HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

GURU DIERA TEKNOLOGI, MASIHKAH DIPERLUKAN ?

Oleh : Ali Abdul Halim Mahmud Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika, Semester 3 Universitas Siliwangi Tasikmalaya Lentera24.com -- Penget...

Oleh : Ali Abdul Halim Mahmud
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika, Semester 3
Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Lentera24.com -- Pengetahuan dan Teknologi sudah maju pesat dan mempengaruhi semua bidang kehidupan. Pengetahuan dan teknologi khususnya komputer juga sudah merambat ke dalam dunia pendidikan. Kehadiran komputer di sekolah dapat mempengaruhi kecepatan dan ketepatan dalam pelayanan kependidikan bagi anak didik. 

Selain komputer, pembelajaran multimedia dengan menggunakan komputer, proyektor, dan LCD, CD pembelajaran, TV Edukasi bahkan electronic book yang bisa diakses melalui internet, sudah masuk sampai di ruang kelas.

"Teknologi itu hanya pengubah kebiasaan”, penerapan teknologi dalam proses belajar-mengajar yaitu, mengubah cara mengajar, mengubah cara berinteraksi dengan siswa, dan mengubah harapan yang pengajar miliki untuk siswa. Kata kuncinya terdapat dalam kata mengubah. Dalam hal mengubah cara berinteraksi dengan siswa, Prof. Waldrip menyatakan, dengan mengubah cara penyampaian materi ajar dari menggunakan papan tulis menjadi penggunaan proyektor, penyampaian materi bisa lebih cepat dan menjadikan interaksi guru dan murid berkurang. 

Prof. Waldrip mengatakan. “Karena teknologi memiliki kemampuan terbatas berupa pemecahan masalah yang rasional. Ketika ada hal-hal yang irasional, manusia masih lebih unggul dalam menyelesaikan masalah”. Dengan kata lain, peran para guru tidak akan tergantikan oleh teknologi, bagaimanapun teknologi itu berkembang semakin canggih.
Meskipun kemajuan teknologi pembelajaran sudah pada tahap yang cukup mencengangkan, namun kemajuan ini tidak dapat menggantikan fungsi dan peran guru dalam seluruh proses pendidikan anak. 

Manusia memang sudah hidup dalam dunia yang berteknologi tinggi tetapi secara psikologis pada kelompok anak-anak dan remaja usia sekolah tetap ada hasrat untuk mencari figur yang dapat mereka kagumi, hormati, dan bahkan meniru perilaku dan prestasi kehidupannya. 

Ada banyak alasan yang memperkuat peran strategis guru tidak bisa diganti atau diambil alih oleh media canggih apapun.

Guru dalam melaksanakan tugas keguruannya tidak hanya sekedar berperan untuk mentransfer ilmu kepada anak didik, karena peran ini sudah tidak populer lagi dan tidak sesuai dengan tuntutan pembelajaran modern. Ketika guru berperan hanya sebatas mentransfer ilmu, maka peran ini sudah bisa dengan lebih efektif diambil alih oleh media-media pembelajaran.

Pola komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran yang disajikan oleh guru adalah sebuah pola komunikasi yang humanis karena komunikasi antara manusia dengan manusia yang lebih melibatkan suasana hati, rasa peduli, dan tenggang rasa yang tidak mungkin dialami anak didik ketika belajar dengan menggunakan alat-alat pembelajaran elektronik yang dingin, kaku dan tak punya perasaan. 

Seorang anak yang hanya dibesarkan dengan media pembelajaran elektronik, bukan tidak mungkin akan mengalami sedikit kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kecerdasannya dengan berinteraksi sosial tidak dikembangkan dengan baik.

Guru sebagai pendidik juga bertugas untuk mewarisi nilai-nilai dan keutamaan-keutamaan hidup untuk menjadi pegangan para siswa dalam menjalani hidupnya dikemudian hari.
Guru masih diperlukan di era teknologi dan tetap akan di perlukan, bahkan tidak akan pernah bisa tergantikan. Karena, ada satu aspek dalam pendidikan yang tidak bisa digantikan oleh apapun kecuali dilakukan oleh guru. Yaitu pendidikan adab dan akhlak, yang mana, aspek ini tidak akan pernah bisa diajarkan oleh digitalisasi pendidikan atau komputerisasi. Karena jikalau unsur transfer knowladge boleh saja bisa tergantikan oleh aplikasi ataupun komputer tapi aspek pendidikan dalam akhlak dan adab tidak bisa menggunakan komputer atau aplikasi.

Tugas guru itu bukan hanya mentransfer ilmu, jika hanya untuk transfer ilmu bisa jadi anak zaman sekarang lebih cerdas dari pada gurunya, akan tetapi ada yang lebih penting dari transfer ilmu itu sendiri yaitu ilmu karakter. Ilmu karakter itu tidak bisa dipelajari sendiri, karena untuk membentuk sebuah karakter itu butuh contoh, bimbingan, dan panutan. Disinilah peran guru sangat penting diera teknologi ini, secanggih apapun teknologi zaman sekarang, teknologi tidak akan bisa memberikan ilmu karakter, karena yang dibutuhkan pada zaman sekarang adalah ilmu karakter.

Menyadari bahwa peran guru tidak akan bisa digantikan oleh teknologi canggih, maka bapak ibu guru harus merasa yakin akan pilihan dan keputusan hidupnya untuk menjadi guru. Dengan demikian para guru harus selalu berupaya untuk terus menerus meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi akademik, pedagogis, kepribadian, dan kompetensi sosialnya agar dapat menjadi guru yang handal sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zamannya.

Pemerintah sebagai eksekutor pembangunan di bidang pendidikan mesti berpikir tentang bagaimana memberdayakan guru-guru agar benar-benar ahli di bidangnya, dengan memberikan fokus perhatian yang lebih besar kepada upaya peningkatan kualitas para guru. Harus ada ruang dan kesempatan yang lebih luas diberikan kepada para guru untuk mengembangkan kecintaannya pada profesi dan panggilan nuraninya untuk menjadi guru. 

Guru secara individual perlu didorong untuk terus menerus belajar dan dilatih melalui program - program in service training agar pembelajaran yang disajikan menjadi menarik, kreatif dan inspiratif. 

Selain itu pemerintah perlu memikirkan sistem yang dikemas sedemikian sehingga memacu guru untuk terus menerus belajar. Tentu ini sebuah sistem yang tidak menekan tetapi yang memberi rasa nyaman bagi para guru untuk mempersembahkan seluruh dirinya pada profesinya []***