HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Relasi Islam dan Ilmu: Harmonisasi Sains dan Agama dalam Tinjauan Epistemologi Islam

Foto/ILUSTRASI Hubungan antara agama dan ilmu sering kali dipandang sebagai dua entitas yang berlawanan, terutama dalam konteks pemikiran Ba...

Foto/ILUSTRASI

Hubungan antara agama dan ilmu sering kali dipandang sebagai dua entitas yang berlawanan, terutama dalam konteks pemikiran Barat modern. Namun, dalam Islam, ilmu dan agama justru dipandang sebagai dua aspek yang saling melengkapi. Islam tidak memisahkan keduanya, melainkan melihat ilmu sebagai bagian integral dari kehidupan beragama. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana Islam menghubungkan sains dengan agama, serta bagaimana keduanya bisa berjalan berdampingan dalam perspektif epistemologi Islam.

Epistemologi Islam menawarkan pandangan yang khas tentang sumber dan kebenaran ilmu pengetahuan. Berbeda dengan epistemologi Barat yang cenderung lebih menekankan pada rasio dan empirisme, Islam memandang bahwa wahyu, akal, dan pengalaman hidup manusia adalah sumber-sumber pengetahuan yang saling melengkapi. Dalam kerangka ini, ilmu pengetahuan tidak hanya dilihat sebagai pencapaian rasional, tetapi juga sebagai bagian dari proses spiritual yang lebih besar dalam hubungan dengan Tuhan.

Dalam Islam, ilmu ('ilm) memiliki cakupan yang luas, mencakup pengetahuan tentang alam semesta, hukum-hukum alam, serta dimensi spiritual yang lebih mendalam. Al-Qur'an, sebagai kitab suci Islam, mendorong umat manusia untuk merenungkan alam semesta dan menggunakan akal untuk memahami kebesaran Tuhan. Oleh karena itu, ilmuwan Muslim tidak hanya memandang ilmu sebagai alat untuk memahami dunia fisik, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang ciptaan-Nya.

Harmonisasi sains dan agama dalam pandangan Islam bukanlah sebuah kompromi, melainkan integrasi yang utuh antara dua jalan untuk mencapai kebenaran. Dalam sejarah intelektual Islam, banyak ilmuwan seperti Al-Farabi, Ibn Sina, dan Al-Ghazali yang mengajarkan bahwa pencarian ilmiah dapat berjalan seiring dengan spiritualitas. Bagi mereka, ilmu adalah sarana untuk lebih mengenal Tuhan dan untuk menyempurnakan kehidupan manusia di bumi.

Namun, pada masa kini, muncul tantangan baru, terutama dengan dominasi pemikiran sains modern yang seringkali mengabaikan dimensi spiritual. Sebagian besar perkembangan sains berfokus pada aspek material dan empiris, sementara nilai-nilai agama sering kali dikesampingkan. Oleh karena itu, perlu ada usaha untuk mengembangkan sebuah epistemologi Islam yang mampu berdialog dengan kemajuan ilmu pengetahuan tanpa mengabaikan ajaran agama yang luhur.

Konsep integrasi antara ilmu dan agama ini memiliki relevansi yang sangat besar dalam pendidikan Islam. Dalam konteks ini, pendidikan harus mengedepankan pendekatan yang tidak memisahkan sains dari nilai-nilai agama. Sebuah kurikulum yang menggabungkan ilmu pengetahuan dan ajaran Islam dapat menciptakan individu yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga memiliki keseimbangan dalam aspek moral dan spiritual.

Dengan demikian, hubungan antara Islam dan ilmu, yang dipahami melalui epistemologi Islam, bukan hanya relevan, tetapi juga krusial untuk menjawab tantangan zaman. Islam memberikan dasar filosofis yang kokoh untuk menjembatani antara sains dan agama, mengajarkan bahwa keduanya bisa berjalan seiring dalam mencari kebenaran. Melalui pendekatan ini, kita dapat membangun peradaban yang lebih bijaksana, yang memadukan kemajuan ilmiah dengan kedalaman spiritual.[]

Penulis :

Putri Maghfiroh, mahasiswi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan