Foto:-Medanbisnis ACEH TAMIANG | STC - Proyek pembuatan areal percontohan wanamena sistem (empang parit) yang direncanakan seluas 10 h...
![]() |
Foto:-Medanbisnis |
Sebab proyek tersebut dianggap merusak tanaman mangrove hasil roboisasi tahun 2010-2011 yang sudah tumbuh baik. Yang jadi pertanyaan, masih banyak lahan mangrove yang kritis di kawasan tersebut, namun tidak menjadi pilihan.
Justru lahan mangrove dari hasil program penghijauan dibabat untuk dijadikan empang parit. Pantauwan di lapangan, Rabu (4/9), proyek tersebut sudah dikerjakan menggunakan alat berat excavator dengan lebar empang plus tanggul jalan sekira 12 meter dan panjang 2 kilometer.
dampak pekerjaan tersebut harus mengorbankan ratusan bahkan ribuan batang mangrove yang sudah tumbuh subur dengan ketinggian rata-rata tiga meter.Salah seorang warga, M Yani mengatakan, pekerjaan proyek yang bersumber anggaran dari dana alokasi khusus (DAK) sebanyak Rp 115,024 miliar lebih tersebut kesannya salah tempat.
"Diduga proyek tersebut untuk tempat pembudidayaan kepiting yang akan dinikmati secara pribadi,” ujarnya.Dia yakin, jika nanti tempat itu sudah diisi kepiting, warga yang berprofesi sebagai nelayan dilarang masuk.
Jelas ini akan mengurangi pendapatan nelayan.“Padahal selama ini penghasilan kaum nelayan Lubuk Damar bergantung dengan memasang bubu (perangkap) di kawasan mangrove tersebut,” ucapnya.
Direktur Eksekutif LembAHtari, Sayed Zainal MSH, turut prihatin degan proyek di kawasan yang sebenarnya dilindungi tersebut.
“Itu merupakan hutan bakau yang merupakan kawasan lindung di Lubuk Damar,” katanya.Hasil monitoring mereka, kawasan hutan bakau itu telah direboisasi pada tahun anggaran 2011 dan 2012.
Kawasan itu merupakan tanah negara, ditanami mangrove (bakau) yang telah berumur dua tahun.Dan proyek dalam kawasan hutan lindung itu tanpa dokumen lingkungan.
Dalam hal ini LembAHtari meminta Bupati Aceh Tamiang segera menyetop proyek tersebut, dan Kejari Kualasimpang diminta mengusut pihak-pihak yang terlibat dalam proyek.Kadishutbun Aceh Tamiang, Sahri SP melalui kepala bidangnya, Edo, ketika dihubungi wartawan membenarkan proyek tersebut untuk budidaya kepiting.
“Proyek itu ke depan akan menjadi salah satu ikon wisata bagi warga setempat. Dan sudah berkoordinasi dengan datok penghulu setempat,” katanya.Namun ditanya soal anggaran dan luas lahan yang akan digarap, Edo menyatakan tidak tahu. ( Medanbisnis )