HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Asam Gelugur dari Terbuang Hingga ke Daratan Eropa

Foto : Syawaluddin/STC SYAWALUDDIN  | STC   KARANG BARU – Asam Gelugur atau nama latinnya disebut Garcinia Astroviridis Griffitf e...

Foto : Syawaluddin/STC

SYAWALUDDIN  | STC 

KARANG BARU Asam Gelugur atau nama latinnya disebut Garcinia Astroviridis Griffitf et.Ander, adalah tanaman buah yang berada di iklim hutan sub tropis Sumatera. Asam ini banyak terdapat di wilayah daratan Sumatera Utara hingga Aceh. Memiliki sifat buah yang asam, dan  bentuk yang bersegi-segi.

Buah Asam Gelugur, biasa di gunakan untuk bahan baku manisan, bumbu masak agar menambah aroma masakan menjadi lezat. Dulu asam gelugur dianggap tanaman buah yang tidak memiliki nilai ekonomi menggiurkan. Benarkah?...

Agaknya nukilan itu salah, buktinya; asam gelugur saat ini sudah merambah hingga ke belahan dunia. Dan menjadi komoditi primadona sebagai bahan baku rempah masakan. Buktinya asam gelugur Sumatera Utara dan Aceh sudah menembus Eropah, Jepang, Thailand, India dan Korea via interland Malaysia.

Mau tau berapa harga bersih perkilogram Asam Gelugur kering siap ekspor?, sangat pantastis berkisar Rp.15.000,- hingga Rp.16.000,- harga  itu tidak termasuk Bea dan Cukai. Kita hanya menolak kepada distributor yang di di Tanjung Balai, Kabupaten Asahan.

Dari sanalah Asam Gelugur Sumatera Utara dan Aceh mumpuni di negeri Jiran, hingga tersebar kedaratan Asia dan Eropah, bisnis menjadikan buka?. Di Medan dan Aceh khususn, sedikit sekali mereka yang bisa mengcap pundi-pundi rupiah dari bisnis menggiurkan ini. Bisa bertahankah bisnis ini?. Masih tanda tanya.
****

Sebut saja Eliun Jurniali (46) warga Desa Simpang Tiga Upah, Kecamatan Bendahara, sejak tahun 1989 dirinya menggeluti manis asamnya pundi-pundi rupiah yang di raupnya dari berbisnis Asam Gelugur. Dia mengaku ogah beralih profesi lain, mengingat keuntungannya bisa luar biasa.

Akunya mengakui, dalam seminggu 6 ton asam gelugur kering siap ekspor dikirim ke Tanjung Balai. Mau tau berapa harga perkilogramnya?. Rp. 16.000,- atau setara dengan Rp.96.000.000,- setiap minggu uang hasil penjualan Asam Gelugur kering di bawa pulang ke Aceh.

Fantastis, Eliun bisa menggaji para pekerjanya sehari Rp.50.000,- sampai Rp.75.000,- dengan rincian, para pekerja dibayar Eliun perkilogramnya Rp.100,- rajangan Asam Gelugur basah, kini pekerjanya mencapai 7 orang.

“Padahal saya ingin memberdayakan ibu-ibu disekitar sini, tapi kemampuan saya hanya sebatas tujuh orang pekerja saja, sebab masih sangat minim dalam permodalan, Insya Allah, kalau ada donaturnya saya akan kembangkan usaha ini menjadi skala menengah, tujuannya agar ekonomi keluarga mereka bisa terbantu dari hasil ini”, katanya.

Menurut Eliun, kemampuan perhari usahanya baru mencapai 2,5 ton Asam Gelugur basah yang mampu di produksi, mengingat stok kebutuhan bahan bakunya masih didatangkan dari beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang.

Eliun mematokan harga Asam Gelugur basah dari masyarakat berkisar Rp. 1.300,- perkilogramnya, menurut penuturannya, harga tersebut terbilang tinggi, sebab sebelum dirinya terjun langsung sebagai pebisnis Asam Gelugur, harga perkilogramnya hanya Rp.400,-.

“Saya kira hadirnya usaha Asam Gelugur yang saya kelola ini, sangat mendongkrak perekonomian warga di sekitar sini, apalagi harga yang saya tawarkan kepada mereka mengalami kenaikan tiga kali lipat hari harga sebelumnya”.

Masih Eliun; proses pembuatan Asam Gelugur kering tidak terlalu sulit dan jelimet, seperti produk komoditi lainnya, hanya perlu 4 hari penjemuran saja, Asam Gelugur siap dipasarkan. Terutama itu, dalam proses pengeringan sama sekali tidak menggunakan bahan pengawet yang berbau kimia.

Semua proses alami dan tradisional, Asam Gelugur gelondongan dibelah lalu diiris menjadi 8 sampai 12 irisan menjadi tipis-tipis, dibiarkan 2 sampai tiga jam, agar getah asam gelugur terpisah dari buah yang telah diiris.

Jika proses ini sudah selesai, lalu Asam Gelugur diangkut dengan menggunakan goni dan di bawa ke penjemuran. Untuk penjemuran itu sendiri, juga tidak terlalu banyak memakan tempat, cukup memiliki pelataran ukuran 70 x 70 meter, dipisah menjadi dua bagian. Antara yang kering dan yang basah.

Kalau sudah cukup kering dan tidak banyak mengandung kadar air lagi, Asam Gelugur kering lalu di packing kedalam goni ukuran isi bersih 50 kilogram. Jika proses ini sudah selesai, timbang ulang dan siap diangkut oleh truck menuju Tanjung Balai dan siap ekspor.

Eliun mengaku, hari ini dirinya sangat kesulitan dalam mencari lahan untuk pengembangan bisnisnya tersebut, mengingat pemahaman masyarakat, Asam Gelugur hanyalah sekadar tanahan biasa yang tidak memiliki nilai jual.

“Persepsi salah ini yang hingga hari ini masih sulit, bagaimana saya mensosialisasikan kepada masyarakat, bahwa Asam Gelugur menjadi salah satu bisnis Agrikultura yang sangat menggiurkan, sebab cara penanamannya tidak rumit dan sangat gampang untuk dikembang biakkan”. Jelasnya.

Selain pemahaman tersebut, Eliun juga sangat kesulitan lahan untuk pengembang biakkan pohon Asam Gelugur ini, mengingat, di Aceh Tamiang sangat sulit mendapatkan lahan untuk pengembang biakkannya. Begitupun dirinya tidak berputus asa, saat ini lahan yang selama ini dicari sudah terpenuhi, meski jauh.

Lokasi penyemaian dan pengembangbiakkan Asam Gelugur meilik Eliun berada di wilayah Balige, Kabupaten Dairi. Sedikit di Aceh. Menurut pengakuannya, untuk wilayah Balige, Eliun sudah menjual ratusan ribu batang semaian Asam Gelugur dengan sistem entress, sistem ini yang sedang dikembangkan untuk tanaman karet, tapi bisa dipakai untuk Asam Gelugur. dan hasilnya sangat memuaskan.

Dengan bangganya Eliun, memajangkan bahwa dirinyalah satu-satunya pebisnis Asam Gelugur asal Aceh yang menembus pasaran global Eropah sejak puluhan tahun lalu, ayoo…anda merasa berani dan tertantang menyaru jejak Eliun?..silahkan.
****

Foto : Syawaluddin/STC
Budidaya Asam Gelugur Peninggalan Masa Lalu Bukan Tanaman Intensifikasi

Biasanya petani asam gelugur tidak menjual hasil panen Asam Gelugur secara pribadi, tetapi mereka setelah memanen datang para agen untuk membeli hasil panen Asam Gelugur tersebut, dengan harga sangat bervariasi, berkisar Rp.800,- hingga Rp.1.000,- per kilogramnya.

Masyarakat petani Asam Gelugur tidak tahu harga pasti atau patokkan harga tetap per kilogramnya, tak heran jika masyarakat menyerahkan hasil panennya kepada para pengumpul dengan harga relatif rendah. Apalagi jika pengumpul mau memanen sendiri Asam gelugur tersebut, bisa mendapatkan harga sangat miring Rp.400,-.

Tidak ada masyarakat yang benar-benar serius sebagai petani Asam Gelugur, melainkan pohon asam gelugur, yang jumlahnya memang tak banyak;  berkisar 5 sampai 7 batang saja menghiasi halaman belakang rumah mereka, itupun pohon peninggalan orang tua mereka terdahulu, yang usia pohonnya 15 sampai 20 tahunan usianya.

Pohon-pohon itulah yang dibeerdayakan sampai saat ini, khususnya di Aceh Tamiang dan Aceh Timur, baru para pengumpul mendata dan mendatangi rumah-rumah penduduk pemilik pohon Asam Gelugur memanen dan membeli hasilnya.

Seperti yang dilakukan Bapak Syafii, (61) warga Dusun Kuala, Kampung Sungailiput, Kecamatan Kejuruan Muda, Aceh Tamiang yang memiliki belasan batang pohon asam gelugur, yang tumbuh secara liar. Bila sudah musim buah ia kerap menjualnya kepada agen pengumpul dengan harga Rp 1000 sampai Rp. 1500  dalam per kilonya.

Dikatakanya, harga itu sudah bersih, agen tersebut yang memanjat dan memetik nya sendiri dari pohon. Dalam setiap kali panen asam gelugur miliknya berkisar 800 kilo gram atau empat gerobak angkong.

Syafii mengatakan, tidak begitu paham terkait pasaran harga asam gelugur, baik dalam keadaan buah masih bulat atau yang sudah dipotong, maupun yang telah kering dijemur. Hal tersebut yang membuatnya tidak mau mengelolahnya sendiri.

Menurutnya, buah asam gelugur tidak memiliki musim buah yang pasti. Sekali buah bisa tiga sampai empat kali panen, dan antara pohon yang satu dengan pohon lainya tidak serentak bila buah. Untuk perawatan pohon asam dan merangsang buah, Syafii rutin menaburkan pupuk buah jenis TSP.

Menurut dia, Pohon asam gelugur sejauh ini belum begitu banyak ditanam secara masal dilahan-lahan tidur milik masyarakat, pintanya, ada pihak-pihak yang memberikan penyuluhan arti penting dan nilai bisnisnya terhadap tanaman ini.

“Padahal, kalau kita melihat secara awam, populasi asam gelugur disini banyak, tapi jumlah itu menyebar, menjadi tanaman halaman belakang rumah masyarakat, jadi tidak ada petani intensifikasi Asam Gelugur di disini, kalau ada penyuluhan saya mau ikut pelatihan itu”, kata Syafi’I mengakhiri. (***)