Foto : islamtimes.org RICO FAHRIZAL | STC ACEH TAMIANG | Seperti telah luas diberitakan, akhirnya pihak militer Mesir membuktikan ...
![]() |
Foto : islamtimes.org |
RICO FAHRIZAL | STC
ACEH TAMIANG | Seperti telah
luas diberitakan, akhirnya pihak militer
Mesir membuktikan
ancamannya. Dengan brutal, pada Rabu, 14 Agustus lalu, mereka menembaki para
demonstran yang tengah melakukan aksi damai di lapangan Rabiah al Adawiyah dan bundaran al
Nahdhah, Kairo,
Mesir,
memprotes kudeta Presiden Muhammad Mursi baru lalu dilakukan oleh militer.
Juru Bicara DPD II HTI
Kota Langsa, Muhammad Ismail Yusanto
kepada STC via press release yang
diterima Minggu (25/8/2013) mengatakan pemerintah Mesir, ratusan orang
meninggal dan luka-luka. Tapi menurut pihak Ikhwanul Muslimin, sebagaimana yang
dikutip stasiun televisi Aljazeera (14/8), terdapat lebih dari 3000 tewas dan
belasan ribu luka-luka akibat serangan keji dan mengerikan itu.
Sebagian besar korban
terbunuh akibat tembakan peluru. Sebagian mayat bahkan hangus terbakar. Diantara
korban, terdapat tiga orang jurnalis yang tewas ditembak saat tengah bertugas. Melalui
aksi brutal ini, lagi-lagi membuktikan militer Mesir telah menjadi mesin
pembantai rakyat Mesir yang seharusnya dilindunginya.
Secara resmi AS telah
mengecam aksi itu, tapi tindakan militer Mesir ini tidaklah lepas dari restu AS,
karena AS memang senantiasa mendukung militer Mesir sejak era Gamal Abdul Nasir,
Anwar Sadat dan Husni Mubarak. Selama lebih dari 30 tahun, pemerintah AS terus
menyalurkan bantuan militer ke Mesir. Bantuan ini merupakan bantuan kedua
terbesar yang dikeluarkan Negara Paman Sam setelah ke Israel; termasuk bantuan
mesin perang dan jet-jet tempur F-16.
Selain itu terdapat 500
pejabat militer Mesir yang menempuh pascasarjana militer di Amerika setiap
tahun. Bahkan pria yang memimpin militer dan menggulingkan Mursi adalah alumni
US Army War College di Pennsylvania. Sikap hipokrit juga ditunjukkan oleh
Amerika Serikat yang sepertinya mengecam pembunuhan massal militer, namun di
sisi lain Amerika Serikat sendiri tidak pernah menyatakan pelengseran Mursi ini
sebagai kudeta militer.
Negara itu justru
menegaskan akan menjalin hubungan dengan pemerintah baru pasca Mursi yang
dibentuk militer. Melihat kedekatan militer Mesir dengan Amerika Serikat hampir
bisa dipastikan seluruh tindakan militer Mesir termasuk dalam penggulingan
Mursi dan aksi pembantaian itu tetap dalam restu negara imperialis Amerika
Serikat.
Dan bukan hanya kali ini
saja AS akan mendukung rezim-rezim bengis di dunia, termasuk di dunia Islam, yang
menjadi boneka mereka selama masih menguntungkan kepentingan AS.
Berkenaan
dengan hal itu, Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan: 1) Mengutuk keras
pembantaian oleh militer Mesir terhadap rakyat Mesir. ”Jelas sekali, tindakan
tersebut sangat tidak layak dilakukan oleh pihak militer yang keberadaannya
semestinya harus melindungi rakyat. Tindakan itu juga sangat bertentangan
dengan ketentuan syariat Islam. Membunuh jiwa tanpa alasan syar’iy bagaikan
membunuh manusia keseluruhan”, sebut Ismail.
Kemudian, 2) Mengutuk sikap hipokrit negara-ngera Barat,
khususnya AS, yang satu sisi selalu menyerukan demokrasi tapi di sisi lain
mendukung tindakan militer Mesir yang menggulingkan Presiden Mursi yang telah
dipilih secara demokratis. Satu sisi mereka selalu menyerukan penghormatan
terhadap HAM, tapi disisi lain tidak bertindak secara semestinya, bahkan
cenderung membiarkan dan dibelakan secara diam-diam mendukung, tindakan brutal
militer Mesir yang membantai ribuan rakyat Mesir.
Dan
3) Menyerukan kepada umat Islam untuk berjuang dengan sungguh-sungguh bagi
tegaknya kembali syariah dan khilafah karena hanya inilah yang akan
mengembalikan kejayaan Islam. Dan perjuangan itu dilakukan hanya melalui jalan
atau metode yang telah ditunjukkan oleh baginda Rasulullah SAW. Umat Islam
harus menolak cara-cara yang ditentukan oleh Barat, termasuk jalan demokrasi,
yang pada faktanya jalan itu hanya untuk kepentingan mereka.
Ketika
melalui jalan itu, kekuatan politik Islam naik ke tampuk kekuasaan, mereka tak
segan dengan segala cara akan menghentikannya, seperti yang terjadi pada FIS di
Aljazair atau Erbakan di Turki, dan kini di Mesir. ”Jelas sekali jalan itu penuh dengan kebohongan
dan kebusukan. AS, dan negara Barat, akan melakukan apapun terhadap siapapun
yang mengancam kepentingan politiknya atau bertentangan dengan kepentingan penjajahannya
pihak itu meskipun terpilih secara demokratis”, tegasnya. (***)