Foto : jaringan pengairan di kec.seruway(beritalima) suara-tamiang.com, ACEH TAMIANG -- Petani didesa Tangsi Lama dan Desa Binjai Kec...
Foto : jaringan pengairan di kec.seruway(beritalima) |
Ketidak fungsian jaringan pengairan tersebut disebab oleh kerusakan bendungan serta ketiadaan mesin genset. Akibatnya, setiap musim tanam hingga masa panen, para petani disana hanya mengandalkan air hujan.
"Selama ini kami hanya mengharapkan air hujan saja. Sedangkan air parit yang dulunya pernah kami manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pengairan sawah yang kami olah, sekarang sudah tidak bisa lagi mereka", ujar Ketua Kelompok Tani Pelopor Desa Tangsi Lama, Edi Waluyo ketika ditemui beritalima kemarin, Senin (5/10) diareal persawahan.
Menurut Edi Waluyo, bendungan yang dulu dibangun oleh Dinas PU, kini pintu airnya sudah tidak ada lagi, dan selain itu, kebutuhan lain untuk bisa mensuplai air parit yang ada, juga dibutuhkan mesin genset.
"Karena pola pengairannya menggunakan system pompanisasi", ungkap Edi Waluyo.
Sementara itu, dilokasi dan waktu yang sama, Mantri Tani (Mantan) Kecamatan Seruway, Budi Azri, SP membenarkan kalau hamparan persawahan milik anggota kelompok tani Pelopor, kelompok tani Bunga Rampai, kelompok tani Karya Damai dan kelompok tani Surya Tani yang luasnya mencapai sekitar 70 han ha hanya sebagai sawah tadah hujan.
Budi juga menjelaskan, untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat petani yang lebih layak didaerah itu, Pemkab Aceh Tamiang harus lebih peka terhadap keluhan serta kebutuhan rakyat yang ditindaklanjuti dengan menyahuti dan membangun fasilitas sesuai dengan kebutuhannya, SP. (beritalima)