Kandidat gubernur Aceh jangan saling bertengkar dan mempertontonkan kekerasan politik. Para kandidat harus memberi teladan sebagai seorang...
Kandidat gubernur Aceh jangan saling bertengkar dan mempertontonkan kekerasan politik. Para kandidat harus memberi teladan sebagai seorang pemimpin. Hanya dengan cara itu, rakyat akan mencintai pemimpinnya.
Pandangan ini disampaikan mantan Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar menjawab Serambinews.com di Jakarta, Kamis (22/2/2012) sore, menyikapi situasi perpolitikan Aceh menjelang pemlukada 2012.
"Teror, intimidasi dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya merupakan praktik tidak terpuji yang akan dicemooh rakyat. Para kandidat jangan terjebak saling bertengkar yang akan berimplikasi buruk terhadap kualitas demokrasi," kata Muhammad Nazar yang juga kandidat gubernur berpasangan dengan Nova Iriansyah.
Menurutnya, kalau sudah jadi kandidat berarti sudah jadi pemimpin juga. Soal siapa yang menang dan kalah itu hanya urusan demokrasi saja. "Karena itu para kandidat mestinya dapat menunjukkan keteladanan, supaya pengakhiran transisi Aceh dan penghilangan karakteristi konflik bisa berjalan lancar. Saya sendiri bersama Pak Nova Iriansyah maju untuk menang, tetapi kami tidak ingin mengalahkan rakyat, perdamaian, pembangunan dan demokrasi," katanya.
Secara khusus Nazar mengingatkan agar para kandidat tidak mempertontonkan kekerasan politik. Pengalaman pemilu 2009 sudah cukup, dimana banyak partai dan caleg-caleg jadi korban. "Mereka dapat suara di tempat pemungutan suara tapi hilang di tingkat kecamatan dan kabupaten/kota. Semua tahu dan paham, tapi semua diam melihat ironisme demokrasi 2009," katanya.
Ia juga mengimbau rakyat agar berani bersikap dan bersuara benar dan tidak terpengaruh intimidasi. "Karena di dalam kamar TPS tidak ada yang tahu para pemilih memilih siapa. Rakyat harus berani dan cerdas supaya tidak menyesal kalau salah dan karena ketakutan," ingat Nazar.
Seruan pilkada damai juga disampaikan juru bicara Tim Pemantau Otsus Aceh dan Papua DPR RI Sayed Muhammad Muliyadi. "Kita akan awasi jalannya pemilukad Aceh," kata Sayed Muhammad, politisi berdarah Aceh dari Fraksi PDI Perjuangan.
Pandangan ini disampaikan mantan Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar menjawab Serambinews.com di Jakarta, Kamis (22/2/2012) sore, menyikapi situasi perpolitikan Aceh menjelang pemlukada 2012.
"Teror, intimidasi dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya merupakan praktik tidak terpuji yang akan dicemooh rakyat. Para kandidat jangan terjebak saling bertengkar yang akan berimplikasi buruk terhadap kualitas demokrasi," kata Muhammad Nazar yang juga kandidat gubernur berpasangan dengan Nova Iriansyah.
Menurutnya, kalau sudah jadi kandidat berarti sudah jadi pemimpin juga. Soal siapa yang menang dan kalah itu hanya urusan demokrasi saja. "Karena itu para kandidat mestinya dapat menunjukkan keteladanan, supaya pengakhiran transisi Aceh dan penghilangan karakteristi konflik bisa berjalan lancar. Saya sendiri bersama Pak Nova Iriansyah maju untuk menang, tetapi kami tidak ingin mengalahkan rakyat, perdamaian, pembangunan dan demokrasi," katanya.
Secara khusus Nazar mengingatkan agar para kandidat tidak mempertontonkan kekerasan politik. Pengalaman pemilu 2009 sudah cukup, dimana banyak partai dan caleg-caleg jadi korban. "Mereka dapat suara di tempat pemungutan suara tapi hilang di tingkat kecamatan dan kabupaten/kota. Semua tahu dan paham, tapi semua diam melihat ironisme demokrasi 2009," katanya.
Ia juga mengimbau rakyat agar berani bersikap dan bersuara benar dan tidak terpengaruh intimidasi. "Karena di dalam kamar TPS tidak ada yang tahu para pemilih memilih siapa. Rakyat harus berani dan cerdas supaya tidak menyesal kalau salah dan karena ketakutan," ingat Nazar.
Seruan pilkada damai juga disampaikan juru bicara Tim Pemantau Otsus Aceh dan Papua DPR RI Sayed Muhammad Muliyadi. "Kita akan awasi jalannya pemilukad Aceh," kata Sayed Muhammad, politisi berdarah Aceh dari Fraksi PDI Perjuangan.
Sumber : Serambi Online
Editor : Yeddi Alaydrus
Foto : Ilustrasi | Google
Foto : Ilustrasi | Google