Foto | Iustrasi/Dok.STC Empat orang staf Badan Pekerja Kawasan Ekosistem Leuser (BP KEL), Ponirin, Aidil, Junaiko dan Agus melapor ke po...
Foto | Iustrasi/Dok.STC |
Empat orang staf Badan Pekerja Kawasan Ekosistem Leuser (BP KEL), Ponirin, Aidil, Junaiko dan Agus melapor ke polisi, akibat menjadi korban pemukulan seorang sopir alat berat beko.
Ponirin cs melarang alat berat beko masuk ke kawasan yang diklaim sebagai kawasan ekosistem leuser. Sementara beko itu sendiri masuk ke lokasi tersebut untuk mengerjakan proyek Pemkab Aceh Tamiang, dalam hal ini pihak Dinas Kehutanan.
Karena larangan masuk itu tetap digubris, akhirnya Ponirin dkk menumpahkan BBM beko, agar tak bisa beroperasi. Tindakan itu ternyata membuat pihak pengelola beko marah besar, hingga berakhir dengan penganiayaan.
Salah seorang staf BPKEL di Aceh Tamiang, Tezar, Rabu (5/10), mengakui anak buahnya dipukul namun tidak mengetahui secara pasti kronologisnya. “Yang dipukul sebanyak empat orang,” ujar Tezar.
Sementara itu, Aidil salah seorang korban pemukulan saat di konfirmasi mengaku sedang diperiksa polisi dan tidak menjelaskan secara rinci kejadiannya. “Nanti saya hubungi, sekarang lagi diambil keterangan di kantor polisi,” ujarnya.
Kapolres Aceh Tamiang, AKBP Drs Armia Fahmi mengakui adanya insiden pemukulan terhadap staf BPKEL, namun hanya bersifat tamparan, pemicunya karena pihak BPKEL melarang beko masuk kawasan yang diklaim KEL, karena larangan tersebut tidak diindahkan staf BPKEL ini menumpahkan minyak beko. Hingga terjadilah insiden pemukulan tersebut. (Sumber : Serambi Online).