HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Protokol Cek dan Ricek Cegah Penularan Virus Hoaks

Lentera 24 .com JAKARTA --  Sebelum menularkan berita-berita yang belum terkonfirmasi, sebaiknya cek dulu kebenarannya ke Kemkominfo atau le...

Lentera24.com JAKARTA -- Sebelum menularkan berita-berita yang belum terkonfirmasi, sebaiknya cek dulu kebenarannya ke Kemkominfo atau lembaga independen seperti Mafindo.

Mudahnya akses konsumsi dan produksi informasi melahirkan dunia yang penuh dengan informasi. Saat ini, kita tidak hanya menghadapi pandemi COVID-19 saja, namun juga infodemi yang berisikan hoaks dan disinformasi. 

Informasi-informasi yang salah ini ada yang sengaja dibuat dan ada pula yang melakukannya secara tidak sadar karena ketidaktahuan, dorongan emosi sesaat, atau hanya karena faktor ketidaksukaan semata.

Baru-baru ini salah satu contoh disinformasi terkait vaksin COVID-19 adalah beredar sebuah tangkapan layar dari pesan berantai di WhatsApp yang mengklaim bahwa Danramil Kebomas 
Kodim 0817 Gresik, Mayor Kav Gatot Supriyono meninggal dunia akibat disuntik Vaksin COVID-19. Kemudian ada narasi menyinggung nama Kasdim 0817/Gresik, Mayor Sugeng Riyadi.

Namun, faktanya berdasarkan klarifikasi dari WaAsops Kasad TNI AD, Brigadir Jenderal Supriono kepada Kementerian Kominfo, disebutkan bahwa Danramil Kebomas, Mayor Kav Gatot Supriyono meninggal dunia dengan indikasi serangan jantung dan belum pernah diberikan vaksin COVID-19. 
Sebelumnya, almarhum melaksanakan rapid antigen di Poskes Gresik pada Kamis, 14 Januari 2021 dengan hasil negatif.

Fakta lainnya adalah, sampai saat ini Kasdim 0817/Gresik Mayor Inf Sugeng Riyadi masih dalam keadaan sehat walafiat. Dan Mayor Sugeng merupakan salah satu dari tujuh orang yang mendapatkan vaksin perdana di Gresik. Hoaks seperti ini merupakan satu dari banyaknya hoaks yang beredar terkait vaksin COVID-19.

Dari catatan Kementerian Komunikasi dan Informatika, dalam kurun waktu 3-18 Januari 2021 setidaknya sudah ada 24 disinformasi atau hoaks terkait vaksin COVID-19. Ini berarti hampir tiap hari ada disinformasi dan hoaks yang dibuat dan diedarkan. 

Di era informasi yang serba digital, satu disinformasi atau hoaks saja bisa diviralkan ke ribuan orang dengan cepat melalui berbagai platform.

Penyebaran infodemi berefek pada biasnya informasi sehingga bisa menutupi informasi-informasi yang valid dari sumber-sumber resmi. Adanya infodemi semakin memperkeruh keadaan. 

“Kita semua berperan sangat penting dalam menghadapi hoaks. Kita perlu lebih teliti dalam menyaring informasi dan tidak terpancing dengan judul-judul informasi yang provokatif serta kemudian menyebarkannya karena dorongan emosi semata,” ujar Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi.

Kemkominfo terus meningkatkan upaya memerangi infodemi yang membawa virus hoaks atau berita bohong ini dengan menyediakan layanan Chatbot Anti Hoaks terkait pandemi COVID-19 yang dirancang untuk menjawab setiap pertanyaan publik mengenai informasi yang masih diragukan kebenarannya. Laporan yang diterima Kementerian Kominfo akan diverifikasi sebelum ditindak.

Kemkominfo juga telah berkoordinasi dengan platform media sosial untuk bersama-sama menangani hoaks COVID-19 di Indonesia. Serta bersinergi dengan Bareskrim Polri bekerja melalui cyber ground atau patroli sibernya Kominfo dengan waktu operasi 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. 

Selain itu, Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) bekerjasama dengan WhatsApp juga membuat chatbot pengecek fakta Turn Back Hoax di nomor WA 0859-2160-0500.

Informasi-informasi yang muncul di media sosial harus diperiksa terlebih dahulu sehingga tidak mudah terhasut. Agar tidak mudah termakan hoaks dan hasutan, harus melakukan cek silang dari beberapa sumber. Sebelum menularkan berita-berita yang belum terkonfirmasi, sebaiknya cek dulu kebenarannya ke Kemkominfo atau lembaga independen seperti Mafindo.[]L24.Red