Sedikitnya 400-an massa yang tergabung dalam Forum Bersama Umat Islam (Forbumi) Kota Subulussalam, Sabtu (14/7), melakukan aksi damai de...
Sedikitnya 400-an massa yang tergabung dalam Forum Bersama Umat Islam
(Forbumi) Kota Subulussalam, Sabtu (14/7), melakukan aksi damai dengan
mendatangi sejumlah tempat yang ditengarai sebagai lokasi maksiat. Di
lokasi-lokasi tersebut massa yang terdiri dari kumpulan 30-an organisasi
ummat Islam, Pondok Pesantren, Dai Perbatasan, Tokoh Agama Islam dan
Tokoh Masyarakat Peduli Islam, memasang spanduk agar tak melakukan
tindakan maksiat.
Ketua Forbumi Kota Subulussalam, dr H Syahyuril kepada Serambi mengatakan, aksi turun ke jalan terpaksa mereka lakukan karena kondisi kemaksiatan di Kota Subulussalam belakangan ini semakin tak terkendali. Padahal, kata Syahyuril, Kota Subulussalam juga memberlakukan syari’at Islam. “Tapi nyatanya di lapangan lokasi kemaksiatan seperti prostitusi, minuman keras dan judi justru menjamur,” kata Syahyuril.
Berdasarkan data Forbumi, sedikitnya ada 35 titik lokasi yang disinyalir menjadi tempat maksiat di seluruh Kota Subulussalam. Dari jumlah itu, lokasi terbanyak berada di Kecamatan Simpang Kiri dan Penanggalan berjumlah 12 titik. “Dan dari 12 titik ini paling banyak lokasi prostitusi kemudian perjudian dan minuman keras,” timpal Hj Anisah Sambo, Ketua KPAB Kota Subulussalam dan dibenarkan Nurul Akmal, tokoh perempuan Subulussalam.
Syahyuril yang juga ketua ICMI Orda Subulussalam menambahkan, Forbumi akan kembali melakukan aksi yang lebih besar jika tidak ada perubahan yang berarti. “Ini kami lakukan lantaran upaya dari pemerintah selama ini belum maksimal. Padahal masyarakat sudah sangat resah,” pungkas Syahyuril diamini Ustaz Abdurrazak Naufal.
Pantauan Serambi, massa berkumpul sejak pukul 08.30 WIB di Lapangan Beringin Subulussalam. Massa dengan menggunakan 35 mini bus maupun mobil bak terbuka yang dikawal dengan mobil patroli kepolisian ini bergerak sekitar pukul 09.00 WIB menuju Desa Lae Ikan, Kecamatan Penanggalan yang merupakan daerah perbatasan dengan Kabupaten Pakpak Bharat Sumatera Utara. Lokasi itu ditengarai terdapat lokasi kemaksiatan seperti prostitusi, miras dan judi.
Kemudian rombongan menuju ke Subulussalam namun berhenti di Desa Kuta Tengah tepatnya sekitar kantor Makodim persiapan Subulussalam di mana terdapat sebuah kolam pancing dan disebut-sebut salah satu lokasi maksiat. Selanjutnya massa bertolak dan mampir sebentar di sebuah warung samping bangunan kantor desa yang tak jauh dari lokasi kolam pancing.
Usai berorasi di sana, massa kembali berjalan dan berhenti di depan Hotel Grand Mitra Subulussalam yang kini berubah menjadi Hermes Pleace. Di sana, massa kembali berorasi mengingatkan agar tidak ada praktek maksiat seperti PSK, minuman keras serta perjudian.
Lalu massa melanjutkan konvoi ke arah Lae Mbersih hingga Penuntungan Kecamatan Penanggalan dan mengelilingi seputaran Subulussalam lalu kembali ke Lapangan Beringin Subulussalam.
Selanjutnya, usai shalat zhuhur, massa kembali bergerak ke Sultan Daulat, Runding dan Longkib. Di sepanjang jalan, massa memasang spanduk dan baliho berisikan imbauan dan peringatan terhadap di daerah yang ditengarai sebagai lokasi maksiat. | Serambinews, Foto : Khalidin/Serambi
Ketua Forbumi Kota Subulussalam, dr H Syahyuril kepada Serambi mengatakan, aksi turun ke jalan terpaksa mereka lakukan karena kondisi kemaksiatan di Kota Subulussalam belakangan ini semakin tak terkendali. Padahal, kata Syahyuril, Kota Subulussalam juga memberlakukan syari’at Islam. “Tapi nyatanya di lapangan lokasi kemaksiatan seperti prostitusi, minuman keras dan judi justru menjamur,” kata Syahyuril.
Berdasarkan data Forbumi, sedikitnya ada 35 titik lokasi yang disinyalir menjadi tempat maksiat di seluruh Kota Subulussalam. Dari jumlah itu, lokasi terbanyak berada di Kecamatan Simpang Kiri dan Penanggalan berjumlah 12 titik. “Dan dari 12 titik ini paling banyak lokasi prostitusi kemudian perjudian dan minuman keras,” timpal Hj Anisah Sambo, Ketua KPAB Kota Subulussalam dan dibenarkan Nurul Akmal, tokoh perempuan Subulussalam.
Syahyuril yang juga ketua ICMI Orda Subulussalam menambahkan, Forbumi akan kembali melakukan aksi yang lebih besar jika tidak ada perubahan yang berarti. “Ini kami lakukan lantaran upaya dari pemerintah selama ini belum maksimal. Padahal masyarakat sudah sangat resah,” pungkas Syahyuril diamini Ustaz Abdurrazak Naufal.
Pantauan Serambi, massa berkumpul sejak pukul 08.30 WIB di Lapangan Beringin Subulussalam. Massa dengan menggunakan 35 mini bus maupun mobil bak terbuka yang dikawal dengan mobil patroli kepolisian ini bergerak sekitar pukul 09.00 WIB menuju Desa Lae Ikan, Kecamatan Penanggalan yang merupakan daerah perbatasan dengan Kabupaten Pakpak Bharat Sumatera Utara. Lokasi itu ditengarai terdapat lokasi kemaksiatan seperti prostitusi, miras dan judi.
Kemudian rombongan menuju ke Subulussalam namun berhenti di Desa Kuta Tengah tepatnya sekitar kantor Makodim persiapan Subulussalam di mana terdapat sebuah kolam pancing dan disebut-sebut salah satu lokasi maksiat. Selanjutnya massa bertolak dan mampir sebentar di sebuah warung samping bangunan kantor desa yang tak jauh dari lokasi kolam pancing.
Usai berorasi di sana, massa kembali berjalan dan berhenti di depan Hotel Grand Mitra Subulussalam yang kini berubah menjadi Hermes Pleace. Di sana, massa kembali berorasi mengingatkan agar tidak ada praktek maksiat seperti PSK, minuman keras serta perjudian.
Lalu massa melanjutkan konvoi ke arah Lae Mbersih hingga Penuntungan Kecamatan Penanggalan dan mengelilingi seputaran Subulussalam lalu kembali ke Lapangan Beringin Subulussalam.
Selanjutnya, usai shalat zhuhur, massa kembali bergerak ke Sultan Daulat, Runding dan Longkib. Di sepanjang jalan, massa memasang spanduk dan baliho berisikan imbauan dan peringatan terhadap di daerah yang ditengarai sebagai lokasi maksiat. | Serambinews, Foto : Khalidin/Serambi