Lentera24.com | ACEH TIMUR -- S umber Daya Alam yang melimpah di Aceh adalah Rahmat Allah Subhanawata 'Ala, salah satunya Gas Alam yang ...
Besar Harapan Masyarakat Aceh Timur khususnya Masyarakat di sekitar Operasional Proyek, agar kehadiran perusahaan Medco sebagai Operator kegiatan Gas Development Projeck mampu memberikan seberkas sinar terang menggeliatnya perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Namun sayangnya dalam pelaksanaan operasional Blok A, Medco Malaka tidak sunyi dari pemberitaan miring, berbagai konflik sosial terjadi, dari awal kontruksi Isu Rekruitment tenaga kerja lokal, sistem pelibatan lokal pocrutmen, pembebasan lahan, keamanan serta isu pencemaran lingkungan telah pun beberapa kali telah menyita perhatian publik.
Seperti Bau menyengat tahun 2019, limbah buangan di sungai Gampong Teupin Raya yang berakhir dengan penghadangan mobil di ROW, begitu pula April 2021 kembali isu pencemaran yang di sebabkan dari kegiatan fracturing menimbulkan bau di lokasi AS 11, sehingga warga Panton Rayeuk T, dengan terpaksa harus mengungsi, sebut M. Irwandi Seorang Tokoh Indra Makmu, Jum'at (20/8/21).
Begitu pula isu isu tentang pengelolaan program, tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja officer medco ikut di sorot oleh BPMA pada pertemuan di gedung DPRK Aceh Timur bulan Juli yang lalu.
"Awal bulan Agustus 2021 kita di kejutkan kembali dengan kebijakan salah satu konsultan/yayasan pelaksana Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) di bawah payung Medco malaka, hal ikhwal adalah penempatan pendamping lokal pada program pertanian organik yang di bina medco malaka," ujar Ustazd Wandi sapaan akrab M. Irwandi tokoh masyarakat Indra Makmu.
"Hal ini dirasa aneh dikarenakan ketika pada awal program tahun 2017 pendampingan kelompok tani Bineh Blang Gampong Blang Nisam Tahun 2018 di kelompok Tani Alue Ie Itam, pihak Yayasan Aliksa mengatakan bahwa setelah melaksanakan tahapan tahapan, edukasi (pembelajaran) pelatihan implementasi praktek lapangan, pengamatan dan sekolah lapangan, sampai pada masa panen, dua kali musim tanam berjalan, dapat di lakukan persiapan pembekalan bagi kelompok tani sebagai trainer program, maka jika di butuhkan penambahan pendamping akan direkrut sebagai pendamping lokal dari anggota kelompok tani binaan Medco yang dianggap mampu," sebut M. Irwandi.
lanjutnya Irwandi mengatakan semuanya penuh kebohongan, namun realita hari ini pendamping lokal yang direkrut sama sekali bukan dari unsur kelompok tani atau mayarakat tani binaan yang pernah terlibat pada organik farming program yayasan yang di biayai Medco malaka, sehingga kelompok tani binaan medco malaka kecewa.
Lebih Lanjut ustad wandi sambil tersenyum mengatakan bahwa kelompok tani binaan medco kena "prank" dari perusahaan migas blok A.
Menyikapi hal tersebut Irwandi mendesak Medco Malaka dan Yayasan Aliksa meninjau kembali kebijakan tersebut, di harapkan perusahaan dan yayasan berkomitmen dan konsisten sesuai dengan Renstra yang sudah di susun, ending yang merupakan barometer keberhasilan program adalah pembekalan transfer knowledh, mampu melahirkan trainer dengan melaksanakan ToT sehingga bertambah kwantitas dan kualitas pelaku pertanian organik serta para petani yang berprestasi dan di angkat menjadi pendamping lokal pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan yang dapat memberikan impact positive keberadaan perusahaan migas di lingkungan masyarakat sekitar operasionalnya.
"Hal di atas bukan tanpa alasan kita kemukakan ke publik, satu bulan yang lalu ada Khabar dari pendamping, manajemen medco meminta beberapa nama dari anggota kelompok tani untuk di rekrut sebagai pendamping lokal, namun pada kenyataannya yang di kontrak bukan pendamping lokal dari unsur mereka," bebernya.
"Ji Peuleumah Timphan Ji Peureugam Bada," ketus Irwandi.
Menurut Irwandi, permasalahan tersebut sudah coba dikomunikasikan dengan dua staff publik Affair Medco Malaka melalui chat wa, namun tidak mendapatkan jawaban yang dapat di jadikan sebagai bahan diskusi,
"Karena Demikian, sehingga kami berasumsi bahwa manegement Medco mendukung kebijakan tersebut, dan dapat dikatakan bahwa Medco sebuah perusahaan "KING of THE PRANK", tegas Ustazd Wandi.
"Dari uraian persoalan di atas kami memohon kepada BPMA selaku pengawas, regulator operasional migas di Aceh, untuk mengawal ketat kegiatan operasional tekhnis maupun kegiatan sosial dalam pengajuan WP & B (Work Programs & Budget) yang akan di sepakati dan di setujui penggunaannya di tahun berjalan agar tepat sasaran, berdayaguna dan bermanfaat bagi masyarakat sesuai dengan cita cita pembangunan kesejahteraan masyarakat Aceh, " tutup Irwandi. [] L24.Zal
Teks foto : M.Irwandi Tokoh Masyarakat Indra Makmu, Kabupaten Aceh Timur.