HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

70 Ha Lahan Padi di Bandar Pusaka Produksinya Menurun

Foto: Ilustrasi-google UCOK KELING | STC ACEH TAMIANG |  Sebanyak 70 Hektare lahan tanaman padi di tiga Desa di kecamatan Bandar P...

Foto: Ilustrasi-google
UCOK KELING | STC

ACEH TAMIANG |  Sebanyak 70 Hektare lahan tanaman padi di tiga Desa di kecamatan Bandar Pusaka mengalami penurunan produksi sebanyak 30-40 persen,jika dibandingkan dengan produksi tahun 2012, yang disebabkan oleh tidak seretaknya musim tanam padi.

"Akibat pola tanaman yang tidak serentak ini, tanaman padi mendapatkan serangan hama yang luar biasa dahsyatnya, terutama hama tikus,wereng dan walang sangit",kata Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan(KTNA) Kabupaten Aceh Tamiang M.Hendra Vramenia kepada wartawan.

Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan pihaknya, tiga Desa di kecamatan Bandar Pusaka  yang mengalamin penurunan produksi padi terdiri dari Desa Pante Cempa (25 Ha),Desa Babo (25 Ha) dan Desa Rantau Bintang (20 Ha).

Di tiga desa tersebut musim tanam dimulai pada pertengahan bulan Maret,sedangkan  jadwal yang telah ditentukan pemerintah setempat melalui Dinas  terkait, musim tanam dimulai pada pertengahan bulan Mei,yang tahap pertama dimulai dari proses persemaian benih yang dimulai tanggal 20 Mei- 10 Juni  2013.

“Hampir terjadi setiap tahunnya  lahan persawahan di Bandar Pusaka. Bisa kita lihat, di lahan yang satu sudah panen, sementara tempat di sebelahnya belum,” terangnya.

Lebih lanjut Hendra mengatakan produksi padi di tiga desa tersebut mengalamin penurunan drastis yang disebabkan ketika buah nya keluar banyak yang kosong akibat kurangnya air, ketika buah muncul banyak diserang hama wala sangit, 
kepinding tanah, were dan hama tikus,serta ketika buah sudah tua diserang hama burung yang sangat banyak.

Pada panen kali ini yang dilaksanakan bulan Juni yang lalu ,hasil produksi di tiga desa tersebut bervariasi, di Desa Pante Cempa satu rante sawah hanya mampu menghasilkan padi 5-7 kaleng,di Desa Babo satu rante sawah,menghasilkan padi 6-8 kaleng padi,dan di Desa Rantau Bintang satu rante sawah menghasilkan 5-8 kaleng padi, Sedangkan pada panen pada tahun sebelumnya satu rante sawah rata-rata  mampu menghasilkan 12-15 kaleng padi.

Menurut Hendra pola tanam yang tidak serentak ini dipicu oleh berbagai faktor di antaranya masih ada kepercayaan tertentu masyarakat, terjadi kelangkaan pupuk dan kurangnya pembinaan dari PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) pertanian, serta menurunnya secara drastis kebiasaan untuk bermusyawarah di daerah ini.

Hendra berharap agar petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Kecamatan Bandar Pusaka khususnya,dan PPL yang ada di Kabuapaten Aceh Tamiang umumnya,agar  lebih giat lagi berkunjung ke petani, memberikan penyuluhan dan sosialisasi tentang jadwal penanaman padi yang di anjurkan pemerintah dan perihal perihal yang menyangkut  pertanian sehingga dapat memberikan solusi-solusi untuk mengatasi persoalan yang mereka hadapi. 

"Hingga saat ini masih banyak petani yang tidak mengenal petugas PPL yang bertugas di desa kami. Jadi kepada siapa kami harus mengadukan persoalan-persoalan kami ini," ujar Hendra kesal.

Hendra berharap kepada pemerintah kabupaten Aceh Tamiang melalui Dinas terkait agar di buat suatu keputusan Bupati mengenai sistem tanam serentak. Sehingga keputusan bupati yang di buat harus tertuang dalam surat edaran, yang harus dibagikan kepada masing-masing kelompok tani yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang. 

Menurut Hendra, untuk pengawasan penerapan tanam serentak ini bupati diminta untuk membentuk tim pengawas sistem tanam serentak.Tim pengawas yang dibentuk berasal dari berbagai komponen, mulai dari tenaga teknis, penyuluh lapangan dan perangkat desa.
Bila ditemukan ada petani yang tidak menaati pola tanam serentak, akan dikenai sanksi. Salah satu bentuk sanksinya adalah tidak diberi bantuan jika gagal panen akibat diserang hama, karena tidak mengindahkan instruksi bupati.

Gagal Panen

Sementara itu Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan(KTNA)Kecamatan Tamiang Hulu Khalim mengatakan sebanyak 20 Ha persawahan di Desa Wonosari Kecamatan Tamiang Hulu di laporkan mengalami gagal panen akibat diserang hama wereng, walang sangit, kepinding tanah dan hama tikus, sedangkan 70 Ha di perkirakan mengalamin penurunan jumlah  produksi pada panen mendatang yang di perkirakan akan dilaksanakan pada pertengahan bulan september mendatang. 


Akibatnya, produksi padi para petani di wilayah itu terancam tak bisa terpenuhi dikarenakan satu rante hanya mampu menghasilkan produksi padi sebanyak 5-6 kaleng padi.

Antara lahan yang berdekatan, tidak serentak mulai masa tanam sehingga binatang pengerat ini bisa cepat berkembang. "Bila tikus memiliki cukup makanan, maka setahun bisa berkembang biak sampai 1.250 ekor," ujarnya.

Sementara hama kepinding tanah berkembang akibat iklim kering basah. Cuaca panas tiba-tiba hujan, berpotensi berkembang serangga ini. (***)