Foto : Ilustrasi/hariansip. co suara-tamiang.com, ACEH TAMIANG -- Perangkat Desa Tanjung Neraca, Kemukiman Raja Tuha, Kecamatan Manya...
![]() |
Foto : Ilustrasi/hariansip. co |
Sejauh ini, kendati sudah mendekati akhir kontrak, pembangunan parit beton sepanjang lebih kurang tiga kilometer itu belum ada tanda-tanda rampung dikerjakan. Bahkan, terancam tidak selesai tepat waktu.
“Kita berharap rekanan bisa menyelesaikannya tepat waktu sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat banyak, khususnya petani yang ketika datang hujan sawahnya selalu terendam banjir karena tidak tersedianya parit pembuangan,” kata Datuk Penghulu (kepala desa) Tanjung Neraca, Jamalul Insan, didampingi Ketua Masyarakat Duduk Setikar Kampung (MDSK), M Yusuf, Jumat (6/11).
Fakta di lapangan, hingga saat ini sekitar puluhan meter dari volume pekerjaan sedang dikerjakan, namun belum dicor sama sekali.
Di sisi lain, banyak dinding parit beton belum diplaster mulus. Akibatnya, material batu kali yang digunakan masih kelihatan di permukaan. Tak ayal, masyarakat berasumsi proyek berbiaya miliaran rupiah ini terkesan dikerjakan asal jadi.
Menurut Jamalul, parit beton dibangun di kanan kiri jalan utama dari Desa Gelanggang Merak sampai Tanjung Neraca sepanjang tiga km dengan biaya ditaksir mencapai Rp1 miliar lebih dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Pembangunannya dimulai Juni 2015.
“Seingat saya November ini mati kontraknya.Sebelum bulan puasa mereka sudah bekerja. Pekerjanya mayoritas dari masyarakat desa ini yang diberdayakan.
Di sini yang ada hanya pengawas lapangan, sedangkan rekanan pelaksana tinggal di Banda Aceh dan jarang ke lokasi.
Pagu anggaran kami tidak tahu persisnya berapa, sebab plang proyeknya tidak dipasang,” terangnya.
Bila dilihat dari realisasi pekerjaan fisik memang sudah mencapai 80 persen lebih. Namun masih terjadi kekurangan di sana-sini.
Salah satunya ada bagian dinding yang nyaris ambruk akibat proyek pengerasan badan jalan. Sejumlah titik dinding parit beton terpantau retak dan menyempit akibat tekanan alat berat.
Diceritakannya, pada saat itu alat berat hanya meratakan tanah timbun urukan pilihan (urpil) yang masih menumpuk di badan jalan. Jika tidak dipinggirkan, saat turun hujan warga tidak bisa melintasi jalan tersebut.
“Jadi terkait retaknya parit beton itu tidak ada unsur kesengajaan. Kita menduga tanah di area itu sangat labil, membuat fisik parit beton bergeser dan retak,” tambahnya.
Lebih lanjut diakuinya, proses pekerjaan parit beton terbilang lamban. Namun tidak semuanya salah rekanan. Sebab, pelaksanaannya bertepatan dengan antara lain Idulfitri dan Iduladha sehingga pekerjaan harus diliburkan.
“Terlebih, rekanan mengaku kesulitan mencari material batu kali di Aceh Tamiang, sehingga pekerjaan terhambat,” bebernya.
Proyek Silumam
Ketua MDSK Tanjung Neraca, M Yusuf menambahkan, banyak proyek siluman di desa ini, seperti pembangunan parit beton dan pengaspalan jalan utama.
Keduanya menggunakan dana APBN. Sejak pertama kali dikerjakan, kontraktor tidak ada memasang plang proyek.
Padahal, dari papan proyek itulah masyarakat tahu kapan masa berakhir pekerjaan dan jumlah anggaran.
“Seperti proyek siluman saja, tidak ada plang artinya tidak transparan. Padahal masyarakat hanya ingin tahu kapan batas waktu selesai dikerjakan,” sebutnya.
Menurutnya, saat ini pekerja sedang mengerjakan pengecoran fondasi di lokasi ujung yang panjangnya mencapai seratus meter.
Pihaknya juga tidak tahu kapan saluran air ini dapat difungsikan. Sebab, belum lagi sempat difungsikan, parit sudah ada yang retak dan terancam patah.
Kabid Cipta Karya Dinas PU Aceh Tamiang, Edy Syahputra, gagal dimintai keterangannya karena ponselnya tidak aktif.
Namun berdasarkan informasi yang dihimpun Analisa, Minggu (8/11) menyebutkan, Dinas PU Aceh Tamiang tidak dilibatkan baik dalam pengawasan maupun koordinasi pembangunan proyek saluran pembuangan tersebut. (dhs/Andalas)