HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Kurikulum Sekolah Penggerak: Sebuah Inovasi dan Tantangan Pendidikan

Renzi Noviana Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, e-mail: renzinovi04@student....

Renzi Noviana Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, e-mail: renzinovi04@student.uns.ac.id


Lentera24.com
- Kurikulum merupakan salah satu hal yang menjadi penunjang pendidikan dimana kurikulum diartikan sebagai seperangkat pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh pemangku kebijakan untuk digunakan dalam periode tertentu. Kurikulum dijadikan komponen penting dalam keberjalanan proses pembelajaraan dimana digunakan untuk mengatur dan mengarahkan pembelajaran agar tujuan pendidikan dapat tercapai diberbagai daerah dan tidak melenceng dari tujuan yang telah direncanakan. Dalam hal ini, ranah dan tujuan kurikulum bersifat dinamis karena dapat menyesuaikan dengan perkembangan dan perubahan pola pikir manusia dalam memahami tuntutan perkembangan zaman di dunia pendidikan. Setiap perubahan yang terjadi pada kurikulum Pendidikan biasanya menuai berbagai perlawanan maupun pembelaan dari masyarakat khususnya bagi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Fenomena tersebut seringkali dapat terjadi dan terkadang menimbulkan kegelisahan, seperti pada saat peluncuran kurikulum sekolah penggerak.


Peluncuran kurikulum sekolah penggerak pada tanggal 21 Februari 2021 merupakan suatu bentuk program merdeka belajar yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim. Kurikulum ini, mulai dapat diberlakukan pada pembelajaran tahun ajaran 2021/2022 yang dilakukan pada 2.500 sekolah yang tersebar pada 34 provinsi di Indonesia. Menurut Setyawan dan Masduki (2021: 346), menjelaskan bahwa program sekolah penggerak merupakan program yang dijalankan untuk dapat menyediakan setiap sekolah dalam mewujudkan generasi yang unggul dalam pembelajaran dengan berkepribadian pelajar Pancasila. Melalui tujuan tersebut, dibutuhkan usaha penguatan dan peningkatan sumber daya manusia melalui program pelatihan dan pendampingan. Strategi terobosan ini dapat dijadikan sebagai langkah yang penuh dengan inovasi dan tantangan dimana dimaksudkan untuk dapat memajukan kualitas pendidikan di Indonesia. Untuk itu, melalui tulisan ini, saya ingin mencoba menjabarkan dan memberikan gagasan mengenai sebuah inovasi dan tantangan terkait dengan kurikulum sekolah penggerak yang berlaku dalam dunia pendidikan.

Kurikulum Sekolah Penggerak: sebuah inovasi dan tantangan dalam dunia Pendidikan

Pembahasan mengenai sekolah penggerak, diartikan sebagai program sekolah yang memiliki fokus pada peningkatan hasil dari pembelajaran peserta didik secara holistik dengan memanifestasikan pada profil pelajar Pancasila dan peningkatan sumber daya manusia yang unggul dan mumpuni, khususnya bagi kepala sekolah dan guru. Dalam hal ini, profil pelajar Pancasila dijabarkan melalui enam dimensi, meliputi pertama, Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia, kedua, Berkebinekaan Global, ketiga, Mandiri, keempat, Bergotong royong, kelima, Bernalar Kritis dan keenam, Kreatif. Dari adanya enam dimensi tersebut, maka haruslah dapat dianggap sebagai satu kesatuan dan saling berkesinambungan.

Dalam hal ini, sekolah penggerak dijadikan sebagai inovasi perancangan pembelajaran yang kreatif dimana disesuaikan dengan kebutuhan dan tahapan perkembangan peserta didik. Adapun terobosan dalam program sekolah penggerak, meliputi pertama, pendampingan konsultatif dan asimetris. Dalam usaha menyukseskan program sekolah penggerak tidak serta merta dibiarkan begitu saja. Namun, juga terdapat upaya kerja sama yang dilakukan oleh Kemendikbud dengan Pemerintah terkait pembinaan dalam memberikan pendampingan sekolah untuk dapat mempraktikkan sekolah penggerak. Kedua, Penguatan SDM Sekolah. 

Penjabaran mengenai penguatan SDM sekolah dapat dijelaskan bahwa program sekolah penggerak juga dilakukan dengan penguatan SDM dari komponen sekolah, meliputi kegiatan pelatihan dan pendampingan yang dilakukan secara intensif bersama dengan pelatih yang sebelumnya telah disediakan oleh Kemendikbud. Ketiga, pembelajaran dengan paradigma yang baru. 

Hal ini dijelaskan melalui sekolah penggerak, juga diterapkan orientasi penguatan kompetensi dan karakter dari peserta didik melalui pembelajaran yang dilakukan pada saat kelas berlangsung dan pembelajaran di luar kelas. Keempat, perencanaan berbasis data. Perencanaan tersebut dapat dijelaskan melalui alur laporan dari kondisi pendidikan yang berlangsung, kemudian dari laporan tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk refleksi dalam memulai program perbaikan yang seharusnya dilakukan, kemudian dari program tersebut dibutuhkanlah pendampingan. Kelima, digitalisasi sekolah. Dalam hal digitalisasi sekolah, dapat dijabarkan dengan penggunaan platform digital dalam pendidikan.

Sejalan dengan inovasi tersebut, juga terdapat tantangan yang perlu untuk dihadapi dalam penerapan kurikulum sekolah penggerak, salah satunya yang cukup mencolok yaitu mengenai hambatan guru pada saat kurikulum sekolah penggerak diberlakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Suci et al. (2021) menjelaskan bahwa terdapat hambatan yang dirasakan oleh guru sekolah saat menerapkan kurikulum sekolah penggerak dimana menyebutkan bahwa terdapat 80% guru memiliki hambatan, sedangkan 20% tidak memiliki hambatan. Fenomena tersebut menjadi hal yang wajar dialami oleh guru akibat dari adanya perubahan dan pengembangan kurikulum yang digunakan sebagai rujukan dalam pembelajaran, seperti pada penerapan kurikulum sekolah penggerak dimana terdapat penambahan materi yang berakibat pada belum optimalnya pemahaman guru mengenai suatu materi yang diajarkan. 

Padahal, apabila ditelusuri lebih jauh, kurikulum memiliki manfaat yang baik jika dapat diterapkan dengan baik juga pada saat proses atau praktik pembelajaran berlangsung. Untuk itu, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan dengan terus melakukan perbaikan dalam hal pengembangan kurikulum agar dapat dilakukan secara optimal dan tujuan pendidikan yang telah direncanakan sebelumnya dapat terlaksana dengan baik. Selain itu, peranan guru secara mandiri dalam memberikan solusi juga merupakan kunci keberhasilan penerapan kurikulum sekolah penggerak. Hal ini karena gurulah yang menjadi fasilitator dan mengarahkan praktik pembelajaran dalam menjembatani antara pembuat kurikulum dan peserta didik sebagai penerima.

Selain itu juga terdapat tantangan lain yang perlu diperhatikan melalui kategori meliputi, pertama, Ekosistem. Dalam kategori ekosistem, terdapat arahan dimana sekolah dituntut untuk melakukan kegiatan pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan, adanya menejemen sekolah yang memiliki kompeten dan dapat berkolaborasi secara aktif, selain itu juga terdapat kesinambungan antara pendidikan yang dijalankan di sekolah dengan yang ada di keluarga. Kedua, Pedagogi. 

Maksud dari pedagogi yaitu mengenai bagaimana pengajaran didasarkan pada level kemampuan peserta didik dan dapat dilakukan dengan berorientasi pada peserta didik dengan pendekatan yang disesuaikan sebelumnya, seperti contoh dengan pendekatan bermain, kontekstual, dan lainnya. Selain itu juga pengajaran dapat dilakukan dengan melakukan pemanfaatan teknologi sejalan dengan perkembangan digital seperti saat ini. Ketiga, kurikulum. 

Dalam hal ini, kurikulum sekolah penggerak memiliki sifat fleksibel dengam didasarkan pada kompetensi yang berfokus pada pengembangan kemampuan dan karakter. Ke empat, sistem penilaian yaitu formatif. Penilaian formatif merupakan penilaian yang dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

Kurikulum teruslah mengalami perubahan seiring dengan perubahan dan perkembangan dalam dunia pendidikan, tidak terkecuali pada kurikulum sekolah penggerak yang digencarkan untuk digunakan pada pembelajaran saat ini. Kurikulum sekolah penggerak memiliki bentuk inovasi dan tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan dimana diperlukan penguatan kembali sebagai langkah perbaikan sehingga menuju pada optimalisasi pembelajaran. ***