Wakil Kepala SMAN Kejuruan Muda, Drs Razali Harun mengatakan, kualitas guru yang lulus sertifikasi di Tamiang masih rendah. Karena itu, P...
Wakil Kepala SMAN Kejuruan Muda, Drs Razali Harun mengatakan, kualitas
guru yang lulus sertifikasi di Tamiang masih rendah. Karena itu, Pemkab
Aceh Tamiang harus berupa melatih guru-guru tersebut agar sertifikat
yang dimiliki guru-guru itu bisa dipertanggungjawab.
Kepada Serambi Senin (14/5) Wakil Kepala SMA Negeri Kejuruan Muda itu mengatakan, fakta di lapangan guru sertifikasi masih lemah dalam penguasaan media pembelajaran. Teknik pembelajaran kurang mereka kuasai. Salah satu faktornya, guru tidak dilatih oleh lembaga peningkatan mutu guru setelah memperoleh predikat guru sertifikasi.
Yang ada peningkatan mutu guru hanya untuk jurusan Bahasa Ingris, sedangkan untuk bidang mata pelajaran yang lain belum ada. “Setelah mendapat guru sertifikasi ya sudah, tidak ada tindak lanjutnya untuk melatih dan meningkatkan mutu guru tersebut,” ujar Razali.
Untuk peningkatan kualitas murid dan lulusan, yang diharapkan pemerintah dengan meningkatkan mutu guru harus berkerjasama dengan lembaga pendidikan bermutu, baik dengan perguruan tinggi negeri seperti Unsyiah maupun lembaga pendidikan lainnya yang berkualitas. “Kalau ada kerjasma dengan pendidikan, mereka punya metode tersendiri dalam pengayaan materi mata pelajar yang diajarkan kepada pelajar,” ujarnya.
“Kita perkirakan hanya sekitar 15 persen lulusan Tamiang diterima di perguruan tinggi negeri,”sebutnya.
Kadis Pendidikan Aceh Tamiang, Izwardi mengatakan, pihaknya terus melakukan upaya peningkatan kompetensi guru, kepala sekolah (Kasek) dan dan pengawas. Katanya, ini dilakukan secara terus menerus dan saat ini dapat pendampingan melalui program bermutu yang didanai oleh APBN, Pemerintah Belanda dan Bank Dunia melalui Block Grant kepada kelompok kerja guru, kasek dan pengawas sudah di mulai sejak 2009-2013 khusus untuk SD dan SMP.
Kalau untuk SMA dilaksanakan melalui block grant dari LPMP dan hibah Pemda Aceh Tamiang tahun 2011. “Jadi tidak benar jika upaya peningkatan guru tidak dilaksanakan,”ujar Kadisdik Aceh Tamiang itu. Mengenai data masuk perguruan tinggi memang tidak ada pada Dinas Pendidikan Aceh Tamiang. “Tapi saya tidak yakin dengan hasil hanya 15 persen pelajar Tamiang yang lulus perguruan tinggi, namun jika disebabkan oleh tidak ada keinginan melanjutkan pendidikan lebih lanjut itu diluar dari kemampuan dinas,”ujarnya lagi.
Kepada Serambi Senin (14/5) Wakil Kepala SMA Negeri Kejuruan Muda itu mengatakan, fakta di lapangan guru sertifikasi masih lemah dalam penguasaan media pembelajaran. Teknik pembelajaran kurang mereka kuasai. Salah satu faktornya, guru tidak dilatih oleh lembaga peningkatan mutu guru setelah memperoleh predikat guru sertifikasi.
Yang ada peningkatan mutu guru hanya untuk jurusan Bahasa Ingris, sedangkan untuk bidang mata pelajaran yang lain belum ada. “Setelah mendapat guru sertifikasi ya sudah, tidak ada tindak lanjutnya untuk melatih dan meningkatkan mutu guru tersebut,” ujar Razali.
Untuk peningkatan kualitas murid dan lulusan, yang diharapkan pemerintah dengan meningkatkan mutu guru harus berkerjasama dengan lembaga pendidikan bermutu, baik dengan perguruan tinggi negeri seperti Unsyiah maupun lembaga pendidikan lainnya yang berkualitas. “Kalau ada kerjasma dengan pendidikan, mereka punya metode tersendiri dalam pengayaan materi mata pelajar yang diajarkan kepada pelajar,” ujarnya.
“Kita perkirakan hanya sekitar 15 persen lulusan Tamiang diterima di perguruan tinggi negeri,”sebutnya.
Kadis Pendidikan Aceh Tamiang, Izwardi mengatakan, pihaknya terus melakukan upaya peningkatan kompetensi guru, kepala sekolah (Kasek) dan dan pengawas. Katanya, ini dilakukan secara terus menerus dan saat ini dapat pendampingan melalui program bermutu yang didanai oleh APBN, Pemerintah Belanda dan Bank Dunia melalui Block Grant kepada kelompok kerja guru, kasek dan pengawas sudah di mulai sejak 2009-2013 khusus untuk SD dan SMP.
Kalau untuk SMA dilaksanakan melalui block grant dari LPMP dan hibah Pemda Aceh Tamiang tahun 2011. “Jadi tidak benar jika upaya peningkatan guru tidak dilaksanakan,”ujar Kadisdik Aceh Tamiang itu. Mengenai data masuk perguruan tinggi memang tidak ada pada Dinas Pendidikan Aceh Tamiang. “Tapi saya tidak yakin dengan hasil hanya 15 persen pelajar Tamiang yang lulus perguruan tinggi, namun jika disebabkan oleh tidak ada keinginan melanjutkan pendidikan lebih lanjut itu diluar dari kemampuan dinas,”ujarnya lagi.
Editor : Yeddi
Sumber : aceh.tribunews.com