Foto: Ilustrasi-google SYAWALUDDIN | STC Karang Baru | ‘Kuluk’—begitu sebutan lelaki melayu di Aceh Tamiang—terlihat lesu, duduk men...
![]() |
Foto: Ilustrasi-google |
Karang Baru | ‘Kuluk’—begitu sebutan lelaki melayu di Aceh Tamiang—terlihat lesu, duduk menyendiri disebuah warung kopi di bilangan Jalan Ir H Juanda Karang Baru Aceh Tamiang (Atam), biasanya sumringah sambil bercakap-cakap dan nyeruput kopi yang menjadi santapan kebiasaanya disetiap pagi
dengan melahap sepotong kue basah kas melayu.
Apa yang menjadi beban pemikirannya?. Apakah karena memikirkan gaji 13 masih lama lagi ia dapat, atau ribut dengan Maemunah, istrinya. Mimiknya culun gitu bak habis bergumul. Pagi tadi Kuluk mengenakan baju kemeja warna putih, motif kotak-kotak serta pentalon jean biru kesukaannya.
“ape nie tak seperti biase, kusut masai begien muka awak tu”, tanya Sicek heran, “susah lah awak, banyak nak cakap, tapi berat rasa hati”, jawab Kuluk. Akhirnya mereka terdiam sejenak. Tiba-tiba Kuluk memecahkan keheningan.
Dia mengatakan, selama ini Kuluk merasa sangat loyal terhadap pekerjaan yang ditekuninya, apalagi kepada Pemerintah. Tapi karena ada pembisik—orang terdekat bupati—merasa tak senang dengan kehadiran si Kuluk di Keuangan, karena takut terbongkar kebobrokan Pemkab Atam, hingga Kuluk menjadi korban penggeseran kedudukan.
Apakah terlalu berat, masalah Kuluk?. Hingga dia tergeser. Dari Jabatannya di Keuangan Daerah. Padahal publik tau kinerja yang bersangkutan baik, dan sangat loyal. Kuluk tahu menempatkan posisinya sebagai fungsi pokok tugasnya di keuangan.
Kuluk cukup menjaga keseimbangan, antara kepentingan pemerintah dan kepentingan publik. Tapi lagilagi Kuluk menjadi korban fitnah dan pembisik. “cek…cek…cek, sampai sebegitu jauh ya Kuluk, jadi ini yang membuat engko ne tak mau bicara?”. Tanya Sicek.
“Iya Cek, padahal awak sudah cukup menjaga keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan pemerintah Cek, agar semua berjalan seimbang dan lancar”. Katanya, tapi menurut Kuluk gara-garanya hanya sepel saja, di penghujung Ramadhan kemarin, Kuluk bersama Kelompok Seniman Aceh Tamiang membuat acara debat publik tentang Kabupaten Aceh Tamiang.
Dalam debat itu, Panitia berharap bisa mencari solusi untuk perbaikan Aceh Tamiang kearah yang lebih baik, entah kenapa dan pasalnya, seminggu kemudian Kuluk mendapat surat pemindahan terhadap dirinya ke Kecamatan.
“Ooo…jadi itu masalah awak ya?. Kalau itu; aku dapat bisik-bisik dari petinggi di Sekdakab, tapi ini bisikbisik ya Luk, faktanya aku belum punya. Tapi nanti kalau aku bilang, nanti ditangkap Polisi aku Luk.
Begini Luk, Aku mendapat bisikan dari petinggi di Atam, kalau mereka ditekan dari Istri Bupati, karena istri Bupati tak senang dengan awak, makanya di perintahkan suaminya—Bupati—untuk memindahkan awak Luk, yang herannya kok bupati mau mengikuti kata istrinya, bukan menilai kinerja Kuluk baik atau buruk ”. Terang Sicek.
Menurut Sicek, Kuluk merupakan korban dari egosentries seorang istri bupati yang tak senang terhadap diri pribadi, bukan berdasarkan kejelekan rapor Kuluk. Lalu kita bertanya, apakah seorang Bupati harus memenuhi permintaan sang istri, jika dia tak senang dengan Kepala SKPD A atau B, lalu mengatakan kepada suami; notabenenya Bupati dan sang Bupati dengan serta merta mengikuti dan memecat Kuluk?.
“Inikan sama seperti ‘Bupati Bayangan’ dan terkesan Bupati Bayangan yang berperan dalam mengendalikan pemerintahan, mau jadi apa Atam ini, kalau seperti itu kejadiannya. Ini tak bisa dibiarkan, jangan sampai ada pemerintahan jalanan untuk menghukum sang Bupati Definitif”. Tegas Sicek.
Tapi Kuluk sepertinya tak respek dengan ocehan Sicek dan mengatakan, “jangan libatkan aku Cek, bisabisa dipecat nanti aku dari PNS, ngerilah aku…Cek. Awak ajalah urusan itu. Aku terima Cek ditempatkan dimanapun, aku ini apalah Cek, kan cuma bawahan saja, yang bisa ditempatkan dimanapun”. Kata Kuluk.
Cerita Kuluk dan Sicek, bisa dipetik hikmahnya, bahwa masih terlalu amburadulnya manajemen Pemerintahan di Aceh Tamiang ini, sehingga peran seorang istri bisa berubah menjadi superbody, untuk mengutak atik pemerintahan. Aneh-kan?. Bupati Definitif bisa diutak-atik istri. Wallahu’alam Bisawab.(***)