Foto : Syawaluddin/STC SYAWALUDDIN | STC KARANG BARU - Puluhan warga di Kawasan Palmerah Kebun Tengah Aceh Tamiang (Atam) melakukan...
![]() |
Foto : Syawaluddin/STC |
KARANG BARU - Puluhan warga di Kawasan Palmerah Kebun Tengah Aceh Tamiang (Atam) melakukan penghentian paksa satu unit alat berat jenis Escavator (beckho) milik PT. Uniba Insan, vendor Pertambangan Minyak Nasional (Pertamina), Kamis (22/8) pagi tadi.
Escavator dimaksud akan mengerjakan proyek penggalian untuk menimbun pipa minyak milik PT Pertamina yang membentang sepanjang ribuan meter yang meliputi kawasan pemukiman warga di daerah itu.
Herianto Nasution, koordinator pemuda setempat mengungkapkan, "jika penggalian ini terus dilakukan oleh pihak kontraktor warga secara bersama akan menyetop pekerjaan tersebut sebelum ada solusi ganti rugi dari perusahaan." Ujarnya.
Sebab sambungnya, sebelumnya tidak ada sosialisasi pendataan kepada perangkat Desa maupun warga untuk proyek penimbunan pipa.
Menurut Herianto, "Meski pihak pertamina sudah pernah memancang jalur pipa untuk digali, namun tidak ada memberikan peringatan ataupun sosialisasi kepada warga yang sudah bermukim puluhan tahun bahkan bercocok tanam di kawasan pipa tanah milik pertamina yang berbatasan dengan tanah PJKA tersebut,"katanya lagi.
Masih Herianto, alat berat beckho sudah diturunkan sebanyak lima unit oleh pihak kontraktor untuk mengerjakan proyek tersebut disejumlah titik.
Sementara kedatangan satu unit alat berat di titik kawasan simpang Palmerah sekitar pukul 23.00 Wib Kamis malam membuat keresahan warga.
Dua Kepala Dusun (Kadus) Kamboja dan Mawar, Desa Kebun Tengah, Ruslan alias Tatan dan Suhardi, dilokasi kejadian menyebutkan, pihak pertamina terkesan sangat terburu-buru mengambil tindakan penggalian dikawasan pipa, tanpa memikirkan nasib ratusan warga yang tinggal di area jalur pipa pertamina. Sudah sekian puluhan tahun.
"Jika ada solusi terbaik dari perusahan PT. Pertamina warga bersedia di relokasi atau pun diganti rugi, sesuai dengan apa yang dimiliki." Ujarnya.
Kedua Kadus tersebut berharap, pihak pertamina mau bermusyawarah duduk bersama warga yang bakal terkena dampak dari penggusuran untuk menyelesaikan persoalan dimaksud.
Sementara, dari pihak kontraktor, Antoni Pribadi, sebagai Manager Engenering PT. Uniba Insan usai berdialok dengan warga kepada Medan Bisnis mengatakan, sesuai surat perintah kerja dari Pertamina, maka pihak kontraktor akan mengerjakan proyek penggalian di area pipa.
Sementara untuk proses sosialisasi sudah dilakukan jauh hari pastinya akhir Maret 2013, dan ganti rugi terhadap masyarakat yang terkena dampaknya itu merupakan tanggung jawab Pertamina, bukan pihak kontraktor.
"Pihak kami melakukan pekerjaan sudah sesuai prosedur yang ada bahkan selain Pertamina persetujuan dari sejumlah pihak yakni Perusahaan Jalan Kereta Api (PJKA) PT. Mapoli Raya yang bersebelahan dengan objek kerja sudah ada."Ujarnya.
Saat ini kata Antoni, pihaknya sudah melakukan galian di daerah Sungailiput dan tidak ada masalah.
Menurutnya penggalian akan dilakukan dengan kedalaman 1 meter dan lebar 1 meter dari keberadaan pipa.
Sementara panjangnya meliputi Kecamatan Rantau Aceh Tamiang sampai Kecamatan Pangkalan Susu, Langkat.
Disebutkan, PT. Uniba Insan asal Aceh Utara/Lhokseumawe itu sudah menurunkan tiga alat berat becko untuk pengerjaan proyek yakni di Desa Kampung Jawa, Kebun Tengak (Palmerah) dan Sungailiput.
Lebih lanjut Antoni menambahkan, pihaknya dalam tiga hari kedepan akan memberi waktu kepada warga yang protes. Kontraktor atas nama PT. Uniba Insan akan menunggu surat peryataan keberatan yang akan ditandatangani oleh seluruh warga di lokasi tersebut. Untuk diklaim pihaknya dan akan di ajukan ke PT. Pertamina." Ungkapnya.
Direktur Eksekutif LembAHtari Sayed Zainal, MSH menanggapi, "PT Pertamina dalam hal ini jangan sampai menjadi perusahaan pemberangus hak yang sudah menjadi milik masyarakat. Kepada pihak Pendor (perusahaan pemenang lelang) agar tidak seenaknya merampas hak-hak warga. "Jika warga sudah puluhan tahun tinggal diatas tanah itu, warga berhak mendapatkan ganti rugi atas bangunan dan tumbuhan yang sudah dihasilkan." Tegas Sayed. (***)