Rini Rahmasari, Mahasiswi Semester 7, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang Lentera24.com -- Akhir...
Lentera24.com -- Akhir-akhir ini pemerintah Indonesia tengah disibukkan dengan event Presidensi G20. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Indonesia memegang presidensi G20 dan menjadi tuan rumah KTT yang akan digelar di tahun 2022. Proses penyerahan presidensi dilakukan di hari Minggu 31 Oktober 2021 pada penutupan KTT G20 di La Nuvola, Roma, Italia oleh Perdana Menteri Mario Draghi yang secara simbolis menyerahkan palu sidang kepada Presiden Joko Widodo.
Indonesia merupakan satu-satunya negara ASEAN yang tergabung dalam Presidensi G20. Secara resmi, Indonesia memegang tongkat estafet Presidensi G20 dimulai sejak tanggal 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022. Pada tanggal 1 Desember 2021 lalu, Indonesia membuka secara resmi Presidensi Group of Twenty (G20) dengan menggelar Opening Ceremony di Lapangan Banteng, Jakarta. Dalam Presidensi G20 ini, Indonesia mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”. Dengan tema ini diharapkan Presidensi G20 Indonesia dapat memberikan semangat baru untuk mewujudkan tatanan dunia yang memberikan kesejahteraan dan kemakmuran, serta menjamin keberlanjutan kehidupan di masa depan.
Mengenal Presidensi G20
Dilansir dari website resmi Bank Indonesia (https://www.bi.go.id ). Presidensi G20 merupakan tuan rumah penyelenggaraan KTT G20. G20 adalah suatu forum kerja sama multilateral yang berfokus pada isu keuangan dan non-keuangan yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.
Forum G20 adalah forum strategis, dimana angotanya mempresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. G20 memiliki peran strategis dalam mengamankan pertumbuhan dan kemakmuran ekonomi global di masa depan. Adapun tujuan G20 adalah untuk mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.
Dikutip dari website resmi kementerian keuangan (https://www.kemenkeu.go.id/), Indonesia menjadi anggota G20 sejak forum internasional tersebut dibentuk pada tahun 1999. Pada saat itu, Indonesia ada dalam tahap pemulihan setelah krisis ekonomi 1997-1998 dan dinilai sebagai emerging economy yang mempunyai ukuran dan potensi ekonomi sangat besar di kawasan Asia. Karena itu, Indonesia hadir dalam G20 mewakili kelompok negara berkembang, kawasan Asia Tenggara, dan dunia Islam. Adapun keuntungan G20 bagi Indonesia adalah Indonesia bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan lebih awal tentang perkembangan ekonomi global, potensi risiko yang dihadapi, serta kebijakan ekonomi yang diterapkan negara lain terutama negara maju.
Dengan demikian, Indonesia mampu menyiapkan kebijakan ekonomi yang tepat dan terbaik. Selain itu, Indonesia juga dapat memperjuangkan kepentingan nasionalnya dengan dukungan internasional lewat forum ini. Nama dan prestasi Indonesia juga semakin dikenal dan diakui oleh berbagai organisasi dan forum internasional sehingga dapat berpeluang untuk menarik para investor ke Indonesia. Pertemuan-pertemuan G20 di Indonesia juga dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan pariwisata dan produk unggulan Indonesia kepada dunia internasional, sehingga diharapkan dapat turut menggerakkan ekonomi Indonesia.
Masih mengutip dari website resmi kementerian keuangan, terdapat dua arus isu utama yang akan dibahas dalam Presidensi G20 Indonesia 2022, yaitu Finance Track yang membahas isu ekonomi dan keuangan serta Sherpa Track yang membahas isu lebih luas seperti perubahan iklim, perdagangan, energi, geopolitik, pembangunan, pendidikan, ketenagakerjaan, ekonomi digital, industri, pertanian, pariwisata, dan isu penting lainnya. Pada Finance Track, agenda prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia 2022 yaitu (1) Koordinasi exit strategy untuk mendukung pemulihan global, (2) Upaya penanganan dampak pandemi (scaring effects) dalam perekonomian guna mendukung pertumbuhan yang lebih kuat di masa depan, (3) Penguatan sistem pembayaran di era digital, (4) Pengembangan pembiayaan berkelanjutan (sustainable finance), (5) Peningkatan sistem keuangan yang inklusif, dan (6) Agenda Perpajakan internasional.
Presidensi G20 ini merupakan ajang pembuktian Indonesia bahwa di tengah pandemi saat ini, dunia internasional tetap memiliki persepsi yang baik atas ketahanan ekonomi Indonesia terhadap krisis. Untuk itu diperlukan dukungan dari seluruh elemen masyarakat untuk menyukseskan Presidensi G20. Salah satunya diperlukan peran anak muda dalam mendukung Presidensi G20 ini.
Anak muda memiliki peran dalam menentukan arah dan manfaat recovery dalam Presidensi G20 Indonesia
Generasi muda diajak untuk ikut andil dalam event ini. Peran generasi muda penting dalam menyebarkan pengetahuan, tujuan, dan manfaat pelaksanaan G20 pada masyarakat. Dilansir dari website resmi kementerian koordinator bidang perekonomian republik indonesia (https://www.ekon.go.id/), Menko Airlangga menjelaskan terdapat isu penting yang menjadi fokus kaum muda secara nasional dan global, yaitu ketenagakerjaan, transformasi digital, lingkungan, khususnya terkait transisi dari ekonomi tradisional menjadi ekonomi sirkular, serta keberagaman dan inklusivitas.
Dalam hal Ketenagakerjaan, anak muda berperan dalam membangun kewirausahaan, dalam artian anak muda diharapkan dapat menjadi entrepreneur muda yang dapat berpeluang membuka kesempatan kerja baru di Indonesia. Kemudian, dalam transformasi digital, khususnya tata kelola digital dan financial digital literacy, anak muda berperan dalam membangun inovasi untuk mengatasi kesenjangan digital di masyarakat.
Dalam isu lingkungan, terutama terkait transisi dari ekonomi tradisional menjadi ekonomi sirkular, kaum muda diharapkan mampu berkontribusi dalam mendesain ulang pasar, meningkatkan teknologi, memperkuat tata kelola yang inklusif, dan memobilisasi kekuatan data. Langkah sederhana yang bisa dilakukan anak muda adalah dengan melakukan perubahan dalam menggunakan transportasi ramah lingkungan serta mengelola sampah secara baik.
Selanjutnya, di tengah keberagaman Indonesia, anak muda diharapkan dapat berperan sebagai penggerak pembangunan yang merata dan berkelanjutan. Oleh karena itu, toleransi dan inklusivitas harus terus digaungkan. Anak muda juga memiliki peran dalam ekonomi kreatif. Untuk itu, bukan hanya persaingan lokal dan global yang diperhatikan tetapi juga semangat kebersamaan. Pendekatan kerjasama perlu didorong dan diutamakan dalam mendorong semangat untuk maju dan menang bersama.
Jadi, dari penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara ASEAN yang tergabung dalam Presidensi G20 dan untuk pertama kalinya memegang tongkat estafet Presidensi G20. Adapun tema yang diusung adalah “Recover Together, Recover Stronger”. Dengan tema ini diharapkan dapat memberikan semangat baru untuk mewujudkan tatanan dunia yang memberikan kesejahteraan dan kemakmuran, serta menjamin keberlanjutan kehidupan di masa depan. G20 adalah suatu forum kerja sama multilateral yang berfokus pada isu keuangan dan non-keuangan, terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU).
Tujuan dari G20 adalah untuk mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif. Ada dua arus isu utama yang akan dibahas dalam Presidensi G20 Indonesia 2022, yaitu Finance Track yang membahas isu ekonomi dan keuangan serta Sherpa Track yang membahas isu lebih luas seperti perubahan iklim, perdagangan, energi, geopolitik, pembangunan, pendidikan, ketenagakerjaan, ekonomi digital, pariwisata, dan isu lainnya. Untuk menyukseskan Presidensi G20 diperlukan dukungan dari seluruh elemen masyarakat, salah satunya diperlukan peran anak muda dalam event Presidensi G20 ini. Anak muda berperan dalam menentukan arah dan manfaat recovery dalam Presidensi G20 Indonesia. Isu penting yang akan menjadi fokus kaum muda secara nasional dan global, yaitu ketenagakerjaan, transformasi digital, lingkungan, khususnya terkait transisi dari ekonomi tradisional menjadi ekonomi sirkular, serta keberagaman dan inklusivitas.***