Foto : Ilustrasi/tempo.co suara-tamiang.com , ACEH TAMIANG -- Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Aceh Tamiang Hendra Vramenia me...
![]() |
Foto : Ilustrasi/tempo.co |
"KTNA menduga adanya permainan oknum Distanak dalam bentuk pengarahan pembelian benih pada penangkar yang ditunjuk, dan belanja barang dilakukan pihak dinas serta adanya pengutipan uang pada item belanja kegiatan dimaksud," kata Hendra Vramenia kepada MedanBisnis, Sabtu (30/4).
Hendra mengatakan, berdasarkan informasi yang diperolehnya, pembelian benih kedelai di tingkat penangkar, salah satunya penangkar di Kecamatan Bandar Pusaka, dengan harga benih kedelai untuk petani berkisar Rp 11.000/kg.
Sedangkan harga kedelai per kilogram pada Rencana Usaha Kelompok (RUK) sebesar Rp 14.500/kg, ada disparitas harga sebesar Rp 3.500 tiap kg.
Menurut Hendra, dari 6.000 hektare, untuk luas tanam 1.056 hektare dilaksanakan pada awal tahun 2016, ada kesepakatan dinas dengan kelompok tani. Namun dari 1.056 hektare jitu dilakukan penarikan uang untuk luas lahan tanam 946 hektare.
Dari luas tanam 946 hektare terdapat disparitas harga sebesar Rp 3.500 dengan jumlah total Rp 165 juta yang merupakan keuntungan dari selisih harga belanja.
"Jika uang kelebihan sebesar Rp 165 juta tidak dikembalikan kepada kelompok tani penerima manfaat, KTNA meminta penegak hukum untuk segera memproses kasus ini.
Sebab sesuai dengan aturan yang diberlakukan, jika ada kelebihan uang dari pembelian benih dikembalikan kepada kelompok tani penerima manfaat," ujar Hendra.
Kabid Produksi dan Perlindungan Tanaman pada Distanak Aceh Tamiang Mustafa mengaku belum memperoleh data pasti dari kegiatan tanam kedelai anggaran tahun 2015, terutama dari luas tanam 946 hektare yang direncanakan penanaman dilakukan awal tahun 2016. Namun, sebahagian dari kegiatan tersebut sudah dilakukan.
"Informasi realisasi tanam kedelai hingga saat ini belum dilaporkan oleh mantri tani yang ada di wilayah tugas khususnya yang mendapatkan program dimaksud," ujar Mustafa.
Menurut Mustafa, belum teralisasinya penanaman kedelai dikarenakan faktor bencana kekeringan yang melanda Aceh Tamiang dalam beberap waktu ini.
"Bagaimana mau ditanam, kalau hujan tidak ada, tanaman kedelai butuh air untuk hidup," katanya.
Sementara Kepala Distanak Aceh Tamiang Yusbar ketika hendak ditemui tidak berada di kantor.
"Kadis tidak ada di kantor, sepertinya keluar meninjau lapangan," ujar salah seorang pegawai. (indra/medanbisnis)