HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Reuse Makanan Sebagai Upaya Pengurangan Food Waste

Anniza Meina Purbowati Semester 2 Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga Lentera24.com - Makanan...

Anniza Meina Purbowati Semester 2 Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga

Lentera24.com - Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Setiap waktu manusia pasti melakukan kegiatan mengkonsumsi makanan, entah saat sebelum memulai hari, acara kumpul bersama teman atau keluarga, hingga diujung hari manusia tetap perlu makan untuk menambah energi. Maka tidak heran jika bisnis dibidang makanan banyak menjamur karena dinilai mudah dan cepat mendapat keuntungan.

Hingga saat ini banyak bisnis makanan di Indonesia. Terutama makanan cepat saji. Dalam sehari restoran-restoran fast food tersebut menghasilkan banyak limbah makanan dari sisa penjualannya. 

Makanan-makanan yang tidak habis dijual tersebut biasanya akan dikumpulkan untuk kemudian dibuang. Hal itu akan berlangsung terus menerus setiap hari. Tanpa kita sadari, aktivitas membuang limbah makanan itu bisa menjadi salah satu faktor penyebab efek rumah kaca. 

Limbah makanan tersebut berpotensi menghasilkan gas metana. Gas metana sendiri adalah salah satu gas rumah kaca yang menjadi penyebab efek rumah kaca hingga akhirnya terjadi pemanasan global (Global Warming).

Menurut laporan Food Wastage Footprint Impact on Natural Resource yang diliris oleh United Nation’s Food and Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2013 menganalisis jika jejak karbon sisa makanan diperkirakan mencapai 3,3 miliar ton CO2 yang dilepaskan ke atmosfer, limbah makanan per rumah tangga menghasilkan hingga 150 kg sampah makanan per tahun, rendahnya presentase makanan yang di komposkan dan jusrru sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah, dan mewakili sebagian besar sampah kota. 

Emisi Metana (CH4) dari tempat pembuangan akhir merupakan salah satu sumber Emisi GRK terbesar dari sektor limbah, kemudian yang terakhir adalah Konsekuensi ekonomi langsung dari food waste (tidak termasuk ikan dan makanan laut) mencapai USD $750 miliar per tahun.

Jika dibiarkan pemanasan global ini akan berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Mulai dari terjadinya perubahan suhu yang ekstrem, mencairnya es di kutub, hingga rusaknya ekosistem. Hal tersebut tentu saja dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan kehidupan manusia di bumi.

Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah limbah makanan menumpuk, salah satu caranya yaitu dengan melakukan reuse makanan. Kegiatan reuse makanan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengumpulkan makanan-makanan berlebih dari berbagai toko makanan seperti donat, roti, nasi, hingga lauk yang sudah tidak terjual tetapi masih layak dikonsumsi untuk kemudian disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Kemudian makanan tersebut akan tetap terkonsumsi dan tidak berakhir di tempat pembuangan akhir dan menjadi sampah.

Hal ini bukan berarti memberikan makanan bekas yang sudah basi, karena sebelum pembagiannya kita harus memastikan jika makanan yang akan dibagikan masih layak di makan dan fresh (dibuat dan dibagikan di hari yang sama). Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit akibat makanan yang tidak steril.

Kegiatan ini jika benar dilakukan dalam jangka waktu yang panjang akan membawa dampak positif bagi manusia. Sampah makanan pasti akan berkurang, sehingga tidak ada penyumbangan gas metana pada bumi dan efek rumah kaca dapat dikurangi. Namun untuk memulai itu diperlukan adanya kesadaran dalam diri tiap individu untuk ikut menjaga alam sekitar. Dengan tidak makan berlebih dan secukupnya sudah menjadi salah satu upaya manusia menjaga bumi. Maka mari bersama-sama menjaga bumi untuk keberlangsungan hidup yang lebih panjang di masa mendatang. ***