Oleh: Andryansyah Naufal Alvarizi Zuhdi, Rani Puspa Abadi Aprilia Riyanto, Rais Al-athar Antoni, Shevca Miftachurrahmat, Marcella Raphaela D...
Oleh: Andryansyah Naufal Alvarizi Zuhdi, Rani Puspa Abadi Aprilia Riyanto, Rais Al-athar Antoni, Shevca Miftachurrahmat, Marcella Raphaela Diandra Raniwijaya Program Studi Teknik Industri Universitas Airlangga
Lentera24.com - Menurut studi yang dipublikasikan di Fierce Healthcare, masalah komunikasi merupakan faktor penyebab dalam 7.149 dari 23.000 klaim malpraktik medis yang diajukan antara tahun 2009 dan 2013 di Amerika Serikat, atau sekitar 30 persen dari total kasus. Dalam persentase tersebut terdapat 1.744 kematian dan biaya rumah sakit sebesar $1,7 miliar.
Hal ini menunjukkan bahwa kegagalan komunikasi dalam konteks perawatan kesehatan dapat berdampak serius, termasuk di Indonesia seperti pada insiden kekerasan terhadap seorang dokter di Lampung pada tahun 2023. Pasien yang merasa tidak puas dengan pengobatan yang diberikan mungkin memandang dokter bersalah atas malpraktik karena obatnya tidak bekerja seperti ekspektasinya, ketika sebenarnya terdapat kegagalan komunikasi dalam menjelaskan proses pengobatan.
Oleh karena itu, penting bagi para profesional medis untuk memperhatikan dan meningkatkan komunikasi mereka dengan pasien dan kolega mereka untuk meningkatkan keamanan pasien dan mencegah kesalahan medis yang tidak perlu.
Berdasarkan penelitian pada jurnal berjudul Avoiding Medication Errors through Effective Communication in Healthcare Environment, komunikasi yang buruk paling sering menyebabkan dampak yang buruk mulai dari keterlambatan pengobatan, kesalahan pengobatan, dan operasi salah tempat. Medication Error atau kesalahan dalam pengobatan biasa juga terjadi karena kurangnya komunikasi yang efektif. Maka skill komunikasi antar tenaga kesehatan mempunyai efek yang bagus ke output pelayanan kesehatan dengan mengurangi medication error. Ada beberapa resiko yang dapat terjadi akibat kesalahan komunikasi dalam medis, antara lain diagnosis yang salah, terjadinya kesalahan dalam pemberian obat, kesalahan dalam prosedur medis, terjadinya penundaan dalam pengobatan, biaya yang lebih tinggi, hingga hilangnya kepercayaan pasien.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, perlu adanya skill komunikasi yang baik sehingga tercipta komunikasi efektif antara tenaga kesehatan dengan pasien. Komunikasi efektif antara tenaga kesehatan dan pasien sangat penting dalam meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan menghindari kesalahan diagnosis medis. Berikut adalah beberapa alasan mengapa komunikasi yang baik diperlukan antara tenaga kesehatan dan pasien:
Memahami Kondisi Medis Pasien
Komunikasi yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien memungkinkan tenaga kesehatan untuk memahami kondisi medis pasien secara lebih baik. Pasien dapat memberikan informasi yang relevan mengenai gejala atau keluhan kesehatan yang dirasakannya, riwayat kesehatan, dan obat-obatan yang sedang dikonsumsinya. Hal ini membantu tenaga kesehatan dalam melakukan diagnosis yang lebih akurat dan memberikan pengobatan yang tepat.
Meningkatkan Kepatuhan Pasien
Komunikasi yang baik dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Pasien yang merasa dipahami dan didengarkan oleh tenaga kesehatan cenderung lebih kooperatif dalam mengikuti instruksi pengobatan dan lebih mampu menjalankan pengobatan dengan benar dan teratur. Hal ini dapat meningkatkan efektivitas pengobatan dan mempercepat pemulihan pasien.
Menghindari Kesalahan Diagnosis
Komunikasi yang buruk antara tenaga kesehatan dan pasien dapat menyebabkan kesalahan diagnosis. Pasien yang tidak dapat menjelaskan gejala atau keluhan kesehatannya dengan jelas dan rinci, atau yang tidak memahami instruksi pengobatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, dapat mengakibatkan kesalahan diagnosis. Hal ini dapat menyebabkan pemberian pengobatan yang tidak tepat atau bahkan berbahaya bagi pasien.
Pada Selasa, 2 Mei 2023 kami menemui Dr. Niko Azhari Hidayat, Sp.BTKV(K) untuk melakukan wawancara mengenai pentingnya komunikasi yang efektif antara pasien dengan tenaga kesehatan.
Menurut Dr. Niko, komunikasi di layanan kesehatan itu adalah suatu hal yang relative tidak sederhana. Dalam suatu komunikasi itu membutuhkan satu pemahaman antara kedua belah pihak bahwa penyakit itu butuh proses untuk sembuh dan tenaga kesehatan itu bukan penentu layaknya Tuhan.
Kemudian di sisi kesehatan, tenaga kesehatan juga perlu pandai berkomunikasi sebagaimana dipelajari dalam ilmu kesehatan bahwa perlu untuk memperlakukan orang dan keluarga yang mengantar pasien itu sebagai orang yang sakit juga, dalam hal ini mereka butuh perlakuan yang baik sebab mereka sensitif. Jadi yang dibutuhkan komunikasi antara pasien dan tenaga kesehatan yaitu
Pertama, Komunikasi yang positif, bahwa setiap penyakit bisa disembuhkan dan ada obatnya, kemudian setiap obat niatnya mengobati.
Kedua, yang penting dalam komunikasi antara pasien dengan tenaga kesehatan adalah mengenai teknik bahwa menyampaikan mengenai penyakit itu secara sopan kepada pasien. Kemudian bila tidak ada kepositifan komunikasi antara pasien dengan tenaga kesehatan akan memunculkan dampak dari kenegatifan dan kesensitivitasan yang memecah di kedua belah dan mengakibatkan ketidakpuasan pasien.
Komunikasi yang efektif antara tenaga kesehatan dan pasien merupakan faktor penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan meminimalisir risiko misdiagnosa. Komunikasi yang efektif antara kedua belah pihak harus dilakukan secara terstruktur dan sistematis, termasuk mendengarkan dengan seksama, menerapkan pendekatan pasien-terpusat, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, menjelaskan dengan jelas, dan pasien yang jujur dalam menyampaikan informasi.
Pendekatan pasien-terpusat menjadi penting agar pasien dapat dipandang sebagai mitra aktif dalam pengambilan keputusan kesehatan dan bukan hanya sebagai objek yang dipandang secara pasif. ***