Ilustrasi | Google Nelayan tradisional asal Pangkalan Brandan, Kab. Langkat, kerab menjadi sasaran aksi perompakan dari sekelompok ora...
![]() |
| Ilustrasi | Google |
Nelayan tradisional asal Pangkalan Brandan, Kab. Langkat, kerab menjadi sasaran aksi perompakan dari sekelompok orang bersenjata api di kawasan perairan Aceh Tamiang.
Gerombolan perpmpak tanpa belas kasihan menguras habis ikan hasil tangkapan nelayan, termasuk perangkat pendeteksi ikan berupa satelit dan komputer.
Salah seorang nelayan menceritakan, sehari menjelang lebaran Idul Fitri 1432 ada delapan perahu motor nelayan asal Desa Kelantan, Kec. Brandan Barat jadi sasaran perompak di perairan Aceh Tamiang.
Para pelaku, katanya, mengambil paksa seluruh ikan hasil tangkapan termasuk peralatan berharga seperti satelit dan computer, yang digunakan untuk mendeteksi ikan. “Kawan-kawan kami terpaksa pulang dengan tangan hampa tanpa membawa hasil,” ujarnya, lirih.
Ia menjelaskan, kejadian yang dialami rekan-rekan nelayan dilaporkan kepada mantan kombatan GAM dan hasil pelacakan yang mereka lakukan, perangkat penting untuk melaut yang dirampas perompak berhasil ditemukan dan dikembalikan kepada nelayan. “Kami bersyukur alat-alat itu dikembalikan, meskipun ikan hasil tangkapan sudah keburu dibawa kabur gerombolan penjahat,” tuturnya.
Para nelayan mengaku sangat resah dengan sepak terjang para penjahat yang kerab mencari sasaran nelayan kecil. Pria beranak satu itu menambahkan, untuk keamanan di laut, belakangan ini mereka masing-masing memberi setoran bulanan kepada seseorang yang dianggap berpengaruh di wilayah perairan Aceh.
Dalam hal ini para nelayan mempertanyakan fungsi petugas Satpol Air yang selama ini mereka nilai tidak maksimal menjaga keamanan di laut, sehingga nelayan kerab menjadi korban perompak yang tidak berprikemanusiaan. “Apakah karena kami rakyat kecil sehingga tak perlu dilindungi,” tutur nelayan seraya berharap petugas Satpol Air harus lebih sering patroli khusunya di wilayah rawan. (Sumber : Harian Waspada).
