Ini hari-hari penghabisan kemarau manusia Ini hari-hari hijrah mega mega Manusia-manusiaku tlah nantikan Manusia-manusiaku lelah berji...
Ini hari-hari penghabisan kemarau manusia
Ini hari-hari hijrah mega mega
Manusia-manusiaku tlah nantikan
Manusia-manusiaku lelah berjilat-berlelehan
Malam-malam tlah dipeluki embun hangat
Malam-malam hampir habis bulan terlihat
Sudah terlalu lama kami menanti peraduan
Untuk meminum air hujan
Dan kami juga jiwa
Kelaparan sepanjang tahun dicekik dosa
Dan kami juga raga
Terpanggang jadi belulang tanpa harga
Tudungilah, hujan!
Tudungilah kami yang kesakitan!
Kami rakus sebelas bulan!
Kami sesap darah bumi hingga penghabisan!
Kami ingin bakar busuk bau darah!
Kami ingin bakar amis bau nanah!
Tudungilah kami, hujan! tudungilah kami!
Guyurkan air pada dosa dosa kami tanpa tepi!
Basuh!
Basuh kami hingga kembali menjadi manusia utuh!
Juli 2012, Panji Sadewo
Penulis adalah santri di PP Roudlatut Tholabah Genteng, Banyuwangi.
Ini hari-hari hijrah mega mega
Manusia-manusiaku tlah nantikan
Manusia-manusiaku lelah berjilat-berlelehan
Malam-malam tlah dipeluki embun hangat
Malam-malam hampir habis bulan terlihat
Sudah terlalu lama kami menanti peraduan
Untuk meminum air hujan
Dan kami juga jiwa
Kelaparan sepanjang tahun dicekik dosa
Dan kami juga raga
Terpanggang jadi belulang tanpa harga
Tudungilah, hujan!
Tudungilah kami yang kesakitan!
Kami rakus sebelas bulan!
Kami sesap darah bumi hingga penghabisan!
Kami ingin bakar busuk bau darah!
Kami ingin bakar amis bau nanah!
Tudungilah kami, hujan! tudungilah kami!
Guyurkan air pada dosa dosa kami tanpa tepi!
Basuh!
Basuh kami hingga kembali menjadi manusia utuh!
Juli 2012, Panji Sadewo
Penulis adalah santri di PP Roudlatut Tholabah Genteng, Banyuwangi.