Foto : Ilustrasi Virus corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasa...
| Foto : Ilustrasi |
Virus corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit akibat infeksi virus ini disebut COVID-19. COVID-19 pertama kali dilaporkan pada akhir tahun 2019 di kota Wuhan, China. Dalam kebanyakan kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan seperti flu, demam, batuk-batuk hingga kehilangan rasa dan bau. Namun, virus juga dapat menyebabkan infeksi pernapasan yang serius, seperti infeksi paru-paru (pneumonia). Virus menular ini sudah menyebar secara global termasuk Indonesia.
Ada klaim bahwa virus corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa virus corona juga bisa menular dari manusia ke manusia. Beberapa cara yang dapat menularkan COVID-19 yaitu : Pertama, tidak sengaja menghirup droplet atau percikan air yang keluar dari saluran pernapasan ketika seseorang batuk maupun bersin dari penderita COVID-19; Kedua, Melalui kontak fisik seperti berjabat tangan dengan penderita COVID-19, karena kita tidak pernah tau ada berapa banyak kuman atau virus yang menempel di tangan kita; Ketiga, Menyentuh benda yang mungkin telah terkontaminasi oleh droplet dari manusia terinfeksi.
Tak terasa pandemi COVID-19 hampir genap 2 tahun mewabah di Indonesia. Namun, saat ini belum ada tanda-tanda pandemi akan berakhir. Kasubbid Tracking Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19, dr. Koesmadi Priharto, Sp.OT., M. Kes, mengatakan tidak ada seorangpun yang bisa memprediksi kapan pandemi ini akan berakhir. Bahkan cara untuk menghapus virus pun saat ini belum diketahui. Sebaliknya, datang berita terkini menyatakan bahwa ada varian baru yang disebut omicron sedang merajalela. Dalam konferensi pers pada kamis (16/12), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengkonfirmasi satu kasus COVID-19 pertama varian omicron di RS Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Seorang petugas kebersihan dengan inisial ‘N’ diduga menjadi pasien pertama yang dikonfirmasi dengan varian Omicron pada hari Rabu, 15 Desember.
Setelah COVID-19 varian Delta dan Delta Plus, kali ini muncul kembali COVID-19 varian baru yaitu omicron. Varian ini dikhawatirkan akan membawa gelombang ketiga pandemi COVID-19 yang akan berdampak buruk. Dr. Angelique Coetzee mengatakan, sebagian besar dari pasien COVID-19 varian omicron memiliki gejala yang lebih ringan dibandingkan dengan gejala COVID-19 pada umumnya. Tidak ada yang menderita gangguan penciuman dan perasa (anosmia). Serta tidak ada yang memiliki kadar oksigen rendah atau sesak napas. Meski gejala dari varian omicron pada umumnya ringan, namun penularan varian ini terdeteksi jauh lebih cepat sehingga penyebarannya berpontensi sangat tinggi.
Penularan varian omicron atau B.1.1.529 diyakini bisa 5 kali lebih cepat dari varian asli virus corona SARS-CoV-2 yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, China pada Desember 2019 lalu. Serta, 4 kali lebih mudah menular daripada varian Delta. Terkait temuan ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menghimbau masyarakat untuk tidak panik dan tetap tenang. Yang paling penting adalah mendapatkan vaksinasi COVID-19 terutama pada kelompok rentan dan lansia serta tidak lupa tetap menerapkan protokol kesehatan.
Mengurangi jumlah orang yang terinfeksi virus corona bisa dicegah dengan berbagai upaya. Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan dan kesehatan fisik perlu ditingkatkan. Beberapa upaya yang bisa dan mudah dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-19 yaitu: sering-sering mencuci tangan, menghindari menyentuh area wajah, memakai masker, menghindari kontak fisik dengan orang lain seperti berjabat tangan dan berpelukan, tidak berbagi barang-barang pribadi, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
Karena saat ini cara paling efektif untuk mengurangi rantai penyebaran virus COVID-19 adalah tetap mematuhi protokol kesehatan. Kalau sudah patuh jangan lupa untuk mengingatkan orang lain yang lalai akan protokol kesehatan. Jika kita sebagai masyarakat selalu mematuhi protokol kesehatan dan mengubah perilaku kita dengan menerapkan prosedur kesehatan secara serius, konsisten dan disiplin, maka negara bahkan dunia ini perlahan-lahan akan membaik. Karena untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus positif COVID-19 bukan hal yang mudah yang bisa dilakukan sendiri, kerjasama dari seluruh masyarakat untuk patuh dan taat akan protokol kesehatan tentunya sangat dibutuhkan.(*)
Pengirim : Anastasya Canaria, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang, email : anastasyacanaria14@gmail.com