Ombak setinggi 3 meter disertai angin kencang menyelimuti perairan pantai timur Aceh seperti Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur dan Kota ...
Ombak setinggi 3 meter disertai angin kencang
menyelimuti perairan pantai timur Aceh seperti Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh
Timur dan Kota Langsa serta Aceh Tamiang. Cuaca buruk itu sudah terjadi sejak
awal pekan lalu.
Bahkan menurut informasi yang diperoleh wartawan menyebutkan, hingga hari ini kondisi cuaca yang tidak menentu masih terus menghantui para nelayan. Meski sebagian kapal motor (KM) ataupun boat para nelayan tetap memberanikan diri melaut, namun masih banyak kapal ikan memilih tidak melaut akibat perubahan cuaca ekstrim.
Tokoh nelayan Aceh Timur, Heriansyah kepada wartawan menjelaskan bahwa banyak nelayan yang tidak melaut akibat cuaca buruk yang melandan perairan Aceh termasuk wilayah Aceh Timur. Menurut pengakuan nelayan, angin kencang yang terjadi lebih sepakan tiupan angin darat ke laut, sehingga gelombang ataupun ombak terjadi di laut lepas di atas 1 mil dari darat.
“Nelayan banyak yang tak berani melaut, tapi ada juga yang melaut, tapi pergi pagi pulang sore seperti boat-boat kecil,” sebutnya. Sementara itu, informasi yang diperoleh dari pasar tradisional di Idi Cut dan Idi Rayeuk menyebutkan, harga ikan dalam dua hari terakhir mulai naik menyusul stok ikan di Kuala Idi mulai menipis.
“Stok ikan menipis karena nelayan tidak malaut. Harga ikan akan normal kembali setelah cuaca membaik. Tapi kita tidak ketahui kapan cuaca di laut akan membaik,” kata Fadli, pedagang ikan di Pasar Idi Cut.
Harga ikan tongkol yang sebelumnya dijual Rp8.000 – Rp12.000 per kilogram kini dijual dengan harga Rp15.000 – Rp18.000 per kilogram. Begitu juga dengan ikan dencis yang sebelumnya dijual dengan harga Rp10.000 per kilogram kini dijual dengan harga Rp18.000 per kilogram.
“Dari kita beli membeli ikan, lebih baik kita konsumsi ayam potong saja, karena harga ayam potong juga tidak terlalu naik seperti harga ikan,” sebut Ramlah, salah seorang pembeli ayam. | Waspada.co.id
Bahkan menurut informasi yang diperoleh wartawan menyebutkan, hingga hari ini kondisi cuaca yang tidak menentu masih terus menghantui para nelayan. Meski sebagian kapal motor (KM) ataupun boat para nelayan tetap memberanikan diri melaut, namun masih banyak kapal ikan memilih tidak melaut akibat perubahan cuaca ekstrim.
Tokoh nelayan Aceh Timur, Heriansyah kepada wartawan menjelaskan bahwa banyak nelayan yang tidak melaut akibat cuaca buruk yang melandan perairan Aceh termasuk wilayah Aceh Timur. Menurut pengakuan nelayan, angin kencang yang terjadi lebih sepakan tiupan angin darat ke laut, sehingga gelombang ataupun ombak terjadi di laut lepas di atas 1 mil dari darat.
“Nelayan banyak yang tak berani melaut, tapi ada juga yang melaut, tapi pergi pagi pulang sore seperti boat-boat kecil,” sebutnya. Sementara itu, informasi yang diperoleh dari pasar tradisional di Idi Cut dan Idi Rayeuk menyebutkan, harga ikan dalam dua hari terakhir mulai naik menyusul stok ikan di Kuala Idi mulai menipis.
“Stok ikan menipis karena nelayan tidak malaut. Harga ikan akan normal kembali setelah cuaca membaik. Tapi kita tidak ketahui kapan cuaca di laut akan membaik,” kata Fadli, pedagang ikan di Pasar Idi Cut.
Harga ikan tongkol yang sebelumnya dijual Rp8.000 – Rp12.000 per kilogram kini dijual dengan harga Rp15.000 – Rp18.000 per kilogram. Begitu juga dengan ikan dencis yang sebelumnya dijual dengan harga Rp10.000 per kilogram kini dijual dengan harga Rp18.000 per kilogram.
“Dari kita beli membeli ikan, lebih baik kita konsumsi ayam potong saja, karena harga ayam potong juga tidak terlalu naik seperti harga ikan,” sebut Ramlah, salah seorang pembeli ayam. | Waspada.co.id