Foto: Medanbisnis MANYAK PAYED | STC - Para petani di Desa Seunebok Punti, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang, dihantui serangan hama...
![]() |
Foto: Medanbisnis |
Saat ini yang bisa dilakukan petani hanya menyemprotkan pestisida, namun cara itu tidak cukup dilakukan sekali melainkan harus disemprot berulang kali hingga padi berumur satu setengah bulan.Seorang petani, Wakijok (55) mengaku kewalahan membasmi hama tersebut.
Ia pun merasa berat setiap musim tanam harus mengeluarkan uang hingga ratusan ribu rupiah untuk belanja racun anti keong.Salah satu cara alternatif yang dilakukan Kijok ialah, setiap lahan abis diglebek (bajak) ia pun memunguti ratusan keong dari sawahnya untuk dimusnahkan.
"Hama ini musuh terberat petani karena bisa mempengaruhi hasil panen," katanya, Minggu (24/11).Wakijok yang memiliki lahan sawah seluas enam rante itu terpaksa banting tulang di fase-fase tertentu hingga padinya selamat dari hama keong.
"Kami berharap Dinas Pertanian Aceh Tamiang jangan menutup mata, bila perlu turunkan peneliti hama ke sawah kami agar bisa dicarikan solusi penanganannya," ucapnya.Bejan, petani asal Desa Paya Ketenggar yang memiliki lahan sawah di wilayah itu juga mengungkapkan hal serupa. Ribuan keong selalu menyerang padi muda dan melumat batangnya.
Padi yang sudah kena makan biasanya patah dan langsung mati."Disemprot racun saja tidak cukup, karena telur keong sudah mewabah ke mana-mana," sambungnya Tidak hanya padi yang baru ditanam, keong mas itu juga kerap menyusup ke lokasi penyemaian bibit padi.
Jadi, ujar Bejan, di awal masa pembibitan saja petani sudah termakan modal, apalagi sampai datang waktu panen. "Ya impas sajalah mungkin," keluhnya.Di lokasi yang sama, Datok Penghulu Desa Seunebok Punti, Bustamam menggambarkan secara luas problema sektor pertanian di desanya.
Mengenai hama keong, ia membenarkan jenis hama tersebut sudah berkembang biak pesat bahkan sulit untuk dibasmi.
Selain keong mas, hama walang sangit juga mendominasi. Dua hama itu saat ini menjadi momok menakutkan bagi petani sawah."Keong mas menyerang di fase padi baru ditanam, sedangkan walang sangit muncul ketika bulir padi mulai berisi buah," katanya.
Di sela aktivitas turun ke sawah, Bustamam menjelaskan, luas sawah di desanya sekitar 250 hektare, pernah menjadi juara sawah percontohan di awal masa kepemimpinan Bupati Hamdan Sati. Dan di ajang yang sama pernah menyabet juara kedua di era Bupati H Abdul Latief.
"Namun di musim rendengan ini desa kami tidak diikutkan sebagai lokasi sawah percontohan tingkat kabupaten," ungkap Pak Bus.
Sekretaris HKTI Aceh Tamiang, Jabat Sumbadha mengatakan, pengendalian alternatif membasmi keong mas dapat dilakukan dengan memancing menggunakan daun talas, daun pisang, daun pepaya atau juga koran bekas yang diletakkan di pematang sawah.
Tujuannya untuk memancing keong keluar lalu dimusnahkan secara mekanis.Kepala Dinas Pertanian Aceh Tamiang, M Yunus melalui Kasi Peneliti Hama dan Tanaman Khairuddin mengatakan, pihaknya sudah menyalurkan bantuan racun pembasmi keong di awal tahun 2013 untuk Kecamatan Manyak Payed.
Sementara saat ini mereka sudah kehabisan stok, mau tidak mau petani harus menanggulangi sendiri."Pada musim gadu sawah, petugas PHT kecamatan sudah memberi bantuan itu ke petani," ungkapnya.
Diakui Khairudin, hama keong mas di Aceh Tamiang sudah cukup mengkhawatirkan. Hal itu sudah mereka laporkan ke tingkat provinsi.
"Dinas Pertanian Provinsi di tahun ini pernah memberi bantuan racun anti keong tersebut, namun dianggap tidak begitu efektif, kami tidak berani membagikannya ke petani karena bisa menimbulkan efek samping bagi tumbuhan. Padi yang terkena anti keong mas itu bisa layu dan mengering," jelasnya. ( Medanbisnis )