Lentera 24.com | DEN HAAG -- Setelah lebih 20 tahun menunggu, akhirnya keluarga korban pembunuhan massal, muslim Bosnia Herzegovina bisa be...
Lentera24.com | DEN HAAG -- Setelah lebih 20 tahun menunggu, akhirnya keluarga korban pembunuhan massal, muslim Bosnia Herzegovina bisa bernafas lega.
Jenderal Ratko Mladic (74), mantan komandan militer Serbia Bosnia dinyatakan bersalah oleh pengadilan internasional PBB dan dijatuhi hukuman seumur hidup, Rabu (22/11/2017).
Ratko Mladic dinyatakan bertanggung jawab melakukan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan dalam konflik tahun 1990-1995.
Pengadilan juga memutuskan bahwa pembantaian sekitar 8.000 muslim Bosnia tahun 1995 di Srebrenica timur laut termasuk dalam genosida atau pemusnahan manusia.
Pengadilan tersebut mengharu-biru karena keluarga korban menyaksikan langsung persidangan tersebut di televisi.
Keluarga merkumpul dengan penuh emosi menyaksikan saat-saat terakhir persidangan di pusat peringatan di Potocari, dekat Srebrenica, Bosnia.
Muslim Bosnia yang kehilangan keluarga tercinta mereka dalam pembantaian di Srebrenica mengatakan bahwa hukuman tidak cukup bagi Ratko Mladic.
Namun mereka cukup puas karena pengadilan panjang dan melelahkan itu akhirnya menjawab rasa keadilan yang mereka tuntut selama ini.
Suasana sidang Mladic juga tidak sepenuhnya lancar karena pria ini dengan sombongnya terus menceracau di persidangan.
Beberapa kali hakim Alphons Orie yang memimpin sidang dan petugas persidangan berusaha menenangkan pria yang selama beberapa tahun dilindungi oleh Serbia dan hidup tenang di Beograd.
Meski kesehatannya memburuk, Mladic tampak santai, menyapa pengacara dan memberikan acungan jempol kepada fotografer di pengadilan.
Dia mengangguk secara teratur saat memimpin membacakan deskripsi kekejaman pasukan Serbia Bosnia yang dipimpinnya.
Mladic mengatakan bahwa dia ingin dikenang sebagai pembela orang Serbia dalam sebuah perjuangan untuk bertahan melawan Muslim sejak berabad-abad lalu.
"Saya Jenderal Ratko Mladic. Seluruh dunia tahu siapa saya, Saya di sini membela negara dan orang-orang saya, bukan Ratko Mladic pribadi," katanya.
Mladic menyatakan bahwa dia telah 'membebaskan' Srebrenica dan memberinya hadiah untuk orang-orang Serbia sebagai balas dendam melawan 'orang-orang Turki' saat wilayah tersebut menjadi bagian dari Kekaisaran Ottoman.
Mladić menghilang ketika mantan Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic ditangkap pada tahun 2001.
Milosevic juga disidang dengan dakwaan yang sama namun meninggal pada 11 Maret 2006 di sel tahanan pengadilan internasional Den Haag, Belanda.
Namun, pada Oktober 2004, mantan ajudan Mladić menyerahkan diri pada pengadilan karena tekanan internasional yang kuat atas Beograd.
Mereka adalah Radivoje Miletic dan Milan Gvero, keduanya didakwa atas keterlibatan dalam pembersihan etnis.
Pada 26 Mei 2011, Presiden Serbia Boris Tadic mengumumkan bahwa Ratko Mladic ditangkap, dan kemudian dikirim ke pengadilan kejahatan perang Den Haag.
Mladić ditangkap oleh badan keamanan Serbia di Lazarevo, dekat Zrenjanin di wilayah Banat, Provinsi Vojvodina pada tanggal 26 Mei 2011.
Penangkapan dilakukan oleh dua lusin pasukan khusus dari kepolisian yang menggunakan seragam hitam dan cadar, serta tanpa menggunakan tanda pengenal apapun.
Selama di persembunyian, Mladić menggunakan nama samaran Milorad Komadić.
Seperti diketahui, konflik Serbia-Bosnia setelah Yugoslavia terpecah dalam beberapa negara, yakni Serbia, Kroasia, Montenegro, Bosnia-Herzegovina dan Republik Srpska.
Tidak mudah bagi Bosnia dan Herzegovina yang berpenduduk muslim ini memerdekan diri mereka karena Serbia mengklaim bahwa dua wilayah itu masuk dalam bagian negara mereka.
Ketidaktegasan PBB dan keberpihakan sekutu terhadap Serbia semakin memperparah kondisi sehingga terjadilah peperangan terburuk di dunia pasca perang dunia II.
Namun akhirnya, Bosnia dan Herzegovina yang memerdekan diri pada 1 March 1992 itu akhirnya mendapat pengakuan PBB pada 14 December 1995.
Drama pengepungan ibukota Bosnia Sarajevo selama tiga tahun merupakan kisah terburuk yang menyakitkan umat muslim di dunia.
Tidak hanya menjadi korban genosida, mereka juga banyak yang kelaparan.
Bahkan, kisah pengungsian di tengah salju sepajuang puluhan kilometer yang kemudian difilmkan menjadi catatan tragis kemanusiaan.
Sepanjang puluhan kilometer, puluhan ribu mayat berjatuhan oleh serangan musim dingin dan kelaparan.
Dua tahun kemudian, kejahatan tentara Serbia terungkap setelah ditemukan kuburan massal dari pembantaian yang terjadi.
Pengadilan kejahatan perang Yugoslavia Perserikatan Bangsa-Bangsa menemukan Mladic bertanggung jawab atas kejahatan perang.
Termasuk pengepungan tiga tahun yang mengerikan di ibukota Bosnia, Sarajevo, dan operasi senyap pembantaian yang dilakukan oleh pasukan intelijen Serbia yang dipimpin Mladic tahun 1995 di Srebrenica.
Pembunuhan terhadap sekitar 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim di daerah kantong Bosnia timur adalah pembunuhan massal terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II.
PBB telah menyebut, putusan terhadap Mladic sebagai 'kemenangan penting bagi keadilan'.
Hal ini juga menjawab tudingan bahwa pengadilan PBB penuh keragu-raguan karena terlalu lama membuat keputusan meskipun bukti-bukti dan saksi sudah dianggap cukup. [] TRIBUNNEWS.COM
Ratko Mladic Mantan Komandan Militer Serbia Bosnia (viva) |
Ratko Mladic dinyatakan bertanggung jawab melakukan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan dalam konflik tahun 1990-1995.
Pengadilan juga memutuskan bahwa pembantaian sekitar 8.000 muslim Bosnia tahun 1995 di Srebrenica timur laut termasuk dalam genosida atau pemusnahan manusia.
Pengadilan tersebut mengharu-biru karena keluarga korban menyaksikan langsung persidangan tersebut di televisi.
Keluarga merkumpul dengan penuh emosi menyaksikan saat-saat terakhir persidangan di pusat peringatan di Potocari, dekat Srebrenica, Bosnia.
Muslim Bosnia yang kehilangan keluarga tercinta mereka dalam pembantaian di Srebrenica mengatakan bahwa hukuman tidak cukup bagi Ratko Mladic.
Namun mereka cukup puas karena pengadilan panjang dan melelahkan itu akhirnya menjawab rasa keadilan yang mereka tuntut selama ini.
Suasana sidang Mladic juga tidak sepenuhnya lancar karena pria ini dengan sombongnya terus menceracau di persidangan.
Beberapa kali hakim Alphons Orie yang memimpin sidang dan petugas persidangan berusaha menenangkan pria yang selama beberapa tahun dilindungi oleh Serbia dan hidup tenang di Beograd.
Meski kesehatannya memburuk, Mladic tampak santai, menyapa pengacara dan memberikan acungan jempol kepada fotografer di pengadilan.
Dia mengangguk secara teratur saat memimpin membacakan deskripsi kekejaman pasukan Serbia Bosnia yang dipimpinnya.
Mladic mengatakan bahwa dia ingin dikenang sebagai pembela orang Serbia dalam sebuah perjuangan untuk bertahan melawan Muslim sejak berabad-abad lalu.
"Saya Jenderal Ratko Mladic. Seluruh dunia tahu siapa saya, Saya di sini membela negara dan orang-orang saya, bukan Ratko Mladic pribadi," katanya.
Mladic menyatakan bahwa dia telah 'membebaskan' Srebrenica dan memberinya hadiah untuk orang-orang Serbia sebagai balas dendam melawan 'orang-orang Turki' saat wilayah tersebut menjadi bagian dari Kekaisaran Ottoman.
Mladić menghilang ketika mantan Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic ditangkap pada tahun 2001.
Milosevic juga disidang dengan dakwaan yang sama namun meninggal pada 11 Maret 2006 di sel tahanan pengadilan internasional Den Haag, Belanda.
Namun, pada Oktober 2004, mantan ajudan Mladić menyerahkan diri pada pengadilan karena tekanan internasional yang kuat atas Beograd.
Mereka adalah Radivoje Miletic dan Milan Gvero, keduanya didakwa atas keterlibatan dalam pembersihan etnis.
Pada 26 Mei 2011, Presiden Serbia Boris Tadic mengumumkan bahwa Ratko Mladic ditangkap, dan kemudian dikirim ke pengadilan kejahatan perang Den Haag.
Mladić ditangkap oleh badan keamanan Serbia di Lazarevo, dekat Zrenjanin di wilayah Banat, Provinsi Vojvodina pada tanggal 26 Mei 2011.
Penangkapan dilakukan oleh dua lusin pasukan khusus dari kepolisian yang menggunakan seragam hitam dan cadar, serta tanpa menggunakan tanda pengenal apapun.
Selama di persembunyian, Mladić menggunakan nama samaran Milorad Komadić.
Seperti diketahui, konflik Serbia-Bosnia setelah Yugoslavia terpecah dalam beberapa negara, yakni Serbia, Kroasia, Montenegro, Bosnia-Herzegovina dan Republik Srpska.
Tidak mudah bagi Bosnia dan Herzegovina yang berpenduduk muslim ini memerdekan diri mereka karena Serbia mengklaim bahwa dua wilayah itu masuk dalam bagian negara mereka.
Ketidaktegasan PBB dan keberpihakan sekutu terhadap Serbia semakin memperparah kondisi sehingga terjadilah peperangan terburuk di dunia pasca perang dunia II.
Namun akhirnya, Bosnia dan Herzegovina yang memerdekan diri pada 1 March 1992 itu akhirnya mendapat pengakuan PBB pada 14 December 1995.
Drama pengepungan ibukota Bosnia Sarajevo selama tiga tahun merupakan kisah terburuk yang menyakitkan umat muslim di dunia.
Tidak hanya menjadi korban genosida, mereka juga banyak yang kelaparan.
Bahkan, kisah pengungsian di tengah salju sepajuang puluhan kilometer yang kemudian difilmkan menjadi catatan tragis kemanusiaan.
Sepanjang puluhan kilometer, puluhan ribu mayat berjatuhan oleh serangan musim dingin dan kelaparan.
Dua tahun kemudian, kejahatan tentara Serbia terungkap setelah ditemukan kuburan massal dari pembantaian yang terjadi.
Pengadilan kejahatan perang Yugoslavia Perserikatan Bangsa-Bangsa menemukan Mladic bertanggung jawab atas kejahatan perang.
Termasuk pengepungan tiga tahun yang mengerikan di ibukota Bosnia, Sarajevo, dan operasi senyap pembantaian yang dilakukan oleh pasukan intelijen Serbia yang dipimpin Mladic tahun 1995 di Srebrenica.
Pembunuhan terhadap sekitar 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim di daerah kantong Bosnia timur adalah pembunuhan massal terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II.
PBB telah menyebut, putusan terhadap Mladic sebagai 'kemenangan penting bagi keadilan'.
Hal ini juga menjawab tudingan bahwa pengadilan PBB penuh keragu-raguan karena terlalu lama membuat keputusan meskipun bukti-bukti dan saksi sudah dianggap cukup. [] TRIBUNNEWS.COM