HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Tidak Ada “Anak Bodoh” atau “Anak Nakal” yang ada“Kurang Beruntung”

Nazihah Nurul Afifah Mahasiswa Semester 1 Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang Lentera24.com -- Pendidikan sering kali terj...

Nazihah Nurul Afifah Mahasiswa Semester 1 Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang

Lentera24.com -- Pendidikan sering kali terjebak dalam kondisi yang mengerikan bagi anak dengan memberikan label tertentu pada anak, yakni anak baik atau anak nakal. Anak baik selalu dipuji dan dimengerti sehingga semuanya terlihat mudah baginya. Anak baik menjadi andalan orang tua dan guru dalam berbagai hal dan tak jarang menjadi profil anak yang semestinya. Sebaliknya, anak nakal selalu dicaci maki dan jauh dari perhatian sehingga akan terasing dari kepedulian orang tua mereka. Bahkan, anak nakal sering di cap tidak baik akan semua hal padahal anak nakal itu pasti punya alasan kenapa mereka sering membuat masalah.


Jika tuduhan nakal itu diberikan berulang-ulang oleh banyak orang, akan menjadikan anak yakin bahwa ia memang nakal. Bagaimanapun nakalnya si anak, pada mulanya tuduhan itu tidak menyenangkan bagi dirinya. Apalagi, jika sudah sampai menjadi bahan tertawaan, cemoohan, dan ejekan, akan sangat menggores luka di hatinya, bahkan mungkin akan terjadi trauma dan kenakalan itu makin parah. 


Banyak kisah tentang anak kecil yang cacat atau meninggal di tangan orang tuanya sendiri. Cara-cara kekerasan yang dipakai untuk menanggulangi kenakalan anak sering kali tidak tepat. Watak anak sebenarnya lemah dan bahkan lembut. Mereka tak suka pada kekerasan. Jika disuruh memilih antara punya orang tua yang galak atau yang penyabar dan penyayang, tentu mereka memilih tipe yang kedua. Artinya, hendaknya orang tua berpikiran “tua” dalam mendidik anaknya agar tidak salah mengambil langkah. Sekali lagi, jangan cepat memberi predikat negative. Karena itu hanya membuat trauma bagi anak, bisa jadi justru itulah tanda-tanda kecerdasan dan kelebihannya dibandingkan anak lain. Hanya saja, orang tua biasanya tidak sabar dengan kondisi anaknya.


Sudah waktunya kita menyadari dan membuka pikiran dan hati dengan jernih dalam melihat nak –anak yang dikatakan nakal ini supaya kita bisa melihat dengan jelas potensi dan kebaikan yang ada pada mereka. Kenakalan pada anak itu hal yang wajar mungkin buat sebagian orang, tapi kebanyakan orang memandang buruk anak yang nakal ini. Kita harus memahami latar belakang kehidupan mereka, mendengarkan ceritanya, dan menggali potensi yang mereka miliki, kita akan tercengang kalau tahu sejarah kehidupannya yang begitu tidak terduga.


Kita seharusnya lebih peka kenapa anak tersebut condong egois ataupun nakal pasti semua ada alasannya. Karena mereka itu gak semuanya salah tapi kurang perhatian dari orang yang disayang. Sebagai pendidik yang baik harus ada strategi untuk mengubah karakter anak yang awalnya tidak baik menjadi baik. Mungkin cara ini banyak orang yang sudah memakainya yaitu mendengarkan apa yang ingin di ceritakan anak tersebut, memberi nasihat, pergi ke psikolog anak.


Dalam dunia pendidikan sejatinya tidak ada “anak bodoh” atau “anak nakal”, sebaliknya yang ada adalah anak – anak yang kurang beruntung karena kurang mendapatkan perhatian yang tulus dari orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya yang tepat. Anak-anak sesungguhnya sedang dalam masa belajar dan membangun karakter yang dia miliki sehingga butuh pendamping khusus dan mendalam dari orang-orang dewasa. Dunia pendidikan seharusa=nya menjadi tempat yang nyaman dan memberi kesempatan seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya pada pengembangan potensi anak. Dukungan dari orang tua, keluarga dan guru menjadi salah satu terobosan edukatif dalam memberikan perhatian dan kasih saying bagi anak-anak untuk berkembang menjadi yang lebih baik.[]***