuk menjadi khalifah di bumi dan menjaga harmoni ciptaan Allah. Oleh karena itu, AI seharusnya tidak hanya dilihat dari sisi efisiensi atau kecanggihannya saja, tetapi juga dari bagaimana teknologi tersebut bisa memberi manfaat yang etis dan berkeadilan bagi manusia dan lingkungan.
Namun menyelaraskan keduanya tidaklah mudah. Banyak tantangan yang menghadang, misalnya masih adanya pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum. Padahal, sekarang waktu yang penting untuk memahami keduanya secara bersamaan. Jika tidak, kita akan terus-menerus menjadi pengguna teknologi, bukan penciptanya. Padahal, Islam memiliki banyak konsep etis yang dapat dijadikan dasar dalam pengembangan AI, seperti soal keadilan, tanggung jawab, dan menjaga kemaslahatan. Sebagai generasi penerus, tugas kita adalah mulai belajar berpikir kritis dan terbuka, agar dapat ikut ambil bagian dalam membentuk masa depan teknologi yang tidak hanya canggih tetapi juga beradab.
Harmonisasi sains dan agama, khususnya mengenai gagasan Islamisasi ilmu, bukan hanya wacana idealis, tetapi menjadi kebutuhan nyata di era teknologi seperti sekarang. AI dan berbagai perkembangan teknologi lainnya akan terus berkembang, tetapi jika tidak dibarengi dengan nilai-nilai yang kuat, kita dapat kehilangan arah. Di sinilah peran Islam sebagai panduan hidup dapat memberi warna, bahwa ilmu seharusnya membawa manfaat, menjaga martabat manusia, dan tidak lepas dari tanggung jawab moral.
Sebagai generasi muda, kita memiliki peran penting dalam proses ini. Bukan hanya belajar teknologi dan sains, tetapi juga memahami bagaimana ilmu itu dapat diisi dengan nilai Islam yang penuh rahmat. Kita ditantang untuk berpikir lebih dalam, menggabungkan logika dan iman, serta membentuk masa depan yang tidak hanya modern, tetapi juga bermakna. Islamisasi ilmu di tengah perkembangan AI adalah jalan untuk menuju ke masa depan yang canggih, tetapi tetap beradab.[]
Penulis :
Ainul Fatihah, mahasiswi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN K.H. Abdurrahman Wahid, Pekalongan