HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Galian C Menjamur, Air Sungai Tamiang Keruh

Aksi operasional galian C secara serampangan dan tak terkendali, membuat air sungai semakin keruh. Bahkan kekeruhan air sungai Tamiang menca...

Aksi operasional galian C secara serampangan dan tak terkendali, membuat air sungai semakin keruh. Bahkan kekeruhan air sungai Tamiang mencapai 307-672 Nephelometric Turbility Units (NTU).

Pada tahun 2009 kekuruhan air sungai Tamiang juga sudah diambang batas, kekeruhan menunjukkan angka sangat tinggi mencapai 124-176 NTU pada kondisi tidak hujan. Sementara pada kondisi hujan kekeruhannya mencapai 450 NTU. Kabid Standarisasi Penataan dan Pengendalian Lingkungan, Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Aceh Tamiang, Said Mahdi SP kepada Serambi, Sabtu (14/7) mengatakan, hasil pantauan pihaknya dengan mengambil sampel kekeruhan air disepanjang aliran sungai pada kondisi tidak hujan di enam lokasi, di Sungai Kaloy Kecamatan Tamiang Hulu, jembatan Seumadam dan Kebun Tengah Kecamatan Kejuruan Muda, Kota Kualasimpang, Desa Alur Manis Kecamatan Rantau, dan Desa Paya Udang Kecamatan Seruway.

Menunjukkan kekeruhan air Sungai Tamiang semakin meningkat dua kali lipat dari tiga tahun sebelumnya. Pihaknya menduga kekeruhan air Sungai Tamiang yang terus meningkat itu salah satu penyebabnya adalah, karena usaha galian c yang menggunakan mesin menyedot pasir. “Dari pagi hingga sore hari mereka obok-obok Sungai Tamiang dan jumlah penambang juga cukup banyak,” ujarnya.

Disebutkan lokasi yang galin C itu cukup banyak, sepertinya hal di Kecamatan Sekrak, Ranto, dan usaha galian c di Kecamatan Kualasimpang, Kecamatan Seruway, dan di Kecamatan Karang Baru. Ditegaskan juga sejumlah usaha galian C tak memiliki rekom dari Badan Lingkungan Hidup, Aceh Tamiang.

Sampai saat ini tidak ada satupun pengusaha galian c meminta rekom dari Badan Lingkungan Hidup Aceh Tamiang. Padahal usaha tersebut selain berdampak pada lingkungan juga berdampak pada manusia. “Seharusnya sebelum dikeluarkan izin usaha galian c, mereka mendapat rekomendasi dari badan lingkungan dan kebersihan Aceh Tamiang,”ujarnya lagi.

Faktor lainnya penyebab kekeruhan air akibat terjadinya kerusakan hutan di daerah hulu khususnya di kawasan hutan lindung yang juga sangat parah, sehingga tanah tidak menyerap air pada saat terjadi hujan.

Permukaan tanah tergerus dan dibawa oleh air ke dalam sungai sehingga menyebabkan air sungai keruh. Penyebab lainnya, sendimentasi yang dibawa banjir bandang tahun 2006 yang menumpuk didasar sungai sampai saat ini belum dikeruk. Dampak dari tingginya kekeruhan air, menyebabkan punahnya mahluk hidup di sungai karena tidak mampu berkembang biak. | M. Nasir, Serambinews